Rodrigo Hernandez, Hebat di Villareal Dijual Atletico ke Manchester City | Cek&Ricek wardah-colorink-your-day
Foto : AFP

Rodrigo Hernandez, Hebat di Villareal Dijual Atletico ke Manchester City

Ceknricek.com -- Rodrigo Hernandez Cascante (Rodri) baru diumumkan menjadi rekrutan Manchester City, Kamis (6/7). Rodri didatangkan City dari Atletico Madrid. Juara bertahan Premier League itu merogoh kocek sebesar 62,6 juta pound atau Rp1,11 triliun untuk mendatangkan Rodri. Inilah pembelian termahal kedua sepanjang sejarah klub.

Kedatangan Rodri akan membuat City punya lini tengah yang mengerikan untuk lawan-lawannya musim depan. Sebelumnya, Tim Biru Langit itu memang sudah punya barisan gelandang yang oke.

Besar di Villareal

Enam tahun lalu, Rodri dianggap terlalu lemah oleh Atletico Madrid sehingga ia dilepas akademi klub. Tanpa biaya transfer, Villareal menampungnya. Mereka ternyata sukses memoles bakat Rodri. Dua musim di akademi Villareal, ia berhasil promosi ke tim senior dan menguasai lini tengah The Yellow Submarines. Bahkan pada musim 2017/18 Rodri mulai menjabat sebagai kapten tim dan andalan di lini tengah ketika Bruno Soriano, kapten utama mereka, mengalami cedera panjang di awal musim.

Sumber : Sepakbola.com

Rodri menjelma menjadi seorang pemimpin bersama Villareal. Pemain kelahiran 23 Juni 1996 ini merupakan pemikir ulung. Ketika kemampuan fisikal jadi kelemahannya, ia menjadikan inteligensinya sebagai kekuatan utamanya.

Rodri menjadi favorit pelatih-pelatih yang menukanginya karena ia mampu menerjemahkan instruksi dengan sangat baik. Kemampuannya pun menonjol kala tim bermain dengan high-pressing. Tak heran ia mulai disebut-sebut sebagai suksesor Sergio Busquets di Timnas Spanyol.

Direkrut Kembali oleh Atletico

Di Villareal, Rodri sempat bermain dalam pola 4-3-1-2. Lalu ketika dilatih oleh Marcelino Garcia Toral, pemain kelahiran Madrid ini bermain dalam pola dasar 4-4-2. Hal itu juga yang membuatnya direkrut kembali oleh Atletico Madrid, dimana Diego Simeone pun kerap bermain dengan pola dasar 4-4-2.

Pola 4-4-2 membutuhkan dua gelandang tengah yang punya mobilitas tinggi untuk menjangkau seluruh area di wilayah tengah lapangan baik itu dalam posisi menyerang maupun bertahan. Tentu tidaklah mudah mencari pemain seperti ini di era sekarang mengingat semakin menjamurnya pola 4-3-3 atau 4-2-3-1.

Sumber : Portalmakassar.com

Rodri karenanya menjadi salah satu gelandang spesial yang dimiliki Spanyol. Di Villareal, ia berhasil menggantikan Bruno yang kemampuannya semakin menurun karena direnggut usia, sementara di Atletico kehadirannya membuat fans Atletico Madrid, dan Simeone mendapatkan sosok pengganti Gabi yang hengkang ke Liga Qatar.

Di Atletico, Rodri mengenakan nomor punggung 14 yang tujuh tahun terakhir identik dengan sosok Gabi. Nomor tersebut cukup ikonik di Atletico Madrid karena Simeone pun menggunakan nomor yang sama ketika masih berkarier sebagai pemain di Los Colchoneros

Akan Menjadi Regista

Bersama Rodri, Manchester City memang tidak akan mengharapkan pemain berusia 23 tahun itu mencetak banyak gol. Secara statistik memang tidak ada yang mencolok darinya. Musim lalu dari 47 laga, cuma 3 gol dan 1 asus ia ciptakan. Pun dengan statistik umpan kunci, tekel, intersep, dan atribut penting lainnya.

Walau begitu, Rodri diprediksi akan menjadi sosok yang tepat sebagai pengganti Fernandinho di pos gelandang bertahan dalam pola 4-3-3 andalan Pep Guardiola.

Sumber : Bolasport.com

Rodri tidak memiliki kemampuan fisikal seperti Fernandinho. Tapi Rodri bisa berperan sebagai regista. Dalam bahasa Italia, regista berarti sutradara. Di sepak bola, regista akan menjadi pemimpin, memberikan pengarahan baik kala menyerang maupun bertahan, bahkan bisa dibilang sosok yang paling bertanggung jawab dalam menentukan arah serangan sekaligus memutus serangan balik lawan.

Kemampuan fisikal bukan tolok ukur utama untuk menjadi seorang regista. Tengok sosok Andrea Pirlo kala memimpin lini tengah AC Milan, Juventus, dan Timnas Italia. Meski terlihat ringkih, tapi bola tak mudah direbut dari kakinya. Dia tetap tenang saat tekanan datang dari lawan. Ketenangan itulah yang kemudian membuatnya bisa mengambil keputusan yang tepat untuk membangun serangan lewat umpan akuratnya. Pun saat bertahan, Pirlo hanya perlu menunggu momen yang tepat untuk memotong bola atau membatasi pergerakan lawan yang sedang menguasai bola.



Berita Terkait