Ceknricek.com - Tingginya nilai karya Raden Saleh, memaksa pihak Keraton Yogyakarta mendatangkan ahli khusus untuk merestorasi lukisan karya sang maestro dunia itu.
Sebagai langkah awal, dua karya Raden Saleh berupa lukisan potret Sri Sultan Hamengkubuwono VI dan GKR Hageng menjadi sasaran pertama. Dua buah lukisan yang dibuat pada paruh kedua abad XIX itu akan direstorasi karena kerusakan yang disebabkan oleh faktor usia.
Terlepas dari kondisi lukisan potret Sri Sultan HB VI yang mulai usang dimakan usia, nilai sejarah di balik lukisan itu tentu jauh lebih besar. Selain dibuat oleh seorang maestro besar, Raden Saleh, ada sejarah tak terlupa di balik kiprah dari Sri Sultan HB VI di saat dia memimpin Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.
Mengutip kratonjogja.id, Sri Sultan HB VI naik takhta menggantikan kakaknya Sri Sultan HB V yang meninggal secara misterius. Ia jadi sultan karena HB V belum memiliki anak. Faktor keberuntungan ini rupanya terganggu karena di tengah kepemimpinannya, bencana gempa bumi dahsyat memorakporandakan wilayah Yogyakarta, termasuk beberapa bangunan keraton.
Sri Sultan HB VI juga dipandang sebagai penyambung kembali jalinan silaturahmi dengan Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, yang sempat terputus meski sama-sama trah Mataram. Putusnya hubungan tersebut akibat Perjanjian Giyanti, yang memecah Kerajaan Mataram menjadi dua : Surakarta dan Yogyakarta.
Hubungan baik dengan Surakarta dijalin kembali oleh Sri Sultan HB VI dengan menikahi putri Sri Susuhunan Pakubuwono VIII, GKR Kencono, dan mengangkatnya sebagai permaisuri. Selain dengan Surakarta, Sri Sultan HB VI juga menjalin hubungan dengan Kerajaan Brunai dengan menikahi salah seorang putri dari kerajaan tersebut.
“Rencana 2019 ini, wajah Museum Keraton Yogyakarta akan berubah sedikit demi sedikit. Kita akan revitalisasi museum secara keseluruhan. Tapi proyek akan berlangsung secara bertahap hingga beberapa tahun ke depan," ujar Penghageng Kawedanan Hageng Nitya Budaya, GKR Bendoro dalam acara konferensi pers, beberapa waktu lalu.

Benda Pusaka
Dalam proyek revitalisasi ini, lukisan menjadi salah satu yang mendapat perhatian serius karena rata-rata sudah berusia ratusan tahun. Kondisinya banyak mengalami perubahan secara fisik karena faktor cuaca dan yang lainnya. Persoalan makin serius karena ketiadaan tenaga ahli profesional yang bisa melakukan upaya penanganan terhadap lukisan-lukisan tua. Karena itulah, dalam proyek ini, pihak keraton mendatangkan seorang restorator profesional dari Italia, Michaela Anselmini.
“Di Indonesia belum ada jurusan khusus untuk restorasi lukisan. Berbeda dengan di Italia yang sudah memiliki sekolahnya sejak berpuluh-puluh tahun lalu. Karena itulah untuk proyek restorasi ini, kita datangkan ahli dari sana. Kita butuh tenaga profesional yang bisa merawat lukisan dengan baik dan benar. Apalagi lukisan-lukisan itu sudah bukan lagi sebatas koleksi, tapi sudah menjadi benda pusaka,” lanjut GKR Bendoro.
Restorasi lukisan sebenarnya bukan yang pertama dilakukan pihak keraton. Sebagai bagian dari proses perawatan, pihak keraton sudah pernah melakukan hal yang sama sekitar 40 tahun lalu. Namun, seiring berjalannya waktu, kondisi lukisan-lukisan itu perlu perawatan khusus lagi. Selain menjaga dari kerusakan yang lebih parah, perawatan diperlukan agar gambar dalam lukisan bisa dilihat sebagaimana warna aslinya.

Michaela Anselmini
Michaela Anselmini memiliki studio restorasi lukisan di Milan, Italia. Kepiawaiannya diakui berbagai galeri dan seniman terkenal Eropa. Pada 2017, ia bahkan dipercaya sebagai restorer resmi di Festival Europalia “Power and Other Things” di Brussel, Belgia. Atas dasar itulah pihak Keraton Yogyakarta memanfaatkan jasanya untuk merestorasi lukisan-lukisan koleksi mereka.
Secara umum, pekerjaan konservasi dan restorasi berurusan dengan bagaimana cara memperlakukan, merawat, dan memulihkan kembali lukisan, baik di atas kanvas, kertas, sutra, ataupun medium lainnya. Meski kerap kali dipinggirkan, konservasi dan restorasi memiliki peranan yang sangat penting.
Dalam bekerja, seorang konservator harus mampu menggabungkan berbagai disiplin ilmu (sejarah seni, kimia, material) dengan ketangkasan dan rasa bak seniman. Di samping itu, ia mesti melakukan serangkaian analisis dan proses yang rumit dalam mengonservasi atau merestorasi lukisan. Bahkan, seorang konservator yang baik haruslah sama berbakatnya dengan seniman asli, sehingga karya yang asli benar-benar terlihat originalitasnya.