Dalam sejarahnya, kerajaan Kutai merupakan salah satu kerajaan tertua di Nusantara dengan bukti situs-situs arkeologis serta prasasti yang ditemukan di beberapa situs kerajaan tersebut.
Sumber: Istimewa
Riwayat Kutai Kartanegara
Satu dari tujuh prasasti Yupa yang ditemukan di areal Muara Kaman yang menggunakan huruf Pallawa, diperkirakan berasal dari abad ke-5. Karena pada periode itu, huruf Pallawa yang dipakai di prasasti tersebut dipakai di India pada periode yang sama.
Prasasti ini, menurut George Coedѐs dalam Asia Tenggara Masa Hindu Budha, dibuat tatkala Raja Mulawarman (pendiri dinasti) berkuasa. Menurut salah satu prasasti, Raja Mulawarman adalah cucu seorang bernama Kudunga.
Jejak Kutai. Sumber: Republika
Baca Juga: Heboh Pindah Ibu Kota, Inilah 5 Destinasi Wisata di Kutai Kartanegara
“Namanya barangkali nama Tamil atau Austronesia, tetapi pasti bukan Sansekerta,” tulis Coedѐs seperti dikutip dari Historia.
Pengaruh India sepertinya mulai nampak pada masa ayah Mulawarman, yakni Aswawarman. Nama ayah-anak ini sama-sama berakhiran warman, nama yang sering dipakai raja-raja di India. Dari sinilah kemudian diketahui pada abad tersebut Kutai sudah menerima pengaruh Hindu.
Dalam prasasti itu juga disebutkan bahwa Raja Mulawarman memberi sedekah 20.000 ekor sapi kepada para Brahmana, hingga didirikanlah Yupa sebagai kebaikan budi dari sang Raja.
Jalur Perdagangan
Secara geografis, Kerajaan Kutai terletak di hulu sungai Mahakam di Muara Kaman, Kalimantan Timur, dekat dengan kota Tenggarong. Daerah tersebut merupakan jalur perdagangan antara Cina dan India.
Pada masa itu memang para pembawa pengaruh India atau pedagang yang datang ke Kalimantan memang tertarik datang ke sana karena potensi alamnya, terutama emas, minyak dan gaharu. Komoditas ini pada masa itu banyak dibutuhkan di Asia daratan dan Eropa.
Peninggalan Kutai. Sumber: Guru Pendidikan
Setelah kerajaan Kutai, kemudian muncullah kerajaan baru bernama Sriwijaya yang menguasai Selat Malaka maupun pantai barat Sumatera. Karena strategi sistem berdagang mereka lebih baik dari Kutai membuat kerajaan ini tenggelam dari jalur perdagangan internasional.
Meskipun demikian, kerajaan ini kemungkinan besar tidak lenyap sama sekali, hanya saja mereka tidak kembali melanjutkan tradisi mereka untuk menulis prasastinya, meskipun kerajaan tersebut masih ada.
Bernard H. M. Vlekke dalam Nusantara, kemudian menyebut Kerajaan Kutai berganti menjadi Kesultanan Kutai, dekat muara Sungai Mahakam.
BACA JUGA: Cek EKONOMI & BISNIS, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini.