Ceknricek.com -- TasteAtlas, situs kuliner dari Kroasia yang mengulas berbagai makanan di seluruh dunia, menobatkan rawon sebagai sup paling enak se-Asia 2020. Hasil itu didapatkan dari penilaian para kritikus restoran profesional dan 63.402 peserta penyumbang voting suara.
Dengan 30 tenaga peneliti dan penulis, TasteAtlas menyediakan berbagai informasi seputar kuliner dengan berfokus pada masakan tradisional, makanan lokal, resep otentik, dan ulasan para ahli. Dari hampir 20.000 jenis hidangan kuliner dunia yang mereka ulas, masakan lokal khas Indonesia seperti rawon juga termasuk ke dalamnya.
Dikutip dari Seasia.co, rawon menempati posisi nomor satu dari 12 besar sup terenak di Asia dalam TasteAtlas Award 2020. Makanan khas Indonesia ini menyita perhatian karena rasanya yang lezat dan diolah dengan beragam bumbu dan rempah. Makanan khas dari Jawa Timur ini memiliki tampilan dengan kuah berwarna hitam pekat. Kuah hitam dihasilkan dari kluwek yang digunakan saat proses memasaknya.
Cita rasa rawon yang agak manis, gurih, dan legit memang mampu menggoyang lidah siapa saja yang menyantapnya. Posisi nomor 1 rawon ini mampu mengalahkan sup-sup lezat lainnya dari Jepang, Iran, Filipina, Thailand, hingga Malaysia.
Rawon mengalahkan bulalo, sup daging khas dari Filipina yang menempati posisi kedua terenak di Asia. Rawon juga berhasil mengalahkan sup khas Malaysia yaitu penang laksa dan asam laksa di posisi keempat dan kelima.
Bukan hanya rawon, masakan khas Indonesia lainnya, gulai cincang, juga masuk daftar sup terenak di Asia. Makanan khas Minangkabau, Sumatra Barat, itu menempati posisi ketiga terbaik di bawah rawon dan bulalo.
Tahun 2017, CNN Travel merilis kembali 50 makanan terlezat di dunia. Rendang dari Indonesia tetap masuk di urutan pertama. Ini jadi kali kedua rendang masuk dalam makanan terenak nomor 1 versi CNN Travel. Sebelumnya, pada Juli tahun 2011, CNN Go's menobatkan rendang sebagai makanan terenak peringkat 11. Dan di September 2011, rendang naik hingga nomor 1. Ini didapatkan dari suara terbanyak dalam jajak pendapat melalui Facebook. Ada lebih dari 35.000 suara yang memberikan vote, rendang yang paling banyak.
Apa tindak lanjut dari dua hal yang membanggakan itu.? Tak ada. Berhenti sampai di situ saja. Pemerintah, pengusaha restoran maupun komunitas penggemar kuliner "adem ayem". Tidak tergerak untuk, misalnya, secara terprogram mengembangkan masakan dan restoran Indonesia di luar negeri.
Berbeda sekali dengan Thailand. Kendati masakan mereka tidak ada yang meraih penghargaan tertinggi itu, Thailand bertekad dan sudah mengembangkan makanan dan restorannya di berbagai penjuru dunia. Pada 2001, pemerintah Thailand mendirikan the Global Thai Restaurant Company, Ltd. Tujuannya membuka sedikitnya 3.000 restoran Thailand di seluruh dunia.
Mulai tahun 2002, ketika globalisasi sedang bertumbuh pesat, Thailand meluncurkan program Global Thai Programme dengan tujuan menghadirkan restoran Thailand di seluruh dunia. Dengan ambisi tinggi, Thailand ingin mencap negaranya sebagai "Dapur untuk Dunia" dan "Keranjang Makanan Asia."
Export Import Bank of Thailand menawarkan kredit lebih dari USD 3 juta kepada warga Thailand yang ingin membuka restoran di luar negeri. Sampai tahun 2014, misalnya, 3.000 restoran Thailand sudah dibuka di Australia.
Gastrodiplomacy atau diplomasi kuliner tetap konsisten dijalankan hingga sekarang. Bagian terpenting dari hal itu adalah: Peran pemerintah dalam membuat konsep dan kegigihannya dalam menjalankannya di luar negeri.
Pemerintah Thailand membuat penghargaan Thai Select. Pemenangnya dinilai dengan standar tinggi. Pemenang Thai Select akan diberi pendanaan dan pinjaman dana pemerintah. Melalui penghargaan ini, pemerintah Thailand meningkatkan semangat pemilik restoran Thailand di luar negeri untuk berkembang.
Rasa masakan distandarisasi. Pemerintah juga melatih koki asal Thailand untuk bekerja di luar negeri. Mereka mendapatkan visa khusus untuk koki Thailand apabila bekerja di Selandia Baru, tulis Jennifer Gracelia di kompasiana.com.
Hasilnya? Kebijakan pemerintah Thailand sukses besar. Di tahun 2002, hanya ada 5.500 restoran masakan Thailand di luar negeri. Di tahun 2018 jumlah restoran tersebut berlipat ganda hingga 15.500 restoran dan terus bertambah. Apa pemerintah Indonesia tidak malu dengan pemerintah Thailand.? Entahlah.