Ceknricek.com -- Hari ini 34 tahun yang lalu, tepatnya pada 13 November 1985, gunung berapi tertinggi di pegunungan Andes, Kolombia meletus dan memuntahkan campuran keras abu dan lahar ke atmosfer.
Letusan Nevado del Ruiz itu adalah salah satu bencana alam terburuk di Kolombia, dan bencana vulkanik yang mematikan kedua di dunia awal abad ke-20, setelah letusan gunung Pelee’ di Martinique, Perancis.
Earth Magazine menuliskan, letusan ringan tersebut menyebabkan lava melonjak keluar sehingga menyebabkan es mencair dari gletser yang menutupi puncak gunung tersebut.
Campuran batu dan kerikil dari gunung berapi, lumpur dan air kemudian mengalir dengan kecepatan 30 km per jam hingga menewaskan setidaknya 23.000 penduduk. Selain itu banjir juga melukai 5.000 orang dan menghancurkan 5.000 rumah.
Jalan Menuju Erupsi
Nevado del Ruiz adalah gunung stratovolcano besar yang mirip dengan Gunung St. Helens dan Gunung Rainier di Washington, ketinggiannya lebih dari 5.300 meter di atas permukaan laut dan ditutup oleh gletser.
"Nevado" berarti "tertutup salju" Ini adalah salah satu gunung berapi paling utara dari bagian sabuk vulkanik Andes, sebuah rantai gunung berapi yang membentang di sepanjang pantai barat Amerika Selatan.
Sumber: CBS News
Ruiz adalah gunung berapi tertinggi kedua di Kolombia dan berada di Taman Nasional Los Nevados, yang merupakan rumah bagi tujuh gunung berapi lainnya. Dalam sejarahnya tercatat, Ruiz memiliki dua peristiwa erupsi yang terkenal.
Tercatat pada 1595, tiga letusan Plinian yang menyembur hingga stratosfer menewaskan setidaknya 636 orang ketika sebuah lahar menyapu lembah sungai di dekatnya. Pada tahun 1845, 250 tahun kemudian, aliran lumpur kembali membanjiri lembah atas Sungai Lagunillas dan menewaskan lebih dari 1.000 orang.
Ruiz mulai bergerak lagi hampir setahun sebelum letusan 1985, dengan aktivitas awal yang ditandai oleh gempa bumi dan aktivitas fumarolik dari lubang kawah gunung tersebut. Hal ini diketahui dari para pendaki di gunung itu melaporkan adanya gas yang muncul dari kawah puncak pada 1984.
Sumber: Elheraldo
Baca Juga: Mengulik Mitos Makam Dasamuka di Gunung Ungaran, Semarang
Lalu pada bulan Desember, tiga gempa bumi terasa dalam jarak 20 hingga 30 kilometer dari Ruiz. Kegiatan ini berlanjut hingga tahun berikutnya hingga pada 11 September 1985, Ruiz mengeluarkan gas dan uap dalam erupsi freatik selama tujuh jam meskipun tidak terjadi erupsi magmatik.
Hal ini pun mulai menarik perhatian pemerintah dan mereka mulai mengembangkan rencana tahapan awal dengan mengembangkan peta bahaya vulkanik yang jelas sangat berbahaya pabila terjadi erupsi.
Menghancurkan Kota Armero
Pukul tiga sore waktu setempat, pada 13 November 1985, Ruiz mengeluarkan tanda-tanda dengan mengirimkan uap dan gas serta beberapa letusan freatik. Meskipun begitu keadaan ini kembali normal yang diikuti dengan hujan deras.
Kondisi itu memang sering terjadi sebelumnya tanpa mengakibatkan letusan besar selang beberapa tahun sejak adanya aktivitas dari gunung itu. “Tidak ada indikasi instrumental yang jelas pada jam-jam berikutnya bahwa letusan yang lebih besar akan datang,” ungkap Jeffrey Marso ahli dari Kolombia pada Earth Magazine.
Sumber: El-tiempo
Situasi berubah serius enam jam kemudian, tepatnya pada pukul 21.00 malam ketika erupsi magmatik dimulai. Setelah letusan dimulai sebenarnya ada waktu cukup waktu jeda untuk mengevakuasi penduduk.
Namun setelah satu jam, lahar pertama mencapai kota terdekat yakni Chichina yang menyebabkan 1.000 orang tewas dan 200 rumah serta tiga jembatan hancur. Aliran lahar kemudian berlanjut hingga mencapai Armero, kota penghasil kapas terbesar di Kolombia pada pukul 23.30 malam.
Dalam laju lahar ini aliran lahar dan lelehan es yang mencair kemudian membunuh puluhan ribu orang dari total seluruh penduduk kota. Lahar menghancurkan segala sesuatu yang dilewati: jalan, jembatan, ladang pertanian, saluran air, dan saluran telepon.
Sumber: Univision
Baca Juga: Gunung Merapi Luncurkan Lava Pijar 950 Meter
Aliran lahar juga memusnahkan 50 sekolah, dua rumah sakit, dan lebih dari 5.000 rumah. Wilayah ini kehilangan 60 persen ternaknya, 30 persen tanaman padi-padian, dan setengah juta kantong kopi pasca terjadinya bencana.
Setelah bencana ini, Kolombia, khususnya, tidak ingin tragedi semacam ini terulang dan membuat upaya serius untuk mencegahnya terjadi lagi. Pemerintah setempat segera membuat rancangan dan penangan bencana gunung berapi.
Sumber: RTVES
Hasilnya, ketika Gunung Nevado del Huila meletus pada 2008, lebih dari 4.000 orang berhasil dievakuasi dari kota terdekat Belalcázar. Lahar yang mengalir menyapu kota kurang dari satu jam kemudian. Dalam kejadian ini tidak ada warga yang terbunuh.
“Itu adalah keberhasilan yang luar biasa, dan merupakan bukti atas pekerjaan yang dilakukan di Kolombia, dengan bantuan dari AS, VDAP (Volcano Disaster Assistance Program) dan organisasi lainnya, untuk melihat bahwa krisis tidak menjadi bencana, Kolombia benar-benar melakukannya," kata Marso.
BACA JUGA: Cek LINGKUNGAN HIDUP, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini.
Editor: Farid R Iskandar