Taliban Menang, Islam yang Diserang | Cek&Ricek Anugerah Pewarta Astra 2025 - Satukan Gerak, Terus Berdampak
Foto : Istimewa

Taliban Menang, Islam yang Diserang

Ceknricek.com--Ternyata tidak sedikit yang benar-benar “berhari raya” karena Taliban berhasil menguasai hampir seluruh Afghanistan. Mereka yang mencak-mencak kegirangan ini bukanlah Muslim, meski ada juga Muslim yang tidak ingin ketinggalan kereta. Sebabnya mereka begitu girang dan gembira ria?

Terbuka lagi kesempatan untuk mencela Islam habis-habisan. Ini penting dilakukan agar jangan sampai ada yang keliru menafsirkan kemenangan yang nyaris mustahil dan hampir tidak masuk akal sehat yang diraih Taliban melawan raksasa dunia, Amerika dan sekutu-sekutunya, adalah berkat keunggulan Islam– yang kecil menaklukkan yang besar, yang sedikit mengalahkan yang banyak.

Bagi mereka yang kurang ramah pada Islam, termasuk sementara Muslim, Taliban ganas, buas, bengis, tidak berperikemanusiaan, semata-mata adalah karena menerapkan ajaran Islam, sesuai penafsiran mereka (Taliban).  Islam lagi yang jadi sasaran.

Meski  Taliban secara tidak langsung sudah mengakui “kesilapan” mereka di masa lalu, dan kini berjanji akan memperlakukan perempuan dengan lebih santun dan ramah, namun tetap saja banyak yang tidak yakin. “Buktikan, jangan hanya omongan!” begitu hardik mereka.

Mari sama kita nantikan dilaksanakannya janji baru Taliban itu terhadap kaum hawa di Afghanistan. Sementara itu, coba kita “bertandang” sebentar ke Uganda, Afrika. Apa yang kita temui? Rupanya di sana sejak tahun 1990-an dan sampai tahun 2000-an ada gerakan bernama “The Lord’s Resistance Army” (Gerakan Perlawanan Tuhan Kristiani). Gerakan ini memberontak terhadap pemerintah Uganda dan mengaku mendasari perjuangan
mereka pada Sepuluh Firman Tuhan (Dasasila), yaitu:

1.Jangan memuja berhala, berbaktilah kepada-Ku saja dan cintailah Aku lebih daripada segala sesuatu.
2. Jangan menyebut nama Allah, Tuhanmu, tidak dengan hormat.
3. Kuduskanlah hari Tuhan.
4. Hormatilah ibu-bapamu.
5. Jangan membunuh.
6. Jangan berbuat cabul.
7. Jangan mencuri.
8. Jangan naik saksi dusta terhadap sesamamu manusia.
9. Jangan ingin berbuat cabul.
10. Jangan ingin akan milik sesamamu manusia secara tidak adil.

Tidak bisa dipungkiri Dasasila itu sangat luar biasa. Namun sayang dalam prakteknya Gerakan Perlawanan Tuhan di Uganda itu telah melakukan kejahatan-kejahatan kemanusiaan yang sangat luar biasa.

Dalam laporan yang judulnya berbunyi: *Joseph Kony – child kidnapper, warlord “prophet” (Joseph Kony, penculik anak-anak, gembong perang dan “nabi”), Badan Siaran Inggris BBC antara lain menguraikan:

“Para pemberontak ini memotong tangan dan kaki para korban mereka, atau bahkan bagian-bagian dari wajah mereka (seperti hidung, bibir dan sebagainya). Ratusan ribu orang terpaksa meninggalkan kediaman mereka, puluhan ribu dibantai, dan ribuan lainnya diculik untuk dijadikan laskar dan budak seks”.

Joseph Kony sendiri diduga menjadikan banyak dari anak-anak perempuan yang diculik sebagai isterinya, dan dia diduga punya banyak keturunan. Syukur bahwa Mahkamah Pidana Internasional yang berkedudukan di Belanda tidak tinggal diam, dan dalam tahun 2005 mengeluarkan perintah penangkapan atas diri Joseph Kony atas dakwaan 12 kejahatan terhadap kemanusiaan dan 21 kejahatan perang.

Ketika masih remaja Joseph Kony bertugas sebagai putra altar dalam Gereja Katolik di Uganda. Biar pun begitu jarang-jarang, kalau pun ada, komentator di Barat yang bersedia untuk mengaitkan antara Joseph Kony dan ajaran agama yang diakuinya dianutnya itu. Sungguh nyata benar bedanya dengan Muslim.

Padahal, sebagaimana yang sudah pernah dikemukakan oleh pengamat non Muslim yang masih ada obyektifitas pada diri mereka, pada hakikatnya  Islamlah yang paling berperan dalam melepaskan keterbelengguan perempuan di zaman Jahiliyah, yang suka mengubur hidup-hidup bayi perempuan mereka.

Sebagaimana dikemukakan mantan biarawati Inggris yang telah banyak menulis tentang berbagai agama, termasuk Islam, agama yang disampaikan dan kemudian diteruskan dan disebarkan oleh Nabi Muhammad (saw) ini, merupakan acuan bagi berbagai hukum di Barat, termasuk Inggris, yang akhirnya mengakui hak perempuan.

Dalam bukunya “If The Oceans Were Ink” (Sekiranya Air Laut Sebagai Tinta – QS 18:109) Carla Power – yang banyak menulis untuk penerbitan-penerbitan ternama di Amerika seperti Time, Newsweek, Vogue, Glamour, The New York Times Magazine, Foreign Policy, dan lain-lain mengisahkan perbincangannya dengan pakar Muslim dari India yang kemudian memberi kuliah di Universitas Oxford Inggris, Sheikh Mohammad Akram Nadwi. Kata Carla Power, menurut Sheikh Mohammad Akram, sungguh banyak, ribuan perempuan, yang ahli hadits.

Bukan itu saja, melainkan juga di zaman Rasulullah (saw) dikenal seorang Rufaidah Al- Aslamia, seorang ahli bedah yang diakui Rasul (saw) jasa-jasanya mengurus laskar Muslim yang terluka dalam peperangan, dan peranannya mendirikan rumah sakit lapangan pertama untuk masyarakat Muslim. Nusaybah bint Ka’ab dikenal sebagai “perisai Rasul” karena pasang badan dalam suatu pertempuran untuk melindungi Rasul (saw).

Dan apa pun yang ingin dikatakan Taliban, kenyataannya adalah menuntut ilmu itu ‘fardhu’ bagi setiap Muslim, lelaki, perempuan, anak-anak. Jangan heran bahwa perguruan tinggi pertama di permukaan bumi ini didirikan oleh dua orang kakak beradik Muslimah, Fatimah dan Mariam Al-Fihri di kota Fez, Maroko, dalam tahun 859 Masehi. Itulah dia Universitas Al Qawariyyin yang sampai sekarang masih berjalan terus.

Dan hebatnya lagi, diantara yang pernah diwisuda di Universitas Al Qawariyyin adalah mahasiswa yang kemudian menjadi pimpinan Gereja Katolik Sedunia, Paus Sylvester II, dan cendekiawan Yahudi Maimonidies alias Al Makmun.

Kepada seorang wartawati Muslim, Sheikh Mohammad Akram mengatakan bahwa sebagai hasil penelitiannya ternyata ditemukan sekitar 9.000 perempuan ahli hadits, hingga awalnya buku yang ditulisnya mencapai 57 jilid yang kemudian dipersingkat hingga tinggal 40 jilid.

Kalau sementara ahli fikih, kata Sheikh Mohammad Akram, tertular oleh pandangan bahwa “perempuan adalah manusia kelas dua sesudah lelaki”, maka itu disebabkan pengaruh para filosof Yunani, yang buku-buku mereka banyak yang diterjemahkan oleh para pakar  Islam, Filosof Yunani Aristotle berpendapat, “Merendahkan perempuan bukan saja alamiah melainkan merupakan kebutuhan sosial”.

Namun apa boleh buat, pandangan penuh prasangka Barat terhadap kedudukan Muslimah dalam Islam, sudah mendarah daging, dan sayangnya tertular pula ke Timur, dan bahkan ke sementara Muslim yang dirundung gundah gulana.

Mereka tidak atau belum berani bercerai talak 3 dengan dan dari Islam, karena waswas konsekwensinya di akhirat kelak. Namun mereka juga malu sebagai Muslim dan cemas akan disebut kadrun, istilah yang konon diciptakan dan disebarluaskan pentolan komunis Nyoto, salah seorang tokoh PKI.

Pada hal  Islam adalah agama “gentleman” alias perkasa. Mau keluar dari Islam, monggo. Islam tidak akan rugi. Islam adalah agama “tangan menyencang, bahu memikul”. Sekali-kali dosa orang lain tidak akan ditimpakan kepada yang bukan pelakunya.Ini dijamin dalam ayat terakhir Al-Baqarah (2:286).

“”Baginya (pahala) apa yang dia kerjakan dan dia mendapat (siksa dari kejahatan yang dia kerjakan).” Wallahu a’lam#


Editor: Ariful Hakim


Berita Terkait