Praveen/Melati Juara di Denmark, Ibarat Robohkan Tembok China | Cek&Ricek wardah-colorink-your-day
Foto: Badmintonindonesia.org

Praveen/Melati Juara di Denmark, Ibarat Robohkan Tembok China

Ceknricek.com -- Indonesia sukses mengemas dua gelar juara pada ajang Denmark Terbuka yang berlangsung 15-20 Oktober 2019. Dua gelar itu didapatkan dari sektor ganda putra oleh Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo dan ganda campuran Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti.

Pada pertandingan final, yang digelar di Odense Sportspark, Minggu (20/10) Praveen/Melati sukses menumbangkan ganda China, Wang Yi Lyu/Huang Dong Ping dalam pertarungan tiga gim 21-18, 18-21 dan 21-19. Sementara The Minions, julukan Marcus/Kevin sukses mengalahkan seniornya, The Daddies, Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan 21-14, 21-13.

Bagi Praveen/Melati, perjuangan di Denmark ini ibarat merobohkan Tembok China. Bayangkan saja, dalam lima babak mereka harus bertemu tiga pasangan ganda campuran dari Dataran Tiongkok. Mereka merasakan betul bagaimana berlapis dan kokohnya Tembok China, mengingat semua kemenangan mereka atas ganda-ganda China berakhir dalam keadaan rubber set alias tiga gim.

Praveen/Melati Juara di Denmark, Ibarat Robohkan Tembok China
Foto: Badmintonindonesia.org

Setelah menang mudah atas ganda Inggris, Ben Lane/Jessica Pugh di babak pertama dengan skor 21-12, 21-19, Praveen/Melati harus menghadapi pasangan China peringkat 18 BWF, Lu Kai/Chen Lu. Melalui pertarungan 54 menit, Praveen/Melati yang menduduki peringkat 7 BWF menang 18-21, 21-15 dan 21-13.

Hadangan berikutnya datang dari ganda terbaik dunia saat ini, Zheng Si Wei/Huang Ya Qiong. Perjuangan kian berat mengingat dalam enam pertarungan sebelumnya, mereka selalu keok dengan lima kali berakhir kekalahan straight set alias dua gim langsung. Hebatnya, kali ini Praveen/Melati sukses menang 18-21, 21-16 dan 22-20 dalam permain berdurasi 55 menit.

“Dalam setiap pertandingan kami selalu coba buat melawan, fight terus dan kebetulan baru jebol di sini. Dari enam pertemuan kami coba pelajari celahnya satu-satu, baru di sini akhirnya kami bisa menembus pertahanan mereka,” kata Praveen seperti dilansir Badmintonindonesia.

Kemenangan ini nampaknya meningkatkan kepercayaan diri pasangan yang mulai dipasangkan di ajang Malaysia Masters 2018 itu. Di babak semifinal, mereka menang mudah atas ganda Taiwan, Wang Chi-Lin/Cheng Chi Ya 21-12, 21-12.

Praveen/Melati Juara di Denmark, Ibarat Robohkan Tembok China
Foto: Badmintonindonesia.org

Lapisan terakhir Tembok China datang dari pasangan Wang Yi Lyu/Huang Dong Ping. Sama seperti menghadapi Zheng/Huang, Wang/Huang juga bukan lawan mudah. Dalam enam pertemuan sebelumnya, Praveen/Melati selalu kalah, dengan hanya dua kali pertarungan berjalan tiga gim.

Sulitnya lagi, tiga kekalahan terakhir yang diderita Praveen/Melati dari Wang/Huang diderita di tahun 2019, dan ketiganya adalah di babak final yakni India terbuka, Australia Terbuka dan Jepang Terbuka.

Akhirnya rezeki juara itu datang di Denmark. Setelah tampil disiplin dan memenangi 21-18 gim pertama, pertahanan Praveen/Melati mulai kendor di gim kedua. Beberapa kali mereka salah komunikasi dan akhirnya kalah 18-21.

Baca Juga: Ganda Campuran Praveen/ Melati Juara Denmark Open 2019

Pertandingan pun harus berjalan di gim ketiga. Setelah tancap gas dengan unggul cepat 11-4 di interval pertama, konsentrasi Praveen/Melati seolah-olah buyar dan tertahan di angka 14. Mereka kehilangan 11 poin beruntun, hingga Wang/Huang yang kini menempati peringkat 2 BWF, balik unggul 18-14.

Anak asuh Richard Mainaky itu akhirnya membuktikan mental juaranya, dengan menyamakan kedudukan menjadi 19-19. Akhirnya, dengan kepercayaan diri tinggi, Praveen/Melati sukses merebut gim penentuan 21-19.

Gelar juara di Denmark ini menjadi gelar perdana kedua pasangan yang mulai dipasangkan pada 16 Januari 2018 itu. Hal ini disambut dengan rasa syukur oleh kedua pemain.

Praveen/Melati Juara di Denmark, Ibarat Robohkan Tembok China
Foto: Badmintonindonesia.org

“Bisa menang hari ini tentu senang sekali, ini merupakan gelar pertama kami setelah satu setengah tahun berpasangan. Dan tentu ini akan membuat kami percaya diri di turnamen berikutnya,” kata Praveen. “Pastinya senang apalagi ini gelar kami yang pertama. Kami akhirnya bisa membuktikan kalau kami bisa,” tambah Melati.

“Dari awal kami sudah mempersiapkan kalau pertandingan hari ini tidak akan mudah dan melelahkan. Kunci kemenangan kami hari ini yaitu lebih percaya ke partner dan memperbanyak komunikasi di lapangan. Kami terus fokus sebelum angka 21, jangan menyerah. Kami sempat terkejar di gim ketiga. Pemain China ini merupakan pemain bagus,” ucao Praveen menjelaskan strateginya.

Kemenangan ini sekaligus menjadi hadiah manis bagi Melati yang akan berulang tahun ke 25 pada 26 Oktober mendatang. Rencananya, Praveen/Melati akan langsung terbang ke Paris untuk mengikuti ajang Perancis Terbuka 22-27 Oktober.

Harus Lebih Disiplin

Ada yang menarik di balik kemenangan Praveen/Melati. Usut punya usut, ternyata Praveen Jordan sebelumnya nyaris tidak diikut sertakan dalam tur Eropa kali ini. Hal ini disebabkan karena Praveen mangkir latihan pada Senin (7/10). Semalam sebelumnya, Praven meninggalkan asrama PBSI tanpa sepengetahuan tim pelatih hingga pukul 01.00 dini hari.

Hal ini tentu membuat pelatih kepala, Richard Mainaky berang. Dirinya bahkan mengancam akan mencoret Praveen dari Pelatnas, dan Praveen wajib membayar denda hingga sekitar US$10 ribu atau sekitar Rp140 juta apabila absen di turnamen-turnamen kelas Super 750 itu.

“Masalah ini akan kami evaluasi dulu. Yang pasti, semua atlet Pelatnas harus disiplin dan tidak boleh seenaknya sendiri, harus ikut aturan di Pelatnas,” kata Sekretaris Jenderal (Sekjen) Pengurus Pusat Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PP PBSI) Achmad Budiharto seperti dilansir Antara.

Legenda bulu tangkis Tanah Air Hariyanto Arbi bahkan angkat bicara. Pemilik smes 100 watt itu menilai semua atlet yang ada di Pelatnas seharusnya lebih disiplin dan menaati peraturan.

Praveen/Melati Juara di Denmark, Ibarat Robohkan Tembok China
Foto: Badmintonindonesia.org

Baca Juga: Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan, Susahnya Kalahkan Junior

“Apapun alasannya, yang namanya bolos latihan itu sama sekali tidak dibenarkan. Kalau sudah masuk Pelatnas, berarti tugas atlet itu adalah berlatih supaya bisa mencapai hasil yang maksimal di setiap pertandingan yang diikuti. Jadi, aturan untuk mengikuti sesi latihan itu harus ditaati,” kata Juara Dunia 1995 itu.

Praveen sendiri dipanggil Pelatnas pertama kali di akhir 2013, usai sebelumnya bermain bersama pemain spesialis ganda, Vita Marissa. Nama terakhir itu kini menjadi asisten pelatih ganda campuran pratama Pelatnas.

Di Pelatnas, Praveen awalnya berpasangan dengan Debby Susanto. Beberapa gelar bergengsi pernah diraih Praveen/Debby, seperti juara All England 2016, medali perunggu Asian Games Incheon 2014, serta medali emas SEA Games Singapura 2015.

Bersama Melati, pemain berusia 26 tahun itu kini tengah berupaya meraih 1 tiket untuk lolos ke Olimpiade Tokyo 2020 mendatang. Saat ini mereka menduduki peringkat 8 dalam kualifikasi Race to Tokyo, satu peringkat di bawah pasangan Indonesia lainnya Hafiz Faizal/Gloria Emanuelle Widjaja.

BACA JUGA: Cek AKTIVITAS KEPALA DAERAH, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini


Editor: Farid R Iskandar


Berita Terkait