Christian Huygens Sang Penemu Titan | Cek&Ricek Anugerah Pewarta Astra 2025 - Satukan Gerak, Terus Berdampak
Foto : Wikipedia

Christian Huygens Sang Penemu Titan

Ceknricek.com --  Tepat pada tanggal hari ini 364 tahun lalu, 25 Maret 1655, Satelit Titan (satelit alami terbesar Saturnus) ditemukan Christiaan Huygens. Ia seorang astronom Belanda dan ilmuwan yang memberi sumbangan besar dalam khasanah ilmu astronomi, matematika, fisika, dan optika.

Titan adalah satu-satunya objek tata surya selain bumi dimana terbukti memiliki cairan di permukaannya. Titan juga merupakan satelit terbesar kedua seteleh Ganymede (Satelit alami Jupiter). Itulah yang kemudian menumbuhkan rasa ingin tahu para astronom dan menjadikannya lokasi utama untuk misi ilmiah di masa depan.

Titan - Sumber Infoastronomi.org

Berguru pada Mersenne dan  Descartes

Dibandingkan nama Newton atau  Galileo, nama Christiaan Huygens memang terdengar kurang familiar. Padahal sebagai seorang ilmuwan, ia disebut-sebut sebagai pakar mekanika terbesar di abad 17, karena mampu menggabungkan pendekatan matematika Galileo dan pandangan Descartes dalam merumuskan fenomena alam.

Huygens lahir pada 14 April 1629 di Hague, Belanda dari keluarga terpandang. Ayahnya, Constantin Huygens adalah sarjana fisika dan seorang diplomat. Ia berharap anaknya menjadi ilmuwan hebat, sehingga meminta Mersenne (1588-1648) dan Descartes (1596-1650), dua ilmuwan terkenal masa itu, memberi kursus geometri dan mekanika pada Huygens muda. Kelak Descarteslah yang banyak memberi pengaruh dan memompa minatnya dalam bidang matematika.

Karya ilmiah Huygens pertama kali diterbitkan tahun 1651, yaitu Cyclometriae yang membahas tentang lingkaran. Lalu tahun 1654 ia menghasilkan De Circuli Magnitudine Inventa yang membahas berbagai macam hal persoalan ilmiah. Ia juga menaruh minat pada pembuatan lensa dan teleskop.

Tahun 1654, Huygens menemukan metode baru pembuatan lensa. Setahun kemudian, ia berhasil mengamati satelit Saturnus yaitu Titan. Lensa yang dikembangkannya di kemudian hari dipakai pula untuk mengamati planet, satelit, dan nebula Orion. Pada tahun itu pula ia pergi ke Paris dan menemui Boulliau yang menyarankannya belajar tentang probabilitas pada Pascal dan Fermat.

Satelit Planet Saturnus yang Seperti Bumi. Sumber :  frankgadget15.blogspot.com

Pada tahun 1659, Huygens menerbitkan karyanya Systema Saturnium. Ia menjelaskan tahap dan perubahan fase cincin Saturnus. Pengamatan ilmuwan lain yaitu Fabri pada tahun 1665, ternyata membenarkan teori Huygens.

Wahana Cassini-Hyugens

Tahun 1997 nama Christiaan Huygens kembali melambung ketika ditorehkan menjadi nama wahana antariksa yang diterjunkan ke Titan (Cassini-Hyugen) untuk meneliti planet Saturnus. Penggabungan nama tersebut  merupakan bentuk penghormatan terhadap Giovanni Domenico Cassini (Astronom Italia, 1625-1712) dan Christiaan Huygens (1629-1695).

Hasil Pencitraan Radar Cassini menunjukkan lautan metana yang luas di satelit Titan - Sumber : NASAjpg

Wahana Cassini-Hyugen merupakan bentuk kerjasama antara ESA (European Space Agency), ASI (Agenzia spaziale Italiana) dan NASA (National Aeronautics and Space Administration). Namun sayang, setelah bertahun-tahun menjalankan tugas tersebut, wahana tanpa awak itu kehabisan bahan bakar dan usang setelah 20 tahun mengelilingi antariksa. Tahun 2017 wahana tersebut dihancurkan kerena kemungkinan membawa bakteri dan virus dari bumi.

Lautan Metana di Titan

Sebuah penelitian terbaru berhasil mengungkap bahwa laut terbesar di satelit Titan, Ligeia Mare, terdiri dari metana murni bukan cairan etana seperti yang diperkirakan sebelumnya. Sedikit demi sedikit, misteri Titan berhasil dikupas dengan informasi yang tidak mengecewakan.

Atmosfer Titan sekitar 95% terdiri dari nitrogen dan sisanya merupakan hidrokarbon kompleks mengambang dalam bentuk suspensi. Titan memiliki danau dan laut yang mencakup area sekitar 1,6 juta km persegi, 2% dari luas total permukaan Titan. Sebagian besar lautan di sana terdiri dari benda cair yang terkonsentrasi di belahan utara, dengan tiga laut besar berkerumun di dekat kutub utaranya.

Selama ini para ilmuwan berpikir bahwa sebagian besar laut Titan terdiri dari etana yang mengalir deras dan dihasilkan dari photodissociation metana di atmosfer Titan. Namun dalam sebuah studi baru yang diterbitkan dalam Journal of Geophysical Research: Planets, peneliti telah mengonfirmasi bahwa laut terbesar kedua di satelit Titan yaitu Ligeia Mare yang hampir seluruhnya terdiri dari metana cair murni. Data untuk penelitian ini dikumpulkan oleh radar pencitraan milik pesawat Cassini, yang dapat menembus tebalnya kabut fotokimia periode 2007-2015.

Sejauh ini tim peneliti telah melakukan beberapa survei oseanografi yang cukup canggih di Ligeia Mare. Tim tersebut menggunakan instrumen radar untuk menentukan kedalaman laut metana. Mereka terkejut ketika mengetahui bahwa kedalaman maksimal di Ligeia Mare adalah 160 meter. Selain itu, mereka menemukan bahwa dasar laut Ligeia Mare terdiri dari lumpur yang kaya akan senyawa organik.

Diperkirakan senyawa organik tersebut terbentuk dari reaksi metana dan nitrogen, dan merupakan endapan dari atmosfer Titan yang mengalir ke laut. Penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa ada sesuatu seperti hidrokarbon yang mereka sebut sebagai “lahan basah” di sepanjang garis pantai Ligeia Mare. Hal tersebut merupakan prestasi luar biasa dari eksplorasi oseanografi astronomi di luar angkasa.



Berita Terkait