Oleh Redaksi Ceknricek.com
01/04/2020, 10:54 WIB
Ceknricek.com -- Sebagai upaya penegakan kedaulatan negara, Kapal Republik Indonesia (KRI) dalam posisi siaga tempur pengamanan laut Natuna, Kepulauan Riau (Kepri).
Saat memberikan pengarahan kepada para prajurit di Paslabuh, Selat Lampa, Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau, Jumat (3/1), Panglima Komando Gabungan Wilayah Pertahanan I (Pangkogabwilhan I) Laksamana Madya (Laksda) TNI Yudo Margono mengatakan, ada dua KRI dikerahkan, dan ditambah jadi tiga menyusul hari ini, Sabtu (4/1). "Ini kita lakukan karena ada pelanggaran kedaulatan di Laut Natuna," katanya.
Laksda TNI Yudo Margono menyebutkan, dalam pengawasan di wilayah itu dideteksi sebanyak 30 kapal ikan asing yang beroperasi di wilayah kedaulatan NKRI dengan dikawal oleh 3 kapal Coast Guard milik Tiongkok.
Sumber: SuaraAktual
"Melalui udara tadi pagi kita telah pantau, ada 30 kapal ikan asing dengan dikawal 3 kapal pengawas mereka, dan mereka sengaja menghidupkan AIS mereka, ini ada apa?" kata dia mempertanyakan.
KRI Teuku Umar dan KRI Tjiptadi diberangkatkan ke lokasi perairan tersebut. "Operasi ini kita melibatkan semua unsur, baik darat, laut dan udara," ujarnya menegaskan.
Dalam menjalankan operasi, Laksda Yudo mengingatkan kepada prajurit untuk tidak terpancing. Prajurit diminta untuk mengutamakan cara persuasif agar 30 kapal pencari ikan dan 3 kapal Coast Guard China keluar dari laut Natuna.
Sumber: Tempo
Konvensi UNCLOS
Sikap tegas pemerintah mengamankan wilayah zona ekonomi eksklusif (ZEE) Indonesia di perairan Natuna, mendapat dukungan Anggota Komisi I DPR RI Christina Aryani. "Bagi kita dasarnya sudah jelas ada konvensi UNCLOS yang mengatur China merupakan salah satu 'member states' yang telah meratifikasi konvensi ini," katanya.
Baca Juga: Pangkogabwilhan I Terbang ke Natuna Kendalikan Operasi Siaga Tempur
Christina menambahkan, terkait Sembilan Garis Putus atau "Nine Dash Line" yang menjadi dasar klaim China atas wilayah Natuna, sudah ada keputusan yang menegaskan hal tersebut. Karena itu ia menegaskan, China tidak bisa klaim sepihak atas wilayah ZEE Indonesia di perairan Natuna.
Politisi Partai Golkar itu juga meminta agar Indonesia meningkatkan kehadiran secara fisik di wilayah Natuna, karena penting untuk menunjukkan adanya penguasaan yang efektif.
Khawatir Melaut
Keberadaan kapal asing di perairan Natuna rupanya menciptakan teror tersendiri bagi nelayan setempat. Kekhawatiran itu setidaknya disampaikan Herman, Ketua Nelayan Lubuk Lumbang, Kabupaten Natuna, Kepri, kepada Antara. Ia membenarkan anggotanya takut untuk melaut pasca masuknya kapal nelayan asing (KIA) di laut Natuna dalam beberapa hari belakangan ini. "Mereka berpikir akan ada ancaman oleh nelayan asing," katanya.
Herman menyampaikan, nelayan lokal sempat terganggu bahkan di usir oleh KIA saat sedang melaut. Mereka tidak berani tidur saat istirahat, karena khawatir ditabrak nelayan asing. Ia berharap kapal pengawas Indonesia turut hadir mengawasi aktivitas para nelayan Natuna, seperti yang dilakukan kapal pengawas negara asing terhadap nelayan mereka.
Sumber: JakartaGreater
"Kalau coast guard mereka melakukan itu, kenapa kita tidak. Lakukan hal yang sama agar nelayan kami juga aman melaut," ujarnya berharap.
Dia mengharapkan paling tidak nelayan Natuna harus dibekali alat komunikasi khusus saat melaut, agar mudah dipantau terutama oleh pihak berwajib. "Saya akan coba usulkan lagi bantuan ke pihak terkait, agar nelayan kita dibekali dengan sarana atau alat HT," ucap dia.
Herman mengucapkan terima kasih kepada TNI AL, Bakamla dan KKP yang telah bertindak cepat menanggapi laporan masyarakat atas masuknya kapal ikan asing di laut Natuna. "Kita apresiasi, tidak lama setelah viral masalah ini, pihak keamanan langsung bertindak," tuturnya.
BACA JUGA: Cek BIOGRAFI, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini
Editor: Farid R Iskandar