PLN bukan tempat baru bagi pria kelahiran Bukittinggi, Sumatera Barat, 13 Januari 1956 tersebut. Ia sempat menjabat komisaris PLN pada Juli 2013 sampai April 2015. Sebelumnya, karier Zulkifli terbilang moncer di PT Bank Mandiri (Persero) Tbk hingga menduduki posisi puncak sebagai direktur utama pada periode Juli 2010 hingga April 2013.
Mantan Komisaris Independen PT Indonesia Infrastructure Finance itu mendapatkan gelar Sarjana Teknik Sipil dari Institut Teknologi Bandung (ITB) pada 1980 dan dilanjutkan gelar Magister Administrasi Bisnis dari Washington University, Amerika Serikat (AS), pada 1994.
Karena prestasi itu, ia pernah dianugerahi penghargaan ''The Best Chief Executive Officer in Indonesia" dari Corporate Governance Asia (2012).
Setelah ditetapkan menjadi Dirut PLN, Zulkifli menyampaikan bahwa kesehatan neraca keuangan perusahaan merupakan poin penting untuk dapat melaksanakan mandat pemerintah. Ia juga akan memaksimalkan energi baru dan terbarukan (EBT) dalam memenuhi kebutuhan energi bersih dan menekan emisi gas buang.
"Tidak ada perusahaan yang mampu melaksanakan mandat kecuali keuangannya baik. Jadi, kami, direksi maupun komisaris akan upayakan keuangan PLN sehat neracanya, sehat cash flow-nya," ujarnya. Ia menambahkan, PLN juga dituntut mengatasi pemadaman listrik dan membuat tarif yang terjangkau masyarakat.
"Kami menyadari harapan masyarakat, kita harus mampu atasi pemadaman listrik dan sudah tentu tarif harus terjangkau," katanya. Menurut dia, pihaknya akan meningkatkan penerapan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance/GCG) dan menjalankan operasional secara efisien.
Zulkifli menambahkan, PLN diminta pemerintah turut serta berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional dengan menyediakan listrik hingga pelosok Tanah Air.
Sumber: Istimewa
Baca Juga: Bukan Rudiantara, Dirut PLN yang Baru Adalah Zulkifli Zaini
PLN juga dituntut menjalin kemitraan yang sehat, adil dan ekosistem yang kondusif. "Sudah tentu kita akan memberikan pelayanan dan berkomunikasi dengan stakeholder dengan baik. Kita harap reputasi PLN ke depan lebih baik. Kita harus adopsi teknologi inovasi dan pelayanan dengan baik," katanya.
Berbagai tantangan memang telah menanti Zulkifli dalam memimpin PLN ke depan. Pertama, penyelesaian proyek 35.000 MW yang sudah dicanangkan sejak lama. Selain itu, kondisi keuangan PLN harus tetap sehat, mengingat banyak investasi PLN dibiayai dengan utang dalam bentuk mata uang asing, namun penjualan listriknya menggunakan rupiah.
Pada persoalan EBT, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menilai target EBT yang dicanangkan terlalu tinggi, disertai teknologi yang dimiliki PLN belum memadai.
Pembebasan lahan juga menjadi hal utama yang menghambat pengembangan EBT di Indonesia. Hal-hal tersebut harus segera dipetakan Zulkifli Zaini untuk dirampungkan secara bersamaan.
BACA JUGA: Cek POLITIK, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini