Oleh Redaksi Ceknricek.com
11/01/2019, 18:49 WIB
Ceknricek.com -- Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI) Anwar Abbas belum dapat bicara lebih jauh soal usulan Presiden Joko Widodo untuk mengganti istilah radikal dengan manipulator agama. Ia justru ingin mendengar dari banyak kalangan soal apa itu radikalisme.
Dia mengaku belum dapat memahami apa yang dimaksud dengan radikalisme. "Apakah kalau orang misalnya ingin menyampaikan ajaran agamanya dan dia ingin memperjuangkan ajaran agamanya apakah dia dianggap radikal," ujar Anwar Abbas di kantor MUI, Jakarta, Jumat (1/11).
Anwar pun menyinggung persoalan yang terjadi di Papua. Dia heran tidak ada penyematan istilah radikal untuk masalah di Papua.
"Sepanjang pengetahuan saya, teman-teman di Papua ingin melakukan separatisme, tidak ada kata radikal, tidak pernah saya dengar kata radikalisme, saya enggak tahu ini. Karena ini tendensius bagi saya, karena mereka tidak sama agamanya dengan saya atau bagaimana," ungkapnya.
Karena itu, Anwar meminta semua pihak merenungkan soal diksi yang disematkan pada kelompok tertentu. "Ya kita renungkan dululah, apakah diksi itu tepat atau tidak," kata dia.
Baca Juga: Kalau Begitu, Presiden Juga Radikal, Dong
Pada kesempatan itu, Anwar juga menanggapi usulan doa pakai bahasa Indonesia. Anwar mengatakan, berdoa itu baik dalam bahasa apa saja. Ia mengatakan berdoa boleh dalam bahasa apa saja, termasuk dalam bahasa Cina.
"Cuma kan beliau bilang begini, sepanjang pengetahuan saya ya, kita kan sering membaca doa dalam bahasa Arab, supaya yang mendengar itu tahu apa yang dibaca, doa apa yang diminta kepada Allah, tolong buat juga bahasa Indonesianya. Kan enggak masalah itu, apa masalahnya di situ? Saya rasa baik-baik saja, sah-sah saja ya, elok-elok saja," tuturnya. (Republika: Umar Mukhtar/ Red: Ratna Puspita)
BACA JUGA: Cek INTERNASIONAL, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini.
Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Ceknricek.com dengan Republika.co.id. Segala hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab Republika.co.id
Lihat Artikel Asli