Ceknricek.com -- Bukalapak bikin kejutan. Bukan kabar baik. Salah satu unicorn kita ini akan melakukan pemutusan hubungan kerja atau PHK secara besar-besaran. Ada yang menilai ini sebagai ending e-commerce yang gemar melakukan bakar duit. Mereka melakukan ritual itu karena banyak dolar masuk dari investor luar negeri ke marketplace kita.
Bukalapak tentu saja membantah sinyalemen itu. Perusahaan platform dagang-el dengan valuasi di atas US$1 miliar ini berdalih PHK dilakukan dalam rangka penataan internal perusahaan seiring dengan peningkatan skala bisnisnya. Divisi yang kena pangkas antara lain devisi engineer, marketing, dan costumer service.
Head of Corporate Communications Bukalapak, Intan Wibisono, menjelaskan Bukalapak telah tumbuh menjadi unicorn dalam waktu singkat. Pada skala seperti ini, perusahaan perlu menata diri dan beroperasi sebagai perusahaan yang sudah dewasa atau grown up company. Hal ini dilakukan untuk menjamin visi perusahaan terus tumbuh sebagai perusahaan dagang-el berkelanjutan dalam jangka panjang.
Sumber: Nusa24
Baca Juga: Setelah Bukalapak, Inilah 5 Startup Terbaik Indonesia Versi Startup Ranking
Intan menganggap tindakan PHK adalah hal yang lazim. “Perusahaan manapun melakukan penataan internal secara strategis untuk mendukung implementasi strategi bisnisnya. Demikian pula dengan Bukalapak," ujarnya, Selasa (10/9).
Penjelasan Intan ini bisa diterima pengamat Teknologi Informatika dari ICT Institute, Heru Sutadi. Ia memandang kebijakan ini merupakan salah satu bentuk efisiensi bisnis. Startup membutuhkan banyak sumber daya manusia untuk melakukan strategi pemasaran dan akuisisi pengguna dalam skala besar. "Kita lihat banyak startup yang mulai efisiensi. Kalau jumlah karyawan yang terlalu banyak di awal karena butuh marketing dan akuisisi pengguna, tapi setelah stabil dirasa perlu ada pengurangan karena sudah tak dibutuhkan," katanya seperti dikutip CNNIndonesia, Selasa (10/9).
Pada awalnya, butuh tenaga marketing banyak untuk melakukan akuisisi pengguna sebagai upaya memperkenalkan dan membimbing pengguna dalam memasarkan barang di Bukalapak. "Mereka harus ke lapangan menjelaskan bagaimana buka akun, isi barang, harga dan lain-lain. Karena beberapa tahun lalu kan masih baru jadi harus dibimbing. Sekarang pengguna sudah biasa dan lancar. Jadi ada bagian yang bisa dikurangi," kata Heru. Ketika pengguna sudah terbiasa, maka ada beberapa divisi yang tak lagi digawangi oleh banyak karyawan.
Sumber: Infokomputer
Bukalapak bergerak di bidang e-commerce, sebuah bisnis yang berbeda dengan bidang ride-hailing. Menurut Heru, layanan ride-hailing bisa diperluas menjadi layanan logistik hingga layanan pesan antar makanan. "Beda dengan Gojek yang melahirkan layanan baru yang butuh tambahan pekerja serta wilayah layanan baru termasuk di luar negeri yang butuh tambahan karyawan baru juga," ujarnya.
Ketua umum Asosiasi e-Commerce Indonesia (idEA), Ignatius Untung, berpendapat senada. Ia bilang, pada dasarnya e-commerce harus bisa menyeimbangkan strategi jangka panjang dan pendek agar bisa bertahan. "Harus bisa mem-balance short term dan long term. Dari sisi spending, hiring, termasuk juga product development," katanya.
Ekonomi Lagi Berat
Hanya saja, bagi ekonom, PHK di perusahaan e-commerce memberi sinyal tak sedap. Peneliti Indef, Bhima Yudhistira Adhinegara, menyebut fenomena PHK ini telah mematahkan teori ada shifting besar-besaran dari konsumsi ritel konvensional ke ritel online." Faktanya kondisi ekonomi saat ini sama-sama berat baik bagi pemain konvensional maupun online," ujarnya kepada Detik, Selasa (10/9).
Konsumsi rumah tangga memang rendah di kisaran 5%, kemudian kelas menengah dan atas yang tadinya diandalkan untuk mendorong konsumsi akhirnya terpaksa menahan belanja. "Konsumen sedang khawatir isu resesi ekonomi global, perang dagang, rendahnya harga komoditas," jelasnya.
Sumber: Gatra
Baca Juga: CEO Bukalapak Menemui Presiden Jokowi di Istana
Heru tak menampik pendapat Bhima. Untuk itu ia menganggap, pemangkasan karyawan yang dilakukan Bukalapak harus terus dipantau untuk mengetahui alasan di balik kebijakan tersebut. Apakah Bukalapak merugi atau lebih ke arah efisiensi untuk mendorong pendapatan. "Kalau pengurangan secara besar-besaran terus menerus terjadi hingga tiga kali dalam setahun ya itu tanda-tanda adanya bubble di bisnis mereka," katanya.
Untung juga mengingatkan e-commerce juga harus bijaksana dalam mengalokasikan dana yang dimiliki. Salah satunya adalah kebiasaan bakar uang dan memberikan berbagai promo. Kebiasaan tersebut memang membuat e-commerce menjadi lebih kompetitif. Cuma, bila pengelolaannya tak hati-hati justru bisa membuat perusahaan merugi. "Walaupun sejujurnya memang nggak mudah, terutama karena bakar uangnya juga sudah dilakukan beramai-ramai. Kalau nggak ikutan ya memang jadi kurang kompetitif," ujarnya.
Strategi bakar uang sudah menjadi senjata utama e-commerce untuk menarik pembeli. Masyarakat Indonesia dimanjakan dengan diskon. Namun di sisi lainnya, e-commerce harus menanggung tambahan beban dari diskon yang diberikan itu.
Biasanya untuk menutup beban atau memberikan diskon pada pembeli, e-commerce sangat mengandalkan suntikan dana dari investor.
Agresif
Jumlah karyawan Bukalapak lumayan banyak. Menurut riset iPrice, Bukalapak merupakan e-commerce dengan jumlah karyawan terbesar keempat di Indonesia. Jumlahnya mencapai 2.696 karyawan. Angka ini pada kuartal II-2019. Peringkat pertama diduduki oleh Tokopedia dengan 3.144 karyawan. Kemudian Shopee dan MapeMall, masing-masing 3.017 karyawan dan 2.933 karyawan.
Sumber: Kompas
Baca Juga: Tarik Ulur Pajak E-commerce
Bukalapak termasuk cukup agresif menambah jumlah karyawan. Pada kuartal I-2018, jumlah karyawan Bukalapak baru 1.233 karyawan. Kuartal II-2018 sudah meningkat menjadi 1.500 karyawan. Lalu, pada kuartal III-2018, bertambah lagi menjadi 1.853 karyawan. Kuartal IV-2018 menjadi 2.275 karyawan dan kuartal I-2019 mencapai 2.575 karyawan. Artinya, setiap kuartalan ada penambahan 200-300 karyawan.
Bukalapak adalah e-commerce ranking ketiga paling banyak dikunjungi di Indonesia. Jawaranya, Tokopedia. Menurut iPrice, total pengunjung Bukalapak mencapai 89,77 juta per bulan. Bukalapak pernah menduduki posisi kedua sebagai situs e-commerce yang paling banyak dikunjungi namun kemudian digeser Shopee.
Peringkat keempat ada Lazada milik Alibaba. Pengunjung situsnya mencapai 49,62 juta per bulan. Peringkat kelima ada Blibli dari Grup Djarum dengan rata-rata pengunjung situs 38,45 juta.
Sumber: CNBC
Bagaimana pun kasus PHK di Bukalapak telah memberi pelajaran bagi pengusaha bisnis rintisan untuk lebih cermat: jangan asal bakar duit. Semoga saja PHK oleh Bukalapak benar karena untuk menata bisnis dalam jangka panjang. Bukan karena ada masalah serius dalam bisnis dagang-el.
Kondisi saat ini memang penuh ketidakjelasan. Ekonomi global sedang menuju resesi. Dampaknya sudah merambah ke mana-mana termasuk ke Indonesia. Semoga saja unicorn yang dibangga-banggakan Presiden Joko Widodo ini tahan terhadap aura buruk resesi.
BACA JUGA: Cek POLITIK, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini.