Para Wakil Rakyat ‘Berantem' Demi Kesejahteraan Rakyat Kecil | Cek&Ricek Anugerah Pewarta Astra 2025 - Satukan Gerak, Terus Berdampak
Sumber: Istimewa

Para Wakil Rakyat ‘Berantem' Demi Kesejahteraan Rakyat Kecil

Ceknricek.com--Menteri Luar Negeri Australia sekaligus Ketua Fraksi Pemerintah dalam Senat, Penelope alias Penny Wong, harus menarik kembali ucapannya yang dianggap tidak patut terhadap Senator pertama kali dari Partai Hijau, partai yang biasanya dianggap sebagai pembela rakyat kecil dan “kesehatan” iklim. Pada hal kedua-duanya sedang membahas kiat terbaik untuk membantu rakyat kecil di Australia yang sedang mengalami kesulitan dalam perumahan.

Pemerintah Partai Buruh yang bulan Mei tahun lalu menang cukup meyakinkan dalam pemilu dan membentuk pemerintahan, mengusulkan suatu kebijakan bernilai 10-miliar dolar Australia yang akan diinvestasikan dalam bentuk saham komersial dengan perkiraan keuntungan sekitar 500- juta dolar setahun.

Keuntungan ini kemudian akan dimanfaatkan untuk membangun 30-ribu buah rumah dalam jangka waktu 5 tahun, 4-ribu di antaranya untuk para istri/pasangan korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga, dan kaum wanita lansia yang terancam tunawisma.

Jelas kalau pihak oposisi dalam Senat (koalisi Partai Liberal dan Partai Nasional yang kalah dalam pemilu tahun lalu sesudah berkuasa sekitar 10 tahun) menentang usul kebijakan pemerintah ini, karena memang tugas oposisi biasanya menentang segala usul kebijakan pemerintah yang dianggap tidak sesuai dengan filosofi atau ideologi pihak oposisi.

Namun ketika Partai Hijau juga berkeberatan, tentu saja memeeranjatkan pemerintah karena biasanya partai “wong cilik” ini berada di garis terdepan dalam membela kepentingan dan kesejahteraan rakyat pada tingkatan yang lebih rendah.

Tentangan Partai Hijau itu disuarakan oleh anggotanya yang masih dalam keadaan “diplonco” karena baru pertama kali terpilih sebagai anggota Senat. Dia adalah Max Chandler Mather – seorang politisi yang masih muda dan suka berpakaian sederhana, tanpa dasi.

Menarik untuk ditambahkan di sini bahwa rakyat pemilih di Australia ini seakan “bijak” sekali dalam menentukan bagaimana agar sesuatu partai tidak menguasai kedua majelis perwakilan sekaligus - Dewan Perwakilan Rakyat yang dianggap sebagai ‘rumah rakyat’ dan Senat yang merupakan ‘rumah’ negara bagian (mirip Dewan Perwakilan Daerah di Indonesia).

Dengan keadaan seperti ini pemerintah tidak bisa seenaknya melenggang kangkung meloloskan segala kebijakannya, karena ada “penyaringan” yang harus dilalui, yaitu Senat yang biasanya tidak dikuasai pemerintah.

Biasanya upaya pemerintah untuk membujuk Senator-Senator partai-partai kecil atau dari kalangan independen (tanpa partai) cukup gigih. Dan tidak jarang pemerintah yang telah berhasil menggolkan RUU-nya di DPR harus melakukan tawar-menawar alias tarik ulur dengan “para ikan teri” dalam Senat, agar mendapat mayoritas untuk mengalahkan oposisi.

Dalam perdebatan tentang RUU yang telah berhasil disahkan DPR untuk membangun perumahan rakyat itu dengan bantuan segelintir wakil rakyat dari kalangan independen itu, “niat baik” pemerintah ini tersendat, antara lain karena keberatan Partai Hijau.

Menlu Australia yang ayahnya seorang keturunan Tionghoa asal Sabah, Malaysia, dan ibunya warga kulit putih Australia, Penny Wong, yang kadangkala juga merangkap sebagai pejabat Perdana Menteri, menuduh Senator muda dari Partai Hijau “lebih mengutamakan sorotan” media atas aksinya dalam Senat, ketimbang kepentingan mereka yang terancam tunawisma.

“Dia (Senator Partai Hijau Chandler Mather) lebih mengutamakan ego- nya daripada kepentingan rakyat,"kata Penny Wong.

Melihat pertarungan yang kian seru ini, Ketua Fraksi Oposisi dalam Senat Simon Birmingham melukiskan kegaduhan itu sebagai “percekcokan antara dua orang yang sedang bercinta.” Karena biasanya Partai Hijau lebih condong ke Partai Buruh yang dianggap merakyat.

Dalam DPR maupun Senat di Australia dipantangkan melakukan serangan langsung terhadap pribadi anggota yang berseberangan. Segala serangan haruslah terhadap kebijakan yang dianut bukan terhadap penganut kebijakan itu. Ibarat permainan sepakbola yang harus ditendang adalah bolanya bukan pemain lawan.

Pernah seorang Jaksa Agung Australia ketika mendengar kecaman seorang anggota oposisi atas dirinya yang mengatakan sang Jaksa Agung saking marahnya “seakan hendak memakannya”, langsung minta izin kepada ketua parlemen untuk menjawab kecaman itu. Sang Jaksa Agung mengatakan, “Sdr. Ketua Parlemen, ternyata anggota di seberang sana yang baru saja mengecam saya tidak tahu tentang agama saya, dan menuduh saya seakan hendak memakannya.”

Yang dimaksudkannya adalah bahwa dia, sang Jaksa Agung, adalah seorang keturunan Yahudi, yang diharamkan makan daging babi. Jadi secara tidak langsung dia menuduh lawannya dalam parlemen itu sebagai “babi”, tetapi tidak dengan mengucapkan perkataan babi. Itu dia kiat seorang Jaksa Agung Australia “pukul anak sindir menantu”.

Kalangan Senator Independen lainnya mengaku bahwa rencana kebijakan perumahan pemerintah itu memang jauh dari sempurna, namun sudah memadai mengingat keadaan dewasa ini, karenanya mereka akan mendukungnya, namun tanpa sokongan Partai Hijau maka rencana tersebut tampaknya akan terhalang.

Seorang Senator Independen mantan perwira menengah dalam Pasukan Pertahanan Australia mengaku bahwa yang terpenting adalah “atap di atas kepala mereka yang tuna wisma.” Karenanya dia ingin agar para Senator lainnya jangan bermain politik demi kepentingan masing-masing.

Partai Hijau tetap bersikeras menghendaki agar pemerintah menginvestasikan 5-miliar dolar langsung setiap tahun untuk membangun perumahan rakyat, selama jangka waktu 5 tahun. Partai Hijau menilai rencana investasi pemerintah di pasar saham terlalu tinggi risikonya, dan sejumlah pakar ekonomi juga menganut pandangan serupa.

Kita tunggu tanggal mainnya.


Editor: Ariful Hakim


Berita Terkait