Ceknricek.com -- Masyarakat suku asli Brazil dan para penyadap pohon karet bergabung untuk menentang langkah yang diambil Presiden Brazil Jair Bolsonaro dengan menyebutnya akan merusak hutan Amazon, tempat mereka bergantung selama ini.
Melansir reuters, sekitar 450 orang anggota dari 47 suku asli menggelar pertemuan hari kedua pada Rabu (15/1) untuk mendiskusikan cara melawan langkah Bolsonaro yang melemahkan lembaga publik yang dianggap melindungi lingkungan dan hak-hak agraria masyarakat asli.
Kepala suku Kayapo, Raoni Metuktire, yang menyerukan agar pertemuan digelar di desanya di sungai Xingu, meminta Kongres Brazil untuk menghalangi kebijakan presiden dengan tegas di tanah leluhur mereka.
"Kami di sini untuk mempertahankan tanah kami dan memberitahu dia (Bolsonaro) agar berhenti berbicara hal buruk tentang kami," ujar Raoni, sosok yang menjadi rujukan global atas kampanye lingkungan yang dilakukannya tahun 1980 bersama musisi Sting.
Sebelumnya, Bolsonaro menyebut bahwa masyarakat pribumi sudah terlalu banyak memiliki lahan dan ia ingin membuka pemesanan untuk kegiatan tambang komersial dan pertanian demi mengembangkan Amazon, serta mengangkat kehidupan masyarakatnya dari kemiskinan.
Sumber: Yahoonews.uk
Baca Juga: Leonardo DiCaprio Janjikan Rp70 Miliar untuk Memperbaiki Hutan Amazon Yang Terbakar
Angela Mendes, salah satu yang hadir dalam pertemuan itu, putri dari seorang penyadap pohon karet yang juga pemimpin sarekat dagang serta aktivis lingkungan, Chico Mendes, dengan keras juga menentang upaya Bolsonaro.
"Bersatu kami bisa melawan. Mereka punya kuasa pemerintahan, namun kami punya kekuatan air, bunga, juga tanah leluhur," ujar Angela.
Menurutnya, keberadaan masyarakat yang hidup dari usaha ekstraktif dengan menyadap karet dari alam dan menjual buah-buahan dari hutan menjadi terancam dengan adanya penggundulan hutan-hutan.
Dia pun membentuk aliansi bersama dengan Sonia Guajajara, kepala organisasi payung bernama Association of Indigenous People of Brazil (APIB) yang merupakan organisasi terbesar dalam urusan suku adat di Brazil.
"Ini adalah momen sangat serius dalam sejarah kami. Ini tampak seperti skenario perang," kata Sonia. Ia pun menganggap Bolsonaro telah melayani kepentingan sektor pertanian dan peternakan Brazil untuk merangsek ke wilayah Amazon.
Menurut Sonia, kekerasan terhadap 850.000 orang pribumi Brazil atas konflik agraria dengan para peternak, penambang ilegal, dan pembalak liar terus meningkat dan mengancam masa depan suku adat di hutan Amazon.
Kebijakan Bolsonaro yang berjanji untuk melibatkan masyarakat pribumi dalam ekonomi dan masyarakat modern Brazil ia anggap sebagai suatu bentuk asimilasi yang setara dengan matinya budaya dan bahasa adat mereka.
Sementara itu, Badan Urusan Masyarakat Pribumi Brazil, Funai, yang saat ini dipimpin oleh anggota kepolisian yang ditugaskan oleh Bolsonaro, menyebut bahwa pertemuan di Xingu adalah "acara privat" yang tidak bisa didukung karena tidak sejalan dengan kebijakan pemerintah.
BACA JUGA: Cek SOSOK, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini
Editor: Farid R Iskandar