Berbohonglah Permanen. Yang Bodoh itu Siapa ? | Cek&Ricek Anugerah Pewarta Astra 2025 - Satukan Gerak, Terus Berdampak
Foto: Istimewa

Berbohonglah Permanen. Yang Bodoh itu Siapa ?

Ceknricek.com--Al Qur'an, dalam Surat Al-A'raf ayat 199, menyinggung soal bagaimana menghadapi orang bodoh. Lantas siapa yang disebut orang-orang bodoh (al-Jahil) menurut tuntunan Islam?

"Orang-orang yang kurang akalnya diantara manusia akan berkata, 'Apakah yang memalingkan mereka (Umat Islam) dari kiblatnya (Baitul Maqdis) yang dahulu mereka telah berkiblat kepadanya? Katakanlah, kepunyaan Allah-lah timur dan barat; Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus'." (QS Al-Baqarah: 14).

Kitab Suci dalam Surat Al-A'raf ayat 199 menyinggung soal bagaimana menghadapi orang bodoh. Orang bodoh adalah seseorang yang "gemar mengganggu orang" lain dengan ucapannya yang menghina, mengejek dan memfitnah. Orang-orang bodoh tidak perlu ditanggapi atau dipedulikan. 

Jangan biarkan mereka mengisi ruang kehidupan dan pikiran kita. Dunia terlalu mudah untuk diduduki dengan menanggapi hal-hal semacam itu. Hidup ini terlalu singkat untuk disia-siakan jika menangani orang bodoh. Misalnya membalas keburukan dengan keburukan, atau hal-hal lain yang sejenis. 

Bukan begitu sikap yang pas. Mereka harus "selalu kita" temani: diajak diskusi mulai dari hal-hal mudah hingga yang relatif sulit. Kita tidak menggurui. Atau mengejek. Sok pinter. Dengan cara demikian, terciptalah suasana yang menyenangkan: kondusif. Bukan saling berbicara dengan nada tinggi. Ketus.

Contoh orang bodoh tapi sukses: Aristotle Onassis. Di sekolah, ia bodoh dan suka mencari perkara, mengikuti contoh banyak orang kaya. Tidak aneh kalau ia diusir dari beberapa sekolah. Ia paling sering menduduki ranking terbawah di kelasnya. 

Salah seorang gurunya bilang, "Teman-teman sekelas memuja dia, tetapi guru guru dan keluarganya berputus asa." Selagi ia masih muda, dengan mudah orang dapat melihat bahwa dia akan menjadi seorang di antara mereka yang akan menghancurkan diri sama sekali. Atau sukses secara gilang-gemilang. Walaupun raportnya di sekolah jauh dari bagus, bakatnya untuk berdagang dan mencari uang telah tampak sejak dini. Akhirnya dia menjadi seorang Yunani miliuner di sektor perkapalan.

Sebaliknya, yang nilai rapornya tinggi dianggap sebagai anak cerdas dan pandai. Pertanyaannya adalah apakah kepintaran seseorang hanya diukur sebatas nilai akademis? Apakah seseorang yang memiliki nilai rapor rendah adalah orang yang bodoh? "Jawabannya adalah tidak" kata seorang psikologi.

Kepintaran seseorang, lanjutnya,  tidak dapat diukur hanya sebatas nilai akademisnya. Menurut dia, banyak faktor lain yang menjadi tolok ukur kepintaran seorang individu. Seorang siswa dengan nilai buruk di sekolah, bisa saja mempunyai kemampuan luar biasa dalam bidang lain, tuturnya. Misalnya, ia memiliki keistimewaan dalam bidang seni lukis, yang tidak dimiliki orang lain. Dengan demikian, meski minim prestasi akademik, siswa tersebut "tidak boleh" dikatakan bodoh. 

Kita bodoh pula

"Semua" orang itu bodoh. Oleh karenanya, siapapun juga, (tidak terkecuali profesor, doktor, rektor, dokter maupun orang-orang yang pendidikannya kurang), perlu belajar terus. Sebagaimana firman Allah Ta'ala tersebut di atas. Tak "satu pun orang" itu pandai. (Jauh) melebihi yang lain.

Anjuran menuntut ilmu dimulai sejak lahir hingga akhir hayat. “Tuntutlah ilmu dari buaian (bayi) hingga liang lahat,” sabda Rasulullah SAW. "Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap individu muslim."

Orang bodoh bukan berarti dia tidak berpendidikan. Yang bergelar doktor pun bisa menjadi orang bodoh. Karena, kebodohan "tidak berkaitan dengan" ijazah. Kebodohan erat kaitannya dengan akhlak, tulis republika.id. 

Jika seseorang menuruti hawa nafsunya (dan tidak bisa mengendalikan pikirannya) yang terejawantahkan ke dalam perilaku yang buruk, "dialah orang bodoh", meski sudah mengantongi banyak ijazah.

Al Qur'an menunjukkan siapa orang bodoh itu. Allah SWT berfirman, "Sesungguhnya bertobat kepada Allah itu hanya (pantas) bagi mereka yang melakukan kejahatan karena tidak mengerti, kemudian segera bertobat. Tobat mereka itulah yang diterima Allah. Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana." (QS An-Nisa ayat 17).

Orang bodoh adalah mereka yang tidak taat dalam menjalankan perintah Allah SWT dan Rasul-Nya. Selama dia melakukan maksiat, maka ia bodoh. Kebodohan tentang akhirat, dan kebodohan tentang surga dan neraka, membuatnya jatuh ke dalam maksiat.

Allah SWT berfirman, "Kemudian, sesungguhnya Tuhanmu (mengampuni) orang yang mengerjakan kesalahan karena kebodohannya kemudian mereka bertobat setelah itu dan memperbaiki (dirinya), sungguh, Tuhanmu setelah itu benar-benar Maha Pengampun, Maha Penyayang." (QS An-Nahl ayat 119).

Selain itu, Syekh Burhanuddin Ibrahim Az-Zarnuji Al-Hanafi menjelaskan seseorang yang menuntut "ilmu harus bertujuan" mendapat ridha Allah, mencari kebahagiaan di akhirat. Menghilangkan kebodohan dari dirinya sendiri maupun dari orang lain, menghidupkan agama dan melestarikan Islam, ujarnya. 

"Karena Islam itu dapat lestari kalau pemeluknya berilmu. Zuhud dan takwa tidak sah tanpa disertai ilmu," kata dia.

Syekh Az-Zarnuji juga menukil perkataan ulama dalam sebuah syair: "Orang alim yang durhaka bahayanya besar, tetapi orang bodoh yang tekun beribadah justru lebih besar bahayanya dibandingkan orang alim tadi. Keduanya adalah penyebab fitnah di kalangan umat, dan tidak layak dijadikan panutan."


Editor: Ariful Hakim


Berita Terkait