Sayap Merpati di Tangan Ari Askhara | Cek&Ricek Anugerah Pewarta Astra 2025 - Satukan Gerak, Terus Berdampak
Foto: Sumberjakarta

Sayap Merpati di Tangan Ari Askhara

Ceknricek.com -- I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra pantas berjuluk jawara penerbangan Indonesia. Setelah sukses menggaet Sriwijaya Air dalam pelukan Garuda, Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. ini mulai mereparasi Merpati yang mati suri.

Ya, Ari, begitu pria ini disapa, kini sibuk merestrukturisasi bisnis PT Merpati Nusantara Airlines. Merpati diberi oksigen dengan menjalankan bisnis pelayanan kargo mulai 10 November. Untuk itu, Ari menggandeng 10 Badan Usaha Milik Negara atau BUMN untuk bersama-sama memberi bantuan pernafasan.

Menghidupkan Merpati bukan pekerjaan mudah. Sejak mati pada lima tahun lalu, maskapai ini sudah seperti membusuk. Banyak pihak, termasuk presiden dan para menteri, berusaha menyelesaikan masalah Merpati. Semua gagal. Kini Ari turun tangan. Apakah akan berhasil atau gagal, ya, kita lihat saja nanti.

Sayap Merpati di Tangan Ari Askhara
Sumber: Kabarbisnis

Ari bergerak menggarap Merpati setelah mendapat mandat dari Menteri BUMN, Rini Soemarno. Arahan tersebut diterima Ari sebelum Rini diganti Erick Thohir.

Ari bertemu dengan Rini Agustus lalu, dalam rangka membahas soal Sriwijaya. Pada saat itu, Rini meminta Ari membantu Merpati. ”Ari kamu bisa nggak bantu Merpati sekalian dijadikan satu," ucap Ari menirukan permintaan Rini.

Sayap Merpati di Tangan Ari Askhara
Sumber: Mediaindonesia

Setelah itu, Ari meminta jajarannya mencari bahan mengenai restruksturisasi Merpati. Dia mulai mencari tahu kendala-kendala dan potensi yang bisa dikembangkan pada kimia bisnis maskapai tersebut. Akhirnya dia menemukan sebuah skema yang menurutnya paling simpel. 

Proses penjajakan dilakukan sekitar 1,5 bulan. Ia merayu 10 BUMN agar membantu misinya itu. Ari sukses. Sejumlah BUMN menerima tawaran Ari. Mereka pun akhirnya merumuskan perjanjian kerja saja. Selanjutnya, pada  Rabu, 16 Oktober, 11 BUMN itu mengikat kerja sama dengan Merpati.

Agen Kargo 

Jalan keluar yang paling simpel itu ternyata adalah Garuda mengambil alih pengelolaan bisnis Merpati meliputi kargo, maintenance facility, dan training center. "Tidak ada suntikan dana. Kami hanya bantu operasional. Sebetulnya ini Merpati membawa volume BUMN sedangkan operasi dilakukan oleh Garuda," kata Ari.

Dalam skema kerja sama itu, Merpati akan menjadi agen kargo. Adapun, anak usaha Garuda yaitu Citilink sebagai pengangkut kargo untuk beberapa rute, misalnya Jayapura-Wamena atau Timika-Wamena pergi pulang. 

Sayap Merpati di Tangan Ari Askhara
Sumber: Agencargo

Pendapatan Merpati sebagai agen kargo, akan digunakan untuk membayar pesawat yang dioperasikan Garuda Group. Bila pendapatannya sudah stabil, Merpati bisa menggunakan pesawat sendiri yang sebelumnya harus diperbaiki dan disertifikasi kembali.

Baca Juga: Proposal Perdamaian Disetujui, Merpati Airlines Dapat Terbang Kembali

Selain Garuda, BUMN yang berkomitmen untuk mendukung upaya percepatan restrukturisasi bisnis Merpati Nusantara adalah PT Semen Indonesia (Persero) Tbk., PT Pertamina (Persero), Perum Bulog, Perusahaan Perdagangan Indonesia (Persero), PT PLN (Persero), PT Perikanan Nusantara (Persero), dan Himbara yang terdiri dari PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk., PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk., dan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. 

Sayap Merpati di Tangan Ari Askhara
Sumber: Industry.co

Deputi Bidang Restrukturisasi dan Pengembangan Usaha Kementerian BUMN, Aloysius Kiik Ro, menyampaikan melalui kerja sama ini, Garuda Indonesia Grup mendukung upaya rekstrukturisasi Merpati dalam bentuk kerja sama pengelolaan bisnis. Selain itu, Garuda bersama beberapa BUMN lainnya mendukung pengelolaan usaha kargo milik Merpati melalui aktivitas pelayanan pengiriman barang-barang di wilayah Papua. 

Dalam hal kerja sama pengelolaan usaha maintenancerepair, and overhaul, Merpati juga bertindak sebagai agen pemasaran yang menyediakan layanan untuk perawatan turbin dari Pertamina dan PLN yang difasilitasi oleh MRO Merpati Nusantara dan Garuda Indonesia Grup.

Sementara, dalam usaha training centre, Garuda akan berpartisipasi dalam mengelola pusat pendidikan milik Merpati Nusantara agar ke depannya unit usaha ini menjadi salah satu sumber pendapatan besar perusahaan.

Belum Hidup

Direktur Utama Merpati Nusantara Airlines, Asep Ekanugraha menjelaskan, Merpati bersama Garuda akan membahas rute kargo ke kawasan Indonesia Timur. “Ini nanti akan menjadi bisnis pertama sejak berhenti operasi, tetapi sesungguhnya Merpati belum hidup karena belum kembali terbang padahal kami maskapai. Ini jadi bagian dari pemanfaatan sumber yang ada, hanya itu,” katanya, seperti dikutip CNBC Indonesia, usai penandatanganan kerja sama dengan 11 BUMN itu. 

Untuk bisnis kargo, Merpati akan menyewa pesawat Citilink, tetapi tidak menutup kemungkinan ke depannya akan digunakan pesawat milik Merpati sendiri. Sebelum berhenti beroperasi pada 2014, Merpati Nusantara memiliki 25 unit pesawat yang dioperasikan.

Merpati akan secara resmi memulai bisnis kargo per 10 November bertepatan dengan Hari Pahlawan. Pada hari itu juga akan digelar seremonial peletakan pesawat milik Garuda yang akan melayani pelanggan kargo Merpati. Ini sekaligus sebagai penanda bahwa Merpati bangkit lagi setelah mati suri.

Sayap Merpati di Tangan Ari Askhara
Sumber: Jetphotos.com

Baca Juga: Angka Jujur Keluar, Tampaklah Warna Asli Garuda

Pesawat itu akan diterbangkan dari Jakarta ke Papua. Nantinya, layanan kargo Merpati beroperasi di rute Jayapura-Wamena.

Ke depan, Garuda masih akan menambah 4 pesawat untuk kargo Merpati, sehingga total akan ada 5 pesawat. Kelima pesawat tersebut 3 pesawat milik Garuda dan 2 sisanya milik Citilink.

Nantinya, kargo Merpati bakal melayani pengiriman berbagai barang dari 10 perusahaan BUMN yang belum lama ini teken kontrak kerja sama. Nantinya diharapkan Merpati bisa membuka kembali rute penerbangan. Rencana itu dipastikan belum akan terealisasi dalam waktu dekat. Masih banyak tahapan-tahapan yang harus dilalui oleh Merpati untuk bisa terbang kembali. 

Direktur Kargo dan Pengembangan Usaha Garuda, Mohammad Iqbal, menjelaskan pertimbangan perseroan memilih mengembangkan usaha kargo karena adanya kekurangan kapasitas di antara maskapai lain. Di sisi lain, pertumbuhan sektor kargo secara nasional mencapai dua digit per tahun. "Kalau pemain pesawat penumpang sudah banyak, coba lihat ada Lion Air, Garuda, Citilink, Sriwijaya," katanya kepada Bisnis.com beberapa waktu lalu. 

Sayap Merpati di Tangan Ari Askhara
Sumber: Ekonomibisnis

Baca Juga: Perusahaan Kelas Dunia, Itu Cita-Cita Jokowi

Potensi bisnis kargo udara di Indonesia timur masih sangat besar tetapi belum digarap serius maskapai penerbangan nasional, termasuk Garuda Indonesia Group. "Potensi pasar kargo udara di Papua masih banyak. Tinggal mereka mau ambil yang mana dan rencananya seperti apa, karena hingga saat ini belum disampaikan," ujar Konsultan penerbangan dari CommunicAvia Gerry Soejatman. 

Dalam usaha pengembangan kargo dari Merpati, beberapa BUMN lainnya seperti Semen Indonesia, Pertamina, Perum Bulog, Perusahaan Perdagangan Indonesia, dan PLN akan mendukung melalui aktivitas pelayanan pengiriman barang-barang di wilayah Papua.

Penetrasi ke wilayah timur bukan kali ini saja. Sebelumnya Garuda juga telah bekerja sama dengan PT Perikanan Nusantara (Persero) dalam bidang kargo dan pemanfaatan cold storage untuk distribusi hasil perikanan nasional di pasar internasional.

Kemudian ada rencana mendatangkan total 150 unit pesawat tanpa awak (unmanned aircraft system/UAS) yang dipilih agar bisa menjangkau wilayah timur dengan tingkat keselamatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pesawat konvensional. Garuda diketahui menargetkan volume kargo udara bisa mencapai 2 juta ton pada 2025 

Soal Utang

Sebelum tutup, Merpati awalnya cukup sukses melayani penumpang, sebelum masuknya maskapai bertarif murah alias LCC yang diawali dengan hadirnya Lion Air pada Juni 2000. 

Pada awalnya, mengacu data Kementerian BUMN, Merpati hanya menawarkan layanan penumpang, lalu kemudian berkembang di bisnis layanan darat (ground handling) dan pelatihan awak dan pilot.

Selain itu, Merpati juga mendirikan Merpati Maintenance Facility (MMF) yang menyediakan perawatan dan perbaikan pesawat yang berbasis di Bandara Internasional Juanda, Surabaya, Jawa Timur.

Sayap Merpati di Tangan Ari Askhara
Sumber: Tripzillia

Pada 2015, jumlah karyawan Merpati di kantor pusat sebanyak 33 orang dan 152 orang di kantor cabang. Pada 2016, jumlah karyawan kantor pusat hanya 29 orang dan kantor cabang 132 orang.

Mengacu data kinerja BUMN periode 2015 (setahun setelah tutup), Merpati masih tercatat memiliki aset mencapai Rp1,32 triliun, berkurang dari aset 2014 sebesar Rp2,46 triliun dan pada 2012 sebesar Rp2,79 triliun.

Ekuitas perseroan juga negatif hingga Rp8,59 triliun dari tahun sebelumnya Rp6,12 triliun, dan tahun 2012 negatif sebesar Rp3,74 triliun. Sementara kewajiban Merpati pada 2015 yakni mencapai Rp9,92 triliun dari 2014 yakni Rp8,59 triliun dan 2012 sebesar Rp6,55 triliun.

Baca Juga: Membagi Langit Indonesia dengan Asing

Sepanjang 2015, Merpati masih membukukan pendapatan Rp43 miliar, amblas 64% dibandingkan dengan 2014 yang Rp121 miliar dan anjlok hingga 98% dari 2012 yang masih sebesar Rp1,75 triliun.

Merpati mencetak rugi bersih Rp2,48 triliun, membengkak 209% dari tahun sebelumnya Rp803 miliar dan rugi bersih 2012 sebesar Rp1,54 triliun. 

Posisi utang PT Merpati Nusantara Airlines saat ini tersisa Rp 6 triliun. Padahal, berdasarkan data Perusahaan Pengelola Aset (PPA), Merpati memiliki utang lebih dari Rp10 triliun pada akhir 2018.

Sayap Merpati di Tangan Ari Askhara
Sumber: CNN

Dari data tersebut aset Merpati ditaksir hanya Rp1,21 triliun, sehingga, ekuitas perseroan minus Rp9,51 triliun. Kini, menurut Asep Ekanugraha, angka tersebut sudah berubah. "Posisi utang kita sekitar Rp6 triliun," ujarnya, 16 Oktober lalu. 

Perubahan angka itu didapat dari penghapusan nilai bunga yang dikabulkan Pengadilan PKPU (Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang). Bunga itu sendiri sebesar Rp4,4 triliun. Asep bilang, nominal utang yang telah dikurangi bunga tersebut masih bisa bergerak lebih positif. Pasalnya, perhitungan lain belum dilakukan pada pembukuan terbaru.

"Itu belum menyentuh bisnis, belum menyentuh structuring komposisi saham pasca homologasi (pengesahan perdamaian). Kalau episode itu tersentuh, Insya Allah buku (keuangan) Merpati makin baik lagi," katanya. 

Aloysius  mengatakan untuk merampungkan restrukturisasi utang Merpati memang tidak mudah. "Dengan minus ekuitas Rp10 triliun itu nggak mudah. Tapi kita sudah melakukan restrukturisasi melalui proses PKPU, kebetulan kreditur kita itu 80% BUMN. Dalam semangat seperti itu, mau bernegosiasi untuk kita panjangkan," katanya.

VP Corporate Secretary PT Garuda Indonesia Tbk. M. Ikhsan Rosan, memastikan dalam kerja sama tersebut, Garuda tidak menjadi terbebani. Sebaliknya, kinerja bisnis kargo emiten berkode GIAA tersebut bakal berpotensi meningkat seiring dengan perluasan pasar ke wilayah timur.

BACA JUGA: Cek  AKTIVITAS PRESIDEN, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini. 


Editor: Farid R Iskandar


Berita Terkait