Sebuah renungan
Ceknricek.com--Hanya di Indonesia setelah Pemilu, semua parpol apapun ideologinya, bisa bergabung dalam satu koalisi penguasa. Ideologi yang merupakan landasan perjuangan bukanlah hal penting, itu hanyalah merek dagang.
Puan Maharani pernah berucap persaingan parpol hanya sampai 14 Februari, setelah itu gabung lagi. Fenomena ini mengandung kebaikan ; semua parpol apapun packagingnya fondasinya sama : Pancasila.
Buruknya tidak ada pembeda antara satu partai dengan partai lainnya. Partai apapun, ketika di parlemen semuanya sama. Pernah dengar partai Islam mati-matian memperjuangkan Islam dengan segala kepentingannya di DPR? Pernah pula dengar partai-partai yang mengusung demokrasi sebagai jualan secara sungguh-sungguh memperjuangkan demokrasi sebagai pilihan terbaik bernegara? Memperhatikan perkembangan ini pilih partai apapun sebenarnya sama saja. Ngapain kita repot dan pake berantem segala.
Mengambil contoh Selandia Baru yang meski liliput dari jumlah penduduk namun raksasa di demokrasi, parpol-parpol di negeri ini jelas garis jualannya dan konsisten memperjuangkannya ketika berada didalam ataupun diluar pemerintah.
Partai-partai yang mengusung perbaikan nasib buruh, lingkungan hidup dan pengutamaan masyarakat asli ketika kalah di Pemilu tidak akan mau bergabung dengan partai-partai yang orientasinya kapitalis, apapun tawaran yang diberikan. Mereka konsisten berjuang diluar pemerintahan sebagai oposisi yang objektif dan membangun (bukan destruktif dan merongrong kekuasaan).
Ketika berkuasa mereka konsisten memperjuangkan dan merealisasikan apa yang mereka janjikan pada masa kampanye. RUU yang mereka ajukan sebagai contoh tidak pernah jauh dari platform/ideologi partai.
Rakyat jelas melihat dan merasakan warna pemerintahan sebagai konsekwensi pilihan mereka. Dibawah pemerintahan koalisi yang dipimpin Partai Buruh dan beranggotakan Partai Hijau dan Partai Maori, kebijakan pemerintah Selandia Baru sangat pro buruh, lingkungan dan nasib masyarakat asli.
Akibatnya negara itu menjadi agak tertutup ke pekerja migran, anggaran untuk lingkungan terus meningkat, nasib warga asli terus diperbaiki. Di jaman Partai Nasional yang economic oriented sebagai pimpinan koalisi, pertumbuhan ekonomi melesat dan negara itu menjadi sangat welcome ke investor dan tenaga kerja asing. Itulah konsekwensi pilihan.
Editor: Ariful Hakim