Sejarah Hari Ini: Pertempuran APRIS dan RMS di Benteng Victoria Ambon | Cek&Ricek Anugerah Pewarta Astra 2025 - Satukan Gerak, Terus Berdampak
Sumber: Zona Pendidikan

Sejarah Hari Ini: Pertempuran APRIS dan RMS di Benteng Victoria Ambon

Ceknricek.com -- Pada 3 November 1950, pecah pertempuran antara Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS) dengan pasukan Republik Maluku Selatan (RMS) di dekat benteng Victoria, kota Ambon.

Pertempuran antara dua pasukan yang memiliki latar belakang sama sebagai prajurit Koninklijke Nederlands(ch)-Indische Leger, (KNIL) itu membuat pimpinan APRIS, Letkol Slamet Riyadi gugur dalam pertempuran, namun pasukannya berhasil merebut Benteng Victioria dari pasukan RMS.

Republik Maluku Selatan 

Pasca kemerdekaan Indonesia, sejumlah pemberontakan masih muncul di daerah-daerah. Salah satunya adalah Republik Maluku Selatan (RMS) yang diproklamirkan di Kota Ambon pada 25 April 1950. 

RMS dipimpin oleh Christian Soumokil, seorang pejabat Negara Indonesia Timur (NIT) sebagai Menteri Kehakiman dan Jaksa Agung. Pada saat itu masih berupa Republik Indonesia Serikat (RIS), namun oleh pemerintah pusat RMS dianggap sebagai sebuah pemberontakan.

Pertempuran APRIS dan RMS di Benteng Victoria Ambon
Sumber: Sejarah

Terbentuknya RMS tentu saja membuat pemerintah Indonesia khawatir. Soekarno kemudian mencoba membujuk pemimpin RMS lewat jalan damai dengan mengirimkan tim yang diketuai oleh DR. Leimenena, namun upaya itu ditolak oleh RMS. 

Karena misi dan lobi-lobi politik gagal, pemerintah pusat kemudian memutuskan untuk menumpas RMS lewat kekuatan senjata. Maka dibentuklah pasukan di bawah pimpinan Kolonel A.A Kaliwarang yang merupakan kawan dekat Nasution waktu pendidikan di Akademi Militer Kerajaan di Bandung.

Baca Juga: Sejarah Hari Ini: Pertempuran Navarino dan Kemerdekaan Yunani

Indonesia juga merekrut ribuan bekas tentara KNIL atau tentara kerajaan Hindia Belanda. Langkah ini merupakan salah satu keputusan Konferensi Meja Bundar. Dimana sebelumnya pada 26 Juli 1950 KNIL resmi dibubarkan.

Para bekas tentara KNIL ini kemudian diperbolehkan untuk bergabung dengan kelompok militer Indonesia (TNI) dan memperoleh kenaikan pangkat. Namun sebagian dari serdadu Ambon dan Manado yang pulang ke kampung halaman memilih memberontak dan kemudian membentuk RMS. 

KNIL Vs KNIL 

Setelah RMS resmi berdiri, para pejabatnya pun sadar bahwa lambat laun mereka akan mendapat perlawanan dari TNI. Maka, RMS memperkuat pasukannya yang mayoritas terdiri dari bekas tentara kerajaan Hindia Belanda. 

Di antara mereka terdapat beberapa nama seperti Dantje Samson, Thomas Nussy, Sopacua, Albert Waisiral, Johannes gasper dan yang lainnya. Ratusan bekas tentara KNIL dengan dibantu ribuan pemuda bersenjata tombak dan panah juga menjadi kekuatan inti RMS.

Akhirnya, pada Juli 1950 pecah pemberontakan RMS di Ambon hingga diturunkannya pasukan dari pemerintah pusat APRIS /TNI yang mulai menumpas pos-pos penting RMS yang dipimpin Letnan Kolonel Slamet Riyadi, salah satu komandan grup di bawah kolonel Kaliwarang.

Pertempuran APRIS dan RMS di Benteng Victoria Ambon
Sumber: Insidemag

Baca Juga: Sejarah Hari Ini: Akhir Pertempuran Chamdo, Awal Mula Tibet Dikuasai China

Satu bulan kemudian Letnan Muskita, seorang bekas tentara KNIL yang memilih ikut bergabung dengan TNI juga diutus sebagai kapten TNI dan segera dikirim ke Ambon untuk memerangi RMS. Ada juga Kapten Klees dan kapten Erwin Claprooth yang juga bekas KNIL.

Dari sinilah kemudian pecah pertempuran antar sesama bekas KNIL di kota Ambon dan mencapai puncaknya di bulan November di mana pimpinan pasukan APRIS Letnan Kolonel Slamet Riyadi gugur, namun pasukannya berhasil merebut Benteng Victoria sekaligus seluruh Kota Ambon dari pasukan RMS. 

Dalam pertempuran ini Frederik Hendrik Pieter, Soumukil dan Manusama kemudian melarikan diri dan membentuk RMS di pengasingan. Selama itu pula kegiatan RMS mendapat bantuan serta perlindungan dari pemerintahan Belanda —dari sanalah perlawanan RMS atas pemerintahan RI dilancarkan. 

Pertempuran APRIS dan RMS di Benteng Victoria Ambon
Sumber: Historia.id

Pada 1951 sekitar 4.000 orang Maluku Selatan, tentara KNIL beserta keluarganya (jumlah keseluruhannya sekitar 12.500 orang), mengungsi ke Belanda, yang saat itu diyakini hanya untuk sementara saja. RMS di Belanda lalu menjadi pemerintahan di pengasingan. 

Pemberontakan pun terus terjadi di Pulau Seram hingga tahun 1962. Usai pemberontakan itu, setahun kemudian Christian Robert Steven Soumokil ditangkap pada tahun 1963, Mahkamah Militer Luar biasa menjatuhinya hukuman mati pada 12 April 1966.

BACA JUGA: Cek OPINI, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini.


Editor: Farid R Iskandar


Berita Terkait