Sembilan Kelemahan Patrick Kluivert Berdasarkan Duel dengan Australia | Cek&Ricek wardah-colorink-your-day
Foto: Istimewa

Sembilan Kelemahan Patrick Kluivert Berdasarkan Duel dengan Australia

Ceknricek.com--Setelah dinanti-nanti penuh harap dan dag dig dug  bagaimana kehebatan  debut pelatih baru kesebelasan Indonesia, Patrick Kluivert, melawan Australia, akhirnya yang muncul adalah kekecewaan  dan fakta Patrick Kluivert  sementara  dia bukan pelatih  kelas top. Lewat pertandingan itu terbuka sembilan kelemahan Patrick Kluivert. Hebatnya tak ada satupun kelebihan yang diperlihatkan dari pertandingan itu.

Setidaknya ada sembilan kelemahan Patrick Kluivert  yang kentara dari pertandingan itu. Jika dalam satu dua hari ini kelemahan tersebut gagal diatasi, kita tak perlu terkejut jika Indonesia  babak belur lagi lawan Bahrain. Kekalahan Indonesia melawan Bahrain dengan begitu bukan sesuatu yang surprise. Maklumlah kecuali 10 menit pertama, penampilan Indonesia di bawah Patrick Kluivert  jauh lebih buruk ketimbang saat diasuh Shin Tay-young.

Setelah kekalahan ini mental pemain Indonesia tentu down.  Kemasukan lima gol dengan mudah, para pemain Indonesia seperti mendapat ejekan dan hinaan dari kesebelasan Australia. Pasti mereka tertekan. Mereka perlu recovery.  Perlu menumbuhkan kepercayaan diri lagi.

Imbas lawan Australia, Patrick Kluivert telah menghancurkan citra sepak bola Indonesia. Pertandingan dengan Australia mendapat perhatian dunia begitu besar. Ada sekitar 120 negara meminta hak siar pertandingan. Inilah panggung terbaik dan menonjol buat kesebelasan Indonesia unjuk diri. Unjuk keperkasaan. Tetapi di panggung ini Indonesia justru dihancurkan. Dipermalukan. Dan itu disaksikan oleh dunia. Luluh lantaklah citra sepak bola Indonesia. Dunia bisa beranggapan rupanya sepak bola Indonesia memang masih kelas pinggiran dunia.

Hanya jika Patrick Kluivert  dapat membalikkan dan mengatasi  sembilan kelemahan yang dimilikinya, peluang menang melawan Bahrain tentu tetap ada. Bola kan bundar. Bola netral. Bola akan masuk ke gawang kesebelasan yang lebih lemah. Kita perlu “memperingati” Patrick Kluivert , betapapun berpengalaman dan menyandang  nama besar, Patrick Kluivert  perlu “diteriaki”, sepak bola bukan perkara menguasai pertandingan, tapi perkara lebih banyak membuat gol dibanding lawan. Sepak bola bukan sekadar indah dilihat, tetapi yang penting memenangkan pertandingan.

Kekalahan melawan Australia telah menghilangkan target Indonesia minimal mendapat empat poin dari dua pertandingan melawan Australia dan Bahrain. Artinya Patrick Kluivert harus berani jujur menyatakan sudah “gagal” mencapai target yang ditetapkan bersama.

Berdasarkan pertandingan melawan Australia, berikut ini , setidak-tidaknya ditemukan sembilan kelemahan Patrick Kluivert:

1.TERLALU PERCAYA DIRI. Kendati belum mengenal budaya sepak bola Indonesia, walaupun sebagian pemain  besar pemain dari Belanda, Sang Pelatih seperti sudah menjadi ahli budaya sepak bola Indonesia. Patrick Kluivert terlalu percaya diri, kalau tak mau disebut jumawa. Akibatnya, dia meracik susunan tim, pemakai strategi dan instruksi yang keliru. Dampaknya kita dibantai 5 - 1 oleh Australia.

2.TIDAK PAHAM KELEMAHAN PERTAHANAN INDONESIA  BOLA-BOLA TINGGI. Lawan-Lawan Indonesia selalu memanfaatkan bola-bola lambung, bola-bola tinggi, baik dari set piece maupun dari kiri dan kanan lewat vorzet. Akibatnya Patrick Kluivert tidak memperhatikan aspek ini. Tiga gol datang dari kesalahan ini. Walaupun sudah memakai pemain yang  berbadan tinggi, tapi karena tidak ditangani khusus untuk mengatasi ini, kelemahan itu terulang lagi. Gawang Indonesia kebobolan sampai lima kali!!

3.TIDAK PUNYA EMERGENCY PLAN. Patrick Kluivert tidak segera melakukan perubahan drastis setelah di babak pertama Indonesia  tertinggal jauh. Seharusnya dia sudah punya analisis, Indonesia memerlukan beberapa perubahan signifikan untuk mengatasi ketertinggalan mencolok. Bukan meneruskan kondisi  seperti babak pertama. Walahasil,  Indonesia kembali kebobolan dengan mudah. Ini lataran Patrick Kluivert tidak punya rencana darurat atau emergency plant . Dia seperti kebingungan dan tidak paham apa-apa. Sebagai pelatih dia harusnya punya banyak rencana, bukan satu.

4.CUMA BERPIKIR MENYERANG. Sebagai mantan pemain penyerang, Patrick Kluivert  punya kecenderungan lebih banyak berpikir mengatur serangan, tetapi melupakan transisi dari menyerang ke bertahan. Celah inilah yang dimanfaatkan kesebelasan Australia. Lewat beberapa sentuhan serangan balik, Australia menghancurkan Indonesia.

5.TAK ADA FILOSOFI DALAM BERTAHAN. Dari pertandingan lawan Australia  jelas sekali kentara Patrick Kluivert  tidak memiliki filosofi bertahan seperti apa yang harus diterapkan pemain. Lawan Australia tak jelas sistem apa yang dipakai, man to man marking atau zone marking atau kombinasi keduanya dalam situasi tertentu.  Walhasil pemain belakang kita tidak memiliki koordinasi, kacau balau, tak ada yang saling melapis. Pemain lawan dapat  begitu mudah  menembus pertahanan kita. Mereka dengan enjoy mengobrak-abrik pertahanan Patrick Kluivert . Dengan kata lain: pertahanan Indonesia sangat keropos.  Buktinya gawang kita  kebobolan 5 gol!!!

6.TIDAK ADA KEPEKAAN MERACIK PEMAIN. Sebelumnya diprediksi,  Patrick Kluivert bakal memakai racikan susunan pemain yang didasarkan detail  analisis dan tajam. Semua pemain dianalisis sampai hal-hal detail yang serinci-rincinya, termasuk efek komposisi yang dapat menghasilkan “ledakan,” tetapi ternyata yang terjadi hanya “tak mau mengambil resiko dari pemain dan komposisi yang sudah tertata pada era Shin Tae-young.” Patrick Kluivert  rupanya percaya susunan pemain Shin Tae-young sudah benar, kuat dan teruji. Jadi pantas dipertahankan. Racikannya Patrick Kluivert sendiri   “biasa-biasa” saja alias tak ada keistimewaan sama sekali.

7.BUKAN MOTIVATOR HANDAL. Seorang pelatih sepak bola sewajarnya selain ahli soal strategi dan taktik, juga seorang motivator. Lewat motivasinya kepada pemain, seorang pelatih mampu memberikan suntikan energi sehingga sering mampu membalikkan keadaan. Tapi ini  tak kita temukan pada Patrick Kluivert . Memasuki babak kedua tidak terlibat “sentuhan ajaib” apapun dari Patrick Kluivert  terhadap penampilan pemain-pemainnya. Tak ada suntikan motivasi Patrick Kluivert  yang mampu menghadirkan permainan pemain menjadi luar biasa.

8.PENTINGKAN PENGUASAAN BOLA TANPA EFEKTIVITAS GOL. Indonesia unggul jauh dalam penguasaan bola ketimbang Australia. Tapi penguasaan bola itu ternyata sama sekali tidak menciptakan efektivitas gol. Sebaliknya Australia meski kalah telak dalam penguasaan bola, mampu bermain efektif dan berhasil memberikan tujuh ancaman tepat ke gawang Indonesia dan lima diantaranya jadi gol. Sedangkan Indonesia hanya mampu memberikan empat ancaman dan satu jadi gol. Patrick Kluivert  mungkin lupa sepak bola adalah perkara menciptakan gol. Tak penting mau menguasai bola atau tidak, tetapi yang paling penting membuat gol lebih banyak dari kesebelasan lawan. Tapi itu pulalah yang tidak dilakukan Patrick Kluivert : menciptakan banyak gol.

9.TIDAK ADA INSTINK PELATIH. Biasanya pelatih hebat punya “instink” kuat dalam mengatur pemain, termasuk membuat komposisi  dan pergantian  pemain, atau berbagai hal lainya, termasuk hal-hal kecil tetapi yang kemudian berdampak besar. Instink yang tidak dapat dijelaskan terangkan ini, pada pelatih hebat sering menjadi  jawaban  kenapa  kesebelasannya keluar sebagai pemenang. Hal ini belum tergambar dari  kebijakan Patrick Kluivert . Tak heran jika pers Australia memberi level Patrick Kluivert  sebagai “pelatih medioker!

Nah, jika sembilan  kelemahan Patrick Kluivert itu tak sempat diperbaiki tatkala melawan Bahrain, sulit  diharapkan kita dapat meraih poin. Jangankan menang, seri saja sudah hebat. Sedangkan kalah menjadi konsekuensi logis.

Tapi bola bulat. Permainan sepak bola bukan matematika. Perubahan dapat terjadi mendadak. Jika sembilan kelemahan Patrick Kluivert itu, ajaibnya, mendadak dapat diperbaiki Patrick Kluivert , kemenangan Indonesia atas Bahrain  juga bukan hal yang mengejutkan, tetapi sesuatu yang pantas.

Kita tunggu hasil tanggal 25 Maret.

#Wina Armada Sukardi, analis sepak bola


Editor: Ariful Hakim


Berita Terkait