Panen Raya Ramadan dan Lebaran | Cek&Ricek Anugerah Pewarta Astra 2025 - Satukan Gerak, Terus Berdampak
Foto : Kompas

Panen Raya Ramadan dan Lebaran

Ceknricek.com -- Selama Ramadan dan menjelang Lebaran sejumlah sektor bisnis akan mendulang kenaikan penjualan. Asyiknya, inflasi tidak terlalu tinggi. Maknanya, harga-harga barang terkendali.

Defisit neraca perdagangan yang terjadi pada bulan April sempat mengganggu lantai bursa. Menteri Keuangan, Sri Mulyani, menyebut selain perang global antara China dengan Amerika Serikat, derita defisit perdagangan ini akibat derasnya impor para pebisnis dalam mempersiapkan Ramadan dan Lebaran.

Foto : Inews

Badan Pusat Statistik (BPS) merilis nilai neraca perdagangan Indonesia pada April 2019 mengalami defisit sebesar US$2,5 miliar, yang disebabkan oleh defisit sektor migas dan nonmigas masing-masing sebesar US$1,49 miliar dan US$1,01 miliar.

Pernyataan Menteri Sri itu bisa diterjemahkan bahwa belanja para pelaku usaha dari luar negeri alias impor itu adalah ikhtiar mengail "cuan" di bulan Ramadan dan Lebaran. Ini bagus sebab bisa menjadi pemicu naiknya aktivitas perekonomian nasional. Kenaikan aktivitas itu menandakan bahwa kegiatan ekonomi masyarakat sepanjang Ramadan atau menjelang Lebaran juga mengalami peningkatan.

Aktivitas ekonomi masyarakat itu adalah indikator yang positif sebab menunjukkan peningkatan konsumsi dan mendorong kegiatan produktif di semua sektor usaha. Ujungnya kegiatan produktif itu akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Ada permintaan untuk baju baru, makanan, perabot dan perbaikan rumah. Dan sesungguhnya, setiap periode Lebaran pasti terjadi lonjakan konsumsi.

Lebaran kali ini aparatur sipil negara (ASN) mendapatkan tunjangan hari raya (THR) sehingga juga berpotensi menambah kenaikan konsumsi masyarakat. Soalnya,  di masa lalu ketika ASN belum mendapatkan THR, konsumsi pada periode lebaran tetap meningkat. Adanya THR bagi ASN ini akan meningkatkan daya beli ASN.

Kenaikan konsumsi sepanjang Ramadan dan Lebaran akan berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Kontribusi Ramadan dan Lebaran itu tercermin dari pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi pada triwulan yang ada Ramadan dan Lebarannya. Jika pada triwulan 1-2019 pertumbuhan ekonomi kita berkisar 5.07%. Maka pada  triwulan 2  nanti diyakini pertumbuhan ekonomi bisa meningkat sekitar 5,2% hingga 5,3%.

Perputaran Uang

Tingkat konsumsi yang naik akan membuat perputaran uang selama Ramadan dan Lebaran juga melonjak.  Bank Indonesia telah menyiapkan uang tunai sebesar Rp217,1 triliun untuk mengantisipasi permintaan jelang hari raya Idulfitri atau Lebaran. Jumlah tersebut meningkat 13,5% dibandingkan tahun lalu yang sebesar Rp191,3 triliun.

Ditinjau dari pembagian secara wilayah, permintaan uang tunai jelang lebaran yang terbesar berada di wilayah Jawa non-Jabodetabek yang mencapai Rp84 triliun.

Permintaan uang tunai di wilayah Jabodetabek mencapai Rp51,5 triliun, Pulau Sumatra Rp41,2 triliun, dan kawasan Timur Indonesia mencapai Rp40,4 triliun. "Permintaan uang yang tinggi di Jawa  memang menunjukkan perputaran ekonomi jelang Lebaran yang terbesar masih didominasi  di Jawa," kata Rosmaya Hadi, Deputi Gubernur BI, kepada pers, di Jakarta, Jumat (17/5).

Sumber : Kabarsumber.com

Jumlah uang yang berputar itu akan mengalir ke berbagai sektor konsumsi, seperti makanan dan minuman, ritel, telekomunikasi, dan otomotif. Di sektor makanan dan minuman (mamin), akan terjadi peningkatan permintaan sebesar 30% mulai dari Maret sampai Mei 2019.

Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) menyatakan kenaikan itu salah satunya ditopang oleh makanan cepat saji. Nah, untuk mengantisipasi kenaikan harga akibat bertambahnya  permintaan itu, Gapmmi menyediakan stok dua kali lebih banyak dari biasanya. "Hal ini tentu untuk mengantisipasi permintaan yang makin melonjak nantinya," lanjut Adhi S. Lukman, Ketua Gapmmi.

Sektor ritel juga akan mengalami kenaikan sepanjang Ramadan atau Lebaran. Sebagai gambaran saja, di Jakarta selama Ramadan atau menjelang Lebaran nilai transaksinya mencapai Rp2,5 triliun per hari. “Kalau di luar bulan puasa sekitar Rp2 triliun,” kara Roy Nicholas Mandey, Ketua Asosiasi Perusahaan Ritel Indonesia (Aprindo).

Pernyataan Adhi dan Roy ini dikutip Sindo Weekly edisi Senin (20/5). Kedunya meyakini Lebaran tahun ini mendorong pertumbuhan sektor makanan dan ritel.

Festival Jakarta Great Sale

Nilai transaksi ritel tadi besar kemungkinan akan bertambah lagi lantaran sejumlah mal mengadakan diskon besar-besaran hingga mencapai 70% selama beberapa hari menjelang Lebaran. Di Jakarta, Asosiasi Pusat Perbelanjaan Indonesia DKI telah mengadakan Festival Jakarta Great Sale (FJGS) 2019 yang dimulai Sabtu kemarin.

Dalam event itu akan digelar waktu belanja sampai tengah malam atau midnight sale.  Ada 26 mal yang menggelar midnight sale, dimulai dari jam 20.00 sampai 24.00. Mal-mal itu di antaranya adalah Kuningan City, Kota Casablanka, Mal Artha Gading, Senayan City, dan EON Mall Jakarta Garden City.

Sumber : Magazine.id

Pihak penyelenggara JFGS menargetkan nilai transaksi selama acara itu berlangsung sebesar Rp9,7 triliun. Mereka optimistis dapat mencapai target transaksi pada tahun ini karena daya beli masyarakat masih cukup baik. Terlebih, FJGS tahun ini diadakan setelah para PNS dan pegawai swasta menerima THR atau gaji ke-13.

Trafik Layanan Data

Di sektor Telekomunikasi juga akan kebanjiran uang pada saat Lebaran akibat meningkatnya trafik layanan data. Sejumlah operator telko besar, seperti Telkomsel, XL, dan Indosat menyatakan akan ada kenaikan trafik layanan data selama puasa dan Lebaran.

Telkomsel menyatakan pada momen Lebaran dan Ramadan tahun ini layanan traffic data secara year-on-year diperkirakan akan meningkat 66%. Saat ini tercatat, jumlah pelanggan Telkomsel mencapai 168,6 juta dengan basis pelanggan data 111,1 juta dan lalu lintas data yang terus meningkat 56,6% menjadi 1.408.872 terabyte.

PT XL Axiata Tbk. juga memperkirakan penggunaan layanan datanya akan meningkat hingga 30% pada perayaan Ramadan dan Lebaran 2019 seiring dengan tingginya permintaan dalam periode ini. Salah satu faktor pendorong kenaikan layanan data Xl adalah kebiasaan pelanggan yang mengakses data tidak hanya sekadar untuk berkomunikasi dengan orang lain, namun juga untuk akses ke berbagai layanan data lainnya.

Foto : Tribunnews.com

Berdasarkan data XL Axiata, total lalu lintas data pada periode Ramadan dan Lebaran 2018 mencapai 7.000 Terabyte (TB). Namun, penggunaan data pada hari normal di 2019 sudah tercatat 9.300 TB.

Indosat memproyeksikan selama bulan puasa dan Lebaran 2019 akan terjadi peningkatan trafik voice menjadi 2,1 juta erlang (satuan suara per hari). Indosat sendiri memiliki kapasitas 37 juta erlang per hari. Sementara itu, untuk trafik pesan singkat akan menjadi 125 juta sehari dan kapasitas pesan singkat akan ditingkatkan agar bisa menampung 975 juta pesan singkat sehari.

Sementara untuk layanan data, Indosat memprediksi saat Hari Raya Idulfitri mencapai 9,3 terabyte per hari atau meningkat sekitar 15 hingga 20% dibanding hari biasa. Di hari normal, trafik data Indosat tercatat sekitar 5,7 TB per hari. Kenaikan layanan data bisa meng-kover penurunan yang terjadi pada layanan voice. “Penurunan yang cukup signifikan pada voice itu 22% secara pendapatan. Tapi prediksi kita terhadap data itu meningkat 15 sampai 20%,” kata Turina Farouk, Group Head Corporate Communications.

Periklanan

Sektor periklanan juga akan mendulang berkah yang sama dengan sektor-sektor bisnis di atas. Selama Ramadan dan Lebaran tayangan iklan ikut terdongkrak sebagai imbas kenaikan jumlah konsumen media, terutama media televisi dan radio. Kenaikan tayangan iklan terbesar berasal dari iklan belanja online yang menghabiskan Rp223 miliar pada minggu pertama Ramadan saja. Angka tersebut meningkat 76% jika dibandingkan periode sebelum Ramadan.

Foto : Istimewa

Produk lain yang mengalami kenaikan belanja iklannya adalah jus dan sirup dengan total pengeluaran Rp101 miliar. Sementara minuman pengeluaran mencapai Rp70 miliar (110%), dan material bangunan dengan total belanja iklan Rp66 miliar (114%).  

Konsumsi BBM

Ramadan dan Lebaran juga membawa berkah kepada perusahaan penyalur bahan bakan minyak semacam Pertamina ataupun AKR Corporindo. Berdasarkan data statistik tahun lalu, konsumsi bahan bakar minyak (BBM) meningkat selama Ramadan dan Lebaran sebesar 15%. Konsumsi BBM naik 9% dari 2017 untuk konsumsi premium dan 12% untuk solar.

Dampak kenaikan tiket pesawat menyebabkan pemudik akan lebih banyak memanfaatkan kendaraan pribadi pada 2019. Perkiraan Kemenhub, Lebaran tahun ini setidaknya akan ada 10 juta kendaraan pribadi, dipadati 14,9 juta pemudik. Pertamina memprediksi konsumsi BBM naik 15,8% pada Ramadan hingga Lebaran 2019. 

Biasanya, konsumsi harian bensin sebesar 92.563 kiloliter (kl). Namun, rata-rata konsumsi harian periode puasa dan Idul Fitri 2019 naik menjadi 107.165 kl. "Konsumsi harian bensin pada periode lebaran diperkirakan naik 15, 78 persen dibandingkan harian normal," ujar Manajer PSO Pertamina Agus Taufik Harahap dalam Rapat Koordinasi (rakor) Kesiapan Angkutan Lebaran 2019 di Gedung Cipta Kemenhub, Senin (22/4).

Jika dirinci, prediksi konsumsi harian bensin tertinggi terjadi pada bahan bakar jenis Pertalite dari 49.943 KL per hari menjadi 57.933 KL, naik sekitar 16%. Konsumsi harian Premium juga diperkirakan mencapai 35.093 kl pada periode Idulfitri 2019. Volume itu naik 10% dari konsumsi harian normal yang berkisar 31.870 kl. Selanjutnya, konsumsi harian Pertamax pada periode mudik diperkirakan bakal melonjak 32% menjadi 13.537 kl.

Inflasi

Kendati sejumlah sektor bisnis mengalami kenaikan penjualan ataupun permintan, menariknya inflasi yang terjadi malah menurun. Bank Indonesia menyatakan, inflasi di minggu keempat Mei 2019 mencapai 0,47% secara bulanan (month to month/mom).

Kalau dibandingkan secara tahunan (year on year/yoy), angka inflasinya 3,1%.

Jika dibandingkan dengan inflasi minggu ketiga Mei yang mencapai 0,51% secara bulanan atau 3,14% secara tahunan jelas ada penurunan "Infasi ini yang terendah pada Ramadan selama tiga tahun terakhir," kata Perry Warjiyo, Gubernur BI,  kepada wartawan di Jakarta, Jumat (24/5).

Gubernur BI Perry Warjiyo (Foto : Matamatapolitik.com)

Penyebab turunnya inflasi ini karena harga beberapa pangan mengalami deflasi., yaitu beras, tomat, bawang merah, tiket angkutan udara.  Begitu pula dengan survei pemantaun harga BI, terhadap harga tiket pesawat yang turun 0,01%. "Ini merespon kebijakan pemerintah yang telah menurunkan tarif batas atas tiket pesawat," ujar Perry. 

Biasanya, seiring peningkatan konsumsi rumah tangga saat Ramadhan dan Lebaran, tekanan inflasi umumnya meningkat. utamanya untuk bahan makanan dan juga transportasi.  Tapi bulan April yang lalu inflasi kita sudah cukup tinggi, utamanya dipicu kenaikan harga bawang putih, bawang merah, daging ayam, dan cabe rawit. Di beberapa kota inflasi juga dipicu oleh kenaikan harga tiket pesawat.

Ramadan dan Lebaran kali ini memang membawa berkah tersendiri. Permintaan naik, sementara inflasi malah menurun. Alhamdulillah.



Berita Terkait