Ceknricek.com--Forum Cisanti Sabtu siang itu juga menjadi sangat terhormat karena hadirnya Eyang Memet. Tokoh Sunda yang dikenal sebagai aktivis penanam pohon. Ia rajin menanam pohon sejak usia 12 tahun. Eyang Memet, bernama lengkap Achmad Surahman. Ia tinggal di Kampung Papakmanggu, Pasir Jambu, Kabupaten Bandung. Di sana pula kebun bibit CV Walatra ia kelola dengan tekun.
Hingga hari ini, di usia yang lebih 70 tahun, Eyang Memet masih aktif menanam pohon. Sepuluh pohon tiap hari. Sungguh aksi luar biasa dari seorang manusia hebat.
“Terima kasih pak jenderal (Doni Monardo). Anda masih berbicara tentang purwadaksi. Itu kenangan waktu kita awal berjumpa. Pertemuan ini menjadi sangat bermakna. Saya pribadi berpendapat, orang yang cepat melupakan sejarah patut diragukan kredibilitasnya, dan jenderal Doni sangat menghargai sejarah,” katanya.
Eyang Memet pun masih teringat jelas kata-kata Doni Monardo saat pertama kali rapat di Makodam III/Siliwangi. “Pak Doni waktu itu berkata, kita semua sudah bekerja. Kita semua sudah bekerja tapi belum pernah bekerja sama. Itulah yang melahirkan konsep kolaborasi pentahelix. Insya Allah inspirasi Pak Doni akan terjaga. Dua minggu lalu kami berkumpul dengan para aktivis pecinta alam yang ada di Jawa Barat. Spirit Bapak menjiwai pertemuan kami,” katanya, haru.
Jika ada yang ia harapkan saat ini adalah, hadirnya kebun bibit di tiap-tiap sektor. Tidak hanya terkonsentrasi di satu sektor. Konsep pembibitan dan penanaman pohon dengan kearifan lokal di masing-masing lokasi. “Menanam pohon tidak hanya dari sisi konservasi, tapi juga dari sisi religi, bahkan sisi budaya dan ekonomi,” katanya.
Kepada Doni Monardo ia menyampaikan bibit pohon kina yang akan ditanam mulai November 2022 ini. Ia berharap, dengan memperbanyak penanaman kina, akan mengurangi efek banjir tahunan yang selalu melanda Bandung. “Pohon kina ini punya nilai historis tinggi di Bandung. Mungkin banyak yang lupa, bahwa di Bandung ini ada PPTK, Pusat Penelitian Teh dan Kina. Alhasil, dengan menghidupkan lagi kina di Bandung, tidak saja bermanfaat dari sisi konservasi tapi juga bernilai ekonomi,” tambah Eyang Memet.
Eyang Memet berharap ada dukungan dari para pihak terhadap tekadnya menanam 30.000 bibit pohon kina tahun ini. “Saya bertekad mengawali. Apalagi saya sudah terbiasa menanam pohon, sejak rambut hitam sampai rambut saya putih semua,” ujarnya.
Doni Monardo
Lebih terhormat lagi, karena forum siang itu juga dihadiri pejabat Kemenko Maritim dan Investasi (Marves). Hadir dan memberi testimoni, Mochamad Saleh Nugrahadi, Ph.D, Asisten Deputi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Konservasi Sumber Daya Alam pada Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan, Kemenko Marves RI.
Ia diminta menghadiri acara siang itu oleh Nani Hendiarti, Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan, Kemenko Marves. “Bukan berarti Ibu Nanti tidak ingin bertemu pada Dan Sektor, tapi insya Allah beliau akan segera bertemu bapak-bapak sekalian,” katanya membuka testimoni.
Saleh me-rewind kunjungan Menko Marves Luhut B Panjaitan ke Bandung, 7 September 2021. Ketika itu, Menko Luhut menerima laporan pelaksanaan Perpres Citarum Harum. Semua laporan telah diteruskan ke Presiden Joko Widodo melalui surat resmi Menko tanggal 17 Maret 2022. “Intinya, pekerjaan bapak-bapak sudah sampai dengan resmi kepada pimpinan tertinggi,” katanya.
Menko Luhut juga selalu antusias memantau perkembangan Citarum Harum. Bahkan dalam kunjungan kerjanya ke Jatiluhur dan Bojongsoang beberapa waktu lalu, Menko Luhut mengajak dua mitranya, yaitu Dubes Jerman dan pejabat Bank Dunia. “Pak Menko sangat sering mempromosikan bagaimana perkembangan Citarum di forum-forum internasional,” kata Saleh.
Seperti sering diungkapkan Menko Luhut, bahwa pekerjaan Citarum Harum adalah pekerjaan hati. Program kemanusiaan. Tanpa hati dan rasa kemanusiaan yang tinggi, tidak mungkin Citarum Harum berhasil.
Yang juga diberi waktu untuk memberi testimoni adalah Kepala Desa Tarumaja Ahmad Ikhsan. “Sebagai kepala desa Tarumajaya, saya mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya, serta mengapresiasi program Citarum Harum Pak Jenderal (Doni Monardo-pen),” katanya.
Ia melanjutkan, “Saya lahir di sini. Ada perubahan yang sangat luar biasa khususnya di desa kami. Di mana kedung yang semula airnya berwarna cokelat sekarang sudah hijau. Mudah-mudahan diikuti desa-desa yang lain.”
Ikhsan yang juga ketua Apdesi (Asosiasi Pemerintah Desa Indonesia) ini mengetahui persis, desa-desa yang ada di Kecamatan Kertasari yang jumlahnya ada delapan desa. “Persoalan sampah pun sudah tertangani dengan sangat baik. Tiap desa ada unit pengelolaan sampah sendiri. Dengan adanya program Citarum Harum, desa-desa sudah bisa mengelola sampah secara mandiri. Terima kasih, jenderal,” kata Ikhsan pula.
Desa yang ia pimpin memiliki luas 3.900 hektare dengan jumlah penduduk 16.000 jiwa. Sebagian besar mereka tinggal di bantaran Sungai Citarum. “Jika diperkenankan kepada Dinas Lingkungan Hidup, kami masih membutuhkan satu unit pengolah sampah untuk Dusun Lodaya. Dusun itu juga dekat dengan lokasi PTPN VIII. Banyak warga dan karyawan membuang sampah di kebun teh,” katanya. Permintaan itu juga ia tujukan kepada direksi PTPN VIII. “Bahkan ke kementerian pun kami sudah bersurat. Semoga ada yang segera memenuhi permintaan kami satu unit pengolah sampah,”
Terakhir, ia minta otoritas yang kompeten untuk menetapkan hak dan kewajiban bagi petani kopi yang ada di wilayahnya. Dengan adanya kejelasan, diharap masyarakat lebih antusias berkebun kopi, yang diharapkan bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Cucuran Semangat
Sebelum statemen pamungkas dari Letjen TNI Purn Doni Monardo selaku penggagas Citarum Harum, giliran berbicara Ketua Harian Satuan Tugas Citarum Harum Mayjen TNI Purn Dedi Kusnadi Tamim.
Kepada para mantan Dan Sektor maupun Dan Sektor Aktif, Dedi juga menyampaikan apresiasinya. “Berkat kerja keras semuanya, Sungai Citarum lebih baik, bisa dinikmati dari hulu sampai hilir. Tak lepas pula dari peran dinas-dinas terkait, unsur LSM dan unsur masyarakat lain serta media,” katanya.
Ia sangat optimis akan keberhasilan program ini. Terlebih di beberapa sektor ada keterlibatan aktif para tokoh.
Kepada Dan Sektor ia berpesan agar tidak sekali-kali mengotori apa yang sudah dilakukan para pendahulu. “Mungkin banyak peluang untuk berbuat kotor, tapi ingatlah, yang kita lakukan semata-mata untuk masyarakat, untuk kepentingan generasi mendatang, dan semua kita kembalikan kepada Tuhan,” tambah Mayjen Purn Dedi.
Sisa waktu Perpres hingga tahun 2025 harus dioptimalkan. “Khusus kepada Pak Doni, saya mohon terus memberikan cucuran semangat serta petuah yang bisa kita jadikan pedoman dalam melaksanakan program Citarum Harum hingga tuntas,” harapnya.
Terkait perubahan perilaku masyarakat, menjadi tugas semua Dan Sektor khususnya dan Satgas pada umumnya. Dedi sempat berkomunikasi dengan Doni Monardo terkait kemungkinan perpanjangan Perpres. “Tapi Pak Doni mengatakan, kalau Perpres diperpanjang, itu artinya kita tidak berhasil menangani Citarum. Waktu yang tersisa, adalah tantangan bagi kita semua untuk bekerja lebih maksimal,” pungkas Dedi.
Editor: Ariful Hakim