Periode Ketiga Presiden: Kegaduhan Baru yang Sia-sia | Cek&Ricek Anugerah Pewarta Astra 2025 - Satukan Gerak, Terus Berdampak
Sumber: Istimewa

Periode Ketiga Presiden: Kegaduhan Baru yang Sia-sia

Ceknricek.com--Walaupun Presiden Joko Widodo sudah beberapa kali menyatakan menolak masa jabatan ketiga, wacana tentang hal itu tetap saja digulirkan. "Kalau ada yang usulkan itu, ada tiga (motif) menurut saya, ingin menampar muka saya, ingin cari muka, atau ingin menjerumuskan. Itu saja," kata Jokowi.

Kegaduhan tentang usul tersebut, tentu saja, tidak berhenti. Apa latar belakang diskursus itu? Apa tujuannya? Siapa aktor utama penjilatnya? Mengapa ngotot? Mereka mungkin pengikut setia aktor ini, yang sudah meninggal  75 tahun lalu: "Jangan biarkan seorang penjilat beristirahat," kata komedian AS, WC Fields, 1880-1946.

Benar-benar buang energi dan waktu yang begitu banyak membahas soal itu. Batasan masa jabatan presiden paling lama 2 periode (semua orang tahu) adalah ketentuan bahwa Jokowi tidak bisa lagi dicalonkan sebagai presiden. Apa yang mencalonkannya "pura-pura tidak tahu"? Berlagak pilon?

Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid mengatakan usul penambahan masa jabatan presiden didorong oleh Fraksi Nasdem. Sekretaris Fraksi Partai Nasdem Saan Mustopa mengatakan meski belum diusulkan secara formal, fraksinya membuka wacana penambahan masa jabatan presiden menjadi tiga periode.

Politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Effendi Simbolon, mengatakan bahwa wacana Jokowi menjadi Presiden Republik Indonesia tiga periode merupakan hal yang realistis. "Itu realistis karena zaman Bung Karno lebih dari 2 periode, Soeharto lebih dari 2 periode,” kata Effendi.

Sejumlah pihak sudah menentang ide tersebut. Partai Demokrat, misalnya, menilai gagasan tersebut menjadi celah masuknya otoritarian. "Gagasan 3 periode adalah bentuk pengkhianatan terhadap reformasi, dan ini ada celah masuknya napas otoritarianisme," kata Deputi BPOKK Partai Demokrat, Jemi Setiawan.

Ketua DPP Partai Keadilan Sejahtera Mardani Ali Sera tidak sepakat dengan wacana penambahan masa jabatan presiden menjadi tiga periode terkait rencana amandemen UUD 1945. Mardani menilai "wacana tersebut justru berbahaya" bagi perwujudan cita-cita reformasi dan berpeluang membawa Indonesia kembali ke masa Orde Baru.

“Saya heran masih ada pihak-pihak yang menginginkan penambahan masa jabatan presiden. Saya pikir jelas usulan itu membahayakan bagi reformasi yang sedang berjalan. Masa mau nostalgia otoritarianisme Orde Baru lagi?“ ujarnya, 15 Maret 2021.

Mestinya, energi yang masih ada digunakan untuk mengatasi penyebaran Covid-19 yang makin luas. Juga untuk membantu masyarakat bawah yang paling terdampak pagebluk itu. Mereka yang ngotot dinilai "tidak bermoral" meramaikan usul Jokowi 3 periode di tengah kondisi masyarakat yang makin memprihatinkan

Jokowi-Prabowo 2024

Relawan (Jokowi-Prabowo) JokPro 2024  membentuk sekretariat di kawasan Mampang, Jakarta Selatan. M. Qodari, pelantang gagasan Jokowi 3 periode, mengatakan organisasi itu merupakan wadah dari beberapa pihak yang menyambut baik gagasan tersebut. Diketahui, gagasan itu dilontarkan Qodari (pendiri lembaga survei Indo Barometer) pada Februari-Maret lalu.

Survei Saiful Mujani Research Centre (SMRC) pada Mei 2021 menanyakan pendapat masyarakat jika Joko Widodo (Jokowi) menjadi presiden untuk ketiga kalinya. Dari survei tersebut dapat dilihat bahwa warga berpendidikan tinggi menolak wacana Jokowi tiga periode.

Rasulullah SAW bersabda, ”Kalian pasti akan bertemu dengan orang-orang yang paling Allah benci, yaitu mereka yang bermuka dua. Di satu kesempatan, mereka memperlihatkan satu sisi muka, namun di kala yang lain, mereka memperlihatkan muka yang lain pula.” (HR Bukhari-Muslim). Mereka itu penjilat yang bermuka dua.

Seseorang sudah memperingatkan, "Mereka yang bisa menjilat bisa pula menggigit." Serupa dengan seorang yang tampak paling setia, bisa dipercaya, yang sekonyong-konyong berubah jadi pengkhianat.

Mengamati negara yang kacau balau, penyair Adhie Massardi dulu menulis puisi 'Negeri Para Bedebah'. Sekarang perlu ditambah: 'Negeri Para Penjilat: Penyulut Kegaduhan'.


Editor: Ariful Hakim


Berita Terkait