Ceknricek.com -- Riset terbaru yang dilakukan di laboratorium menemukan bahwa organisme bersel tunggal seperti Escherichia coli dan ragi bir dapat tumbuh dan bertahan hidup di lingkungan exoplanet (planet di luar Tata Surya) yang berbatu.
Mengetahui keberadaan kehidupan di tempat lain di semesta merupakan kabar baik yang ditunggu-tunggu para ilmuwan. Dengan mengetahui bahwa organisme tunggal dapat tinggal di planet ekstrasurya, peneliti pun dapat melihat lebih jauh, lingkungan seperti apa yang dapat dihuni makhluk dari Bumi.
Baca Juga : Tak Terdeteksi, Asteroid Ini Tiba-tiba Mendekat ke Bumi
Apakah planet-planet itu memiliki atmosfer yang sama seperti Bumi, bagaimana keberadaan kehidupan mengubah atmosfer di planet tersebut, dan lain sebagainya. Jika kemudian diketahui bahwa ada kehidupan yang dapat bertahan di atmosfer yang kaya hidrogen - seperti yang ditemukan di banyak eksoplanet - maka para ilmuwan perlu memperluas definisi mereka tentang seperti apa bentuk planet yang dapat dihuni.
" Penelitian terkait jenis planet apa yang bisa dihuni harus tetap dilakukan para astronom," ujar Profesor Massachusetts Institute of Technology (MIT) Sara Seager yang juga penulis pertama studi tersebut.
"Kami akan terus mencari planet-planet layak huni," tambahnya seperti dilansir Kompas.com yang mengutip Gizmodo, Selasa (5/5/2020).
Penelitian Tim peneliti dari MIT memulai penelitian dengan koloni bakteri Escherichia coli (E.coli) dan ragi pembuat bir. Mereka menginkubasi mikroorganisme tersebut ke dalam empat botol dengan konsentrasi gas yang berbeda-beda.
Botol pertama mengandung udara biasa, botol kedua mengandung 100 persen hidrogen, botol ketiga berisi 100 persen helium, dan botol keempat mengandung 20 persen karbondioksida dan 80 persen nitrogen.
Baca Juga : Fenomena Supermoon 7 Mei Malam Ini Jadi yang Terakhir di Tahun 2020
Ternyata, mikroorganisme mampu bereproduksi di dalam keempat botol tersebut. Kendati demikian, menurut makalah yang diterbitkan Nature Astronomy, tampak reproduksi mikroorganisme terjadi dua kali lebih cepat pada botol pertama (berisi udara biasa) dibanding botol lainnya.
Tidak mengherankan memang kalau mikroorganisme bisa bertahan hidup tanpa oksigen, karena memang terdapat banyak bakteri anaerob (tidak butuh oksigen untuk hidup) yang berada di Bumi. Beberapa mikroorganisme dapat bertahan hidup di lingkungan paling ekstrem di planet ini, seperti di sekitar lubang hidrotermal laut dalam.
Para peneliti menjelaskan, jika mikroba dapat bertahan hidup di lingkungan hidrogen 100 persen, maka mereka dapat bertahan hidup di atmosfer yang paling mungkin ditemukan pada exoplanet berbatu. Para astronom memang belum mengamati exoplanet berbatu dengan atmosfer hidrogen, tetapi mereka percaya bahwa planet berbatu dengan atmosfer hidrogen akan lebih mudah dikenali dan dipelajari, ketimbang planet-planet dengan atmosfer gas yang lebih berat seperti karbondioksida dan nitrogen.
Mereka bahkan cukup yakin dapat menemukan planet-planet tersebut dan menentukan komposisi atmosfernya dengan teleskop canggih di masa depan, termasuk James Webb Space Telescope. Mungkin, berdasarkan studi terbaru ini, para ilmuwan akan dapat melihat tanda-tanda kehidupan di exoplanet yang didominasi hidrogen, dalam bentuk gas jejak yang dipancarkan oleh mikroorganisme.
Baca Juga : Gandeng Tom Cruise, NASA Bakal Buat Film di Luar Angkasa
Meski demikian, bukan berarti penelitian ini menunjukkan bahwa kehidupan benar-benar ada di planet-planet seperti di atas. Pasalnya, percobaan dalam laboratorium dan di alam sesungguhnya tidak sama persis. Sel-sel bakteri E.coli dan ragi memulai kehidupan dan berevolusi di atmosfer Bumi yang kaya akan nitrogen dan oksigen, dan kondisi ini tentu berbeda dengan exoplanet.
Atmosfer exoplanet yang sebenarnya akan mengandung campuran gas karena adanya sifat kimia pada permukaannya. Maka untuk mempertahankan atmosfer khusus hidrogen, suhu exoplanet harus lebih dingin dari Bumi dan memiliki gravitasi yang lebih kuat, atau memiliki cara untuk bisa mengisi ulang hidrogen di atmosfernya. Tentunya ini adalah hal yang sulit untuk mengetahui faktor apa saja yang dapat memengaruhi itu semua. Kendati demikian, penelitian ini masih memberikan harapan bahwa kehidupan bisa lebih beragam dari apa yang hanya bisa kita lihat di Bumi.
BACA JUGA: Cek INTERNASIONAL, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini.