Ceknricek.com -- Tahta wakil menteri sejatinya kalah gurih dibanding direktur utama badan usaha milik negara atau BUMN. Soal gaji, dirut BUMN jauh lebih berlimpah dibanding gaji wamen. Ibaratnya, gaji Januari belum sempat dibelanjakan, gaji bulan Oktober sudah cair. Hanya saja, jabatan wakil menteri memang terkesan lebih wibawa di depan rakyat se-Indonesia.
Boleh jadi itu pula yang menjadikan Kartika Wirjoatmodjo dan Budi Gunadi Sadikin menerima “tugas” dari Presiden Joko Widodo untuk menjadi wamen. Tiko, panggilan Kartika, dan Budi ditunjuk menjadi Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara atau BUMN. Sebelumnya, keduanya adalah bos BUMN. Tiko adalah Direktur Utama Bank Mandiri, sedangkan Budi Direktur Utama Inalum.
Sumber: Tempo
Bank Mandiri dan Inalum adalah BUMN jumbo. Sebagai dirut, keduanya dibayar mahal. Bisa miliaran. Sedangkan sebagai wamen, mereka hanya dibayar puluhan juta saja. Nah, sebelum memelototi gaji keduanya di BUMN mari kita telisik dulu gaji wamen.
Gaji Wamen
Penghasilan Wamen diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 164/PMK.02/2012 tentang Hak Keuangan dan fasilitas Lainnya Bagi Wakil Menteri.
Bagi Wakil Menteri yang bertugas pada Kementerian yang belum mendapatkan Tunjangan Kinerja diberikan Hak Keuangan sebesar 85% dari hak keuangan Menteri. Sedangkan tunjangan menteri diatur dalam Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 68 Tahun 2001. Sesuai Keppres ini, menteri negara menerima tunjangan sebesar Rp13.608.000 setiap bulannya. Sedangkan gaji pokok para menteri sebesar Rp5.040.000. Jika ditotal, gaji dan tunjangan yang diterima menteri sebesar Rp18.648.000 per bulan.
Nilai di atas belum termasuk dana operasional hingga kinerja dan protokoler. Ada juga dana taktis menteri yang menurut beberapa mantan pejabat bisa mencapai Rp100-150 juta. Nah, artinya wakil menteri menerima 85% dari angka itu.
Sumber: Katadata
Baca Juga: Daftar Lengkap 12 Wamen: Dari Trenggono Hingga Angela
Adapun bagi Wakil Menteri yang bertugas pada Kementerian yang sudah mendapatkan Tunjangan Kinerja, diberikan Hak Keuangan sebesar 135% dari tunjangan kinerja Pejabat Eselon I dengan peringkat jabatan tertinggi.
Hak Keuangan bagi wakil menteri yang berasal dari pegawai negeri dibayarkan sebesar selisih penerimaan hak keuangan sebagai Wakil Menteri dengan penghasilan yang diterima sebagai Pegawai Negeri.
Wamen juga mendapat fasilitas kendaraan dinas, rumah jabatan dan jaminan kesehatan. Kendaraan dinas diberikan dengan standar harga perolehan paling tinggi sebesar Rp800 juta. Rumah jabatan bagi wamen dengan standar di bawah menteri dan di atas Pejabat Eselon I.
Gaji Dirut BUMN
Lalu, berapa besar gaji Tiko ketika menjabat Dirut Bank Mandiri? Melansir laporan tahunan bank tersebut, sebelas anggota direksi mendapatkan gaji dan tunjangan sebesar Rp175,85 miliar pada tahun 2018. Adapun bonus dan tantiem yang diperoleh mencapai Rp272,53 miliar.
Jika dibagi rata saja, maka gaji yang diperoleh satu orang direksi Bank Mandiri sekitar Rp15,98 miliar serta bonus dan tantiem sekitar Rp24,77 miliar. Jadi dalam setahun mereka membawa pulang total Rp40,75 miliar, itu belum ditambah imbalan kerja jangka panjang. Minimal pendapatan Tiko sebagai Dirut Bank Mandiri adalah Rp4 miliar-Rp5 miliar.
Sedangkan gaji dan tunjangan Budi Gunadi Sadikin bisa dilihat pada laporan keuangan PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero)/Inalum 2018. Ia tercatat menerima remunerasi senilai Rp6,84 miliar atau sekitar Rp570 juta/bulan. Komponennya adalah gaji, THR, transportasi dan tantiem. Pantas saja, jika pada 2017, berdasar data LHKPNi, kekayaan Budi sebesar Rp123,64 miliar.
Sumber: Istimewa
Baca Juga: Wakil Menteri Bukan Anggota Kabinet
Lalu, siapa Tiko? Pria ini menyelesaikan pendidikan sarjananya di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (UI) pada tahun 1996. Ia kemudian melanjutkan pendidikan magister di Erasmus University di Rotterdam, Belanda hingga meraih gelar MBA pada tahun 2001.
Pria kelahiran tahun 1973 itu memulai kariernya sebagai Konsultan Pajak dan Akuntansi di RSM AAJ pada tahun 1995 hingga 1996. Kemudian, pada tahun 1996 hingga 1998, Tiko bekerja sebagai Analis Kredit pada Industrial Bank of Japan, Konsultan Senior pada PwC Financial Advisory Services pada tahun 1998 sampai 1999, dan Boston Consulting Group pada tahun 2000 hingga 2003.
Saat bergabung dengan Bank Mandiri, Tiko memulainya dari jabatan Kepala Departemen Strategi dan Analisis Finansial. Kemudian, kariernya merangkak ketika ia diangkat sebagai Group Head di bank milik negara itu.
Pada tahun 2008, Tiko diangkat sebagai Managing Director Mandiri Sekuritas. Selama kariernya, Tiko juga pernah menjabat sebagai CEP Indonesia Infrastructure Finance pada tahun 2011 hingga 2013. Tak hanya itu, dia juga pernah menduduki posisi Kepala Eksekutif Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) pada tahun 2014 hingga 2015.
Sumber: RMOL
Baca Juga: Kabinet Baru
Setelah menjajal pengalaman di luar Bank Mandiri, Tiko akhirnya kembali lagi ke bank tersebut pada 2015. Pada Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan Bank Mandiri tahun 2015 lalu, Tiko ditunjuk sebagai Direktur Keuangan dan Strategi. Selanjutnya pada 2016, Tiko berhasil menjadi pimpinan utama Bank Mandiri hingga tahun 2019 ini.
Budi adalah senior Tiko. Pria kelahiran 1964 ini merupakan sarjana fisika nuklir dari Institut Teknologi Bandung yang lama berkarier sebagai bankir. Kariernya di BUMN dimulai pada 2006 saat ia bergabung ke PT Bank Mandiri Tbk. sebagai Direktur Micro & Retail Banking.
Kariernya terus menanjak hingga diangkat menjadi Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk. Ia menduduki posisi tersebut hingga 2016 sebelum akhirnya ia diangkat sebagai Staff Khusus Menteri Negara BUMN dan aktif menjadi Anggota Dewan Penasehat Asosiasi Fintech Indonesia.
Pada 2017, ia diangkat menjadi Komisaris Utama PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) sebelum akhirnya efektif menjadi direktur utama pada 14 September 2017. Di bawah kepemimpinannya, Inalum resmi menggenggam 51,23 persen saham PT Freeport Indonesia dengan membayarkan US$3,85 miliar.
Tiko dan Budi rela melepas gaji besarnya itu untuk menjadi wamen. Mereka berdua patut mendapat apresiasi.
BACA JUGA: Cek AKTIVITAS PRESIDEN, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini.
Editor: Farid R Iskandar