Polri Ojo (Ampun Ngoten) Njelimet | Cek&Ricek Anugerah Pewarta Astra 2025 - Satukan Gerak, Terus Berdampak
Foto: Istimewa

Polri Ojo (Ampun Ngoten) Njelimet

Ceknricek.com--Menarik bahwa semboyan atau visi Polri yang selama ini memang dikenal cukup mengesankan: “Presisi” yang merupakan akronim dari prediktif, responsibilitas dan transparansi berkeadilan, ternyata diragukan kejelasannya oleh Presiden Joko Widodo.

Keraguan tersebut disampaikan Presiden dalam pertemuan dengan sejumlah besar pimpinan berbagai tingkat POLRI di Istana Negara baru-baru ini. Akan halnya kata “Presisi” pada awalnya bisa disalah tafsirkan oleh mereka yang paham akan arti “Precision” dalam bahasa Inggris. Maklum belakangan ini banyak orang yang memang lebih suka “meminjam” dari kosa kata bahasa Inggris, ketimbang mencari padanannya dalam bahasa “dewe”.

Misal saja “appresiasi” dari bahasa Inggris “appreciate” atau (sudah ada dalam bahasa Indonesia) “menghargai”; kemudian “atensi” dari attention (perhatian), dan banyak lagi.

Di zaman revolusi, begitu suka dikenang oleh orang tua-tua kita, seorang pemimpin yang menyelipkan satu atau dua kata asing (umumnya Inggris) dalam pidatonya ketika membakar semangat rakyat, akan dianggap hebat. Biar pun, misalnya, yang mendengarkannya tidak atau kurang paham apa arti dari bahasa asing itu.

Jadi kata “Presisi” yang ternyata adalah akronim – singkatan atau gabungan singkatan beberapa kata – mudah sekali disalahartikan menjadi “precision” yang artinya dalam bahasa Indonesia adalah ………(percaya atau tidak) presisi atau ketelitian/kesaksamaan.

Di Inggris kata “presisi” alias “precision, suka digunakan untuk menyanjung kehebatan mesin mobil mewah buatan negara itu, Rolls Royce – hasil dari precision engineering (teknologi yang cermat?).

Tidak mengherankan kalau Presiden Joko Widodo kemudian cemas bahwa visi “Presisi” yang diperkenalkan kepada jajaran Polri sejak tahun lalu itu, agak sulit dipahami secara langsung atau untuk mudah dicernakan oleh jajaran Polri, terutama dari tataran yang lebih rendah pangkatnya.

Kata “prediktif” dari “Presisi” dalam bahasa Inggris berarti, antara lain, “meramalkan” atau “menduga”, bisa juga “memperkirakan” (prediction; to predict); kata “responsibilitas” maksudnya tentu tanggung jawab/bertanggungjawab”, dan “transparansi” sejak kasus Ferdy Sambo/Brigpol Y, barangkali sudah biasa terdengar di telinga kebanyakan orang di Indonesia – jelas, nyata, terlihat, alias laksana sesuatu di siang bolong.

Kepolisian di Australia

Sekadar perbandingan (tak kenal maka tak sayang) di Australia bentuk kepolisiannya sangat berbeda dibanding dengan di Indonesia, meski Polri, paling tidak di masa lalu, suka menugaskan belajar anggota-anggotanya ke Australia, seperti I Made Mangku Pastika, yang diakui sangat berjasa dalam mengungkapkan kasus Bom Bali (12 Oktober 2002).

Tiap-tiap negara bagian di Australia memiliki kepolisiannya tersendiri. Polisi Federal Australia (Australian Federal Police – AFP ) tidak berhak untuk mencampuri urusan kepolisian masing-masing negara bagian. Tiap-tiap negara bagian punya kepolisiannya tersendiri, dan “Kapolda”-nya bukan saja berpangkat “hanya” “komisaris/commissioner”, melainkan dipilih dari sejumlah yang melamar untuk jabatan tersebut. Ada kalanya yang kemudian diangkat menjadi Commissioner (sebanding Kapolda di Indonesia) adalah pelamar dari luar negeri, seperti Inggris.

Dan masing-masing kepolisian negara bagian punya visi atau semboyan/motonya tersendiri. Kepolisian Negara Bagian Victoria (ibukotanya Melbourne) misalnya, memilih bahasa Latin untuk mengusung misinya “Culpam poena permit comes” yang berarti "Penghukuman niscaya segera menjangkau kejahatan”. 

Tujuan Kepolisian Negara Bagian Victoria adalah demi “Terciptanya masyarakat yang aman, terjamin (keamanannya) dan tertib”. Kepolisian Negara Bagian Queensland memiliki semboyan yang sebelumnya berbunyi “Ketegasan dengan Kesopanan” namun kemudian diubah menjadi “Mengabdi Dengan Sopan”.

Dan setiap anggota kepolisian negara bagian tersebut harus bersumpah untuk “mengabdi dengan baik dan sungguh-sungguh pada Ratu/Raja Inggris sebagai seorang petugas polisi tanpa pilih kasih, kebencian atau niat-jahat.”

Akan halnya Polisi Federal Australia mengusung nilai-nilai “Rasa hormat, kesetiaan, keperkasaan dalam melaksanakan tugas dan kesetiakawanan.”

Cukup menarik adalah keputusan Polisi Federal Australia untuk menjadikan binatang asli benua ini – Platypus – sebagai lambang yang mencerminkan beragam tugas yang dibebankan pada para anggotanya dalam melaksanakan tugas mereka.

Binatang ini memang lain daripada yang lain. Salah satu keterangan dalam bahasa Indonesia menjelaskan bahwa:

“Platypus bentuknya seperti bebek karena dia berparuh, tetapi platypus menyusui anaknya. Platipus adalah hewan asli dari Australia. Tempat hidupnya adalah sekitar perairan sungai dan danau. Banyak orang yang berpendapat platipus adalah hewan yang aneh karena ia berkaki empat dan berparuh seperti bebek. Bagian dalam tubuhnya, lebih mirip reptilian, tetapi mereka menyusui dan bertelur. Hal tersebut membuat para ilmuwan kebingungan mendefinisikan jenis hewan ini. Platypus, Hewan Unik Asli Australia Bertelur tapi Menyusui.” 

Di Australia platipus dianggap unik alias lain daripada yang lain, dan merupakan binatang yang tangguh dan mampu bertahan hidup meski terus menghadapi tekanan yang kian bertubi-tubi dalam alam lingkungan sekarang ini.

Begitulah Polisi Federal Australia menggambarkan dirinya dan beban tugasnya. Polisi Federal Australia melaksanakan perannya dalam lingkungan yang kian rumit dan dinamis. Agar capaian-capaiannya selama ini dapat terus berkelanjutan dan demi kelestarian kepercayaan pemerintah Australia atas dirinya dan kepercayaan dari mitra-mitranya pada tataran nasional maupun internasional serta masyarakat tempatnya mengabdi, Polisi Federal Australia wajib menjaga agar prestasinya jangan sampai merosot.Begitu sering dicanangkan oleh berbagai pihak di Australia.

Dalam bahasa Latin ada ungkapan berbunyi “Quis custodiet ipsos custodies” yang artinya “siapa yang mengawasi sang pengawas?" Di Australia sudah pasti berbagai pihak turut berperan dalam mengawasi kepolisiannya baik pada tingkat negara bagian maupun federal, seperti parlemen, pemerintah dan tentu saja medianya yang sangat galak.


Editor: Ariful Hakim


Berita Terkait