Ceknricek.com -- Seorang warga negara Indonesia yang menjadi korban penyanderaan kelompok Abu Sayyaf di Filipina Selatan, meninggal dunia Jumat petang (5/4). WNI atas nama Hariadin itu meninggal karena tenggelam di perairan Pulau Simisa, Provinsi Sulu saat mencoba meloloskan diri.
Dilansir laman website kemlu.go.id, Minggu (7/4), Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia Kemlu RI, Lalu Muhammad Iqbal mengatakan, Hariadin (45) dan WNI sandera lainnya, Heri Ardiansyah (19) berusaha berenang menuju Pulau Bangalao untuk menghindari operasi yang dilancarkan angkatan bersenjata Filipina ke kelompok Abu Sayyaf.
"Mereka berusaha berenang ke Pulau Bangalao supaya terhindar dari serangan angkatan bersenjata Filipina terhadap penyandera sebagaimana dialami WN Malaysia yang terbebas sehari sebelumnya," kata Lalu Muhammad Iqbal.

Sumber : BBC
Pemerintah Indonesia menyampaikan ungkapan duka cita yang mendalam kepada keluarga almarhum Hariadin. Kemeterian Luar Negeri telah berkomunikasi dengan keluarga kedua WNI di Wakatobi, Sulawesi Tenggara, dan di Sandakan, Malaysia, untuk mengabarkan peristiwa tersebut.
"Sabtu (6/4) Heri Ardiansyah dan jenazah Hariadin telah tiba di pangkalan militer Westmincom di Zamboanga City, Filipina, untuk diserahterimakan kepada wakil pemerintah Indonesia. Selanjutnya pemerintah Indonesia akan melakukan proses pemulangan kedua WNI ke Tanah Air secepatnya," ujar Lalu Muhammad Iqbal.
Sejak akhir Februari 2019, Divisi 11 Angkatan Bersenjata Filipina yang didukung oleh Tim BAIS TNI memang melakukan operasi pembebasan sandera dan terus memberikan tekanan kepada para penyandera. Dalam perkembangan terakhir, para penyandera terdesak di Pulau Simisa, Provinsi Sulu, Filipina Selatan.
Sehari sebelum operasi di Simisa, Kamis (4/4), seorang warga Malaysia bernama Jari Abdullah yang disandera bersama Heri Ardiansyah dan Hariadin menderita luka-luka setelah terkena timah panas saat kelompok Abu Sayyaf terlibat baku tembak dengan pasukan keamanan Filipina di Sulu.
Heri Ardiansyah dan Hariadin diculik bersama Jari Abdullah di Perairan Kinabatangan, Sandakan, Malaysia pada 5 Desember 2018. Ketiganya diculik saat sedang bekerja di kapal penangkap ikan SN259/4/AF6 berbendera Malaysia.