Cerita Sepeda Onthel Anies Baswedan yang Berusia 70 Tahun | Cek&Ricek Anugerah Pewarta Astra 2025 - Satukan Gerak, Terus Berdampak
Foto: Doc. Anies Baswedan

Cerita Sepeda Onthel Anies Baswedan yang Berusia 70 Tahun

Ceknricek.com -- Satu bulan terakhir sepeda jadi bahan pembicaraan di mana-mana. Mulai gaduh soal penyelundupan sepeda Brompton via pesawat baru maskapai Garuda Indonesia, hingga tren kampanye "gemar bersepeda" seiring kesadaran orang akan hidup sehat. Ya, kampanye bersepeda memang akhir-akhir ini lagi menggeliat di Ibu Kota Jakarta.

Hal ini tak lepas dari peran sang Gubernur, Anies Baswedan. Selain membuat kebijakan terkait jalur sepeda di DKI, usut punya usut ternyata Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini juga punya kenangan masa kecil tentang sepeda dari sang kakek, sepeda ontel.

Anies mengisahkan sejak menduduki masa-masa SMA di tahun 80-an, kuliah, hingga bekerja, sepeda tak lepas dari kegiatannya sehari-hari. Apalagi pria yang kini berusia 50 tahun itu menghabiskan masa mudanya di Yogyakarta yang masih ramah dengan sepeda. Sekadar informasi, menggunakan sepeda motor apalagi mobil sekitar tahun 80-90-an adalah hal yang mewah.

"Saat itu, kami tinggal bersama kakek-nenek di Taman Yuwono no 19, jl Dagen. Sepeda Ibu itu dipasangi bangku untuk anak, lalu Ayah ajak saya keliling sekitar Malioboro hingga alun-alun utara Yogyakarta hampir setiap sore. Buat anak kecil itu jadi pengalaman tak terlupakan. Semasa TK kegiatan jalan-jalan sore ini rutin dikerjakan," kata Anies, dikutip laman Facebooknya, Minggu (19/12).

Anies bercerita, bahwa kedua orang tuanya juga menggunakan sepeda yang sama untuk mengajar di kampus. Anies juga menggunakannya waktu tahun pertama kuliah di Universitas Gadjah Mada.

"Dulu ayah dan ibu sehari-hari bersepeda ke kampus jika akan mengajar. Sampai kemudian mereka pindah pakai vespa. Sepeda Ayah lalu dipakai bergantian di rumah. Hingga saya pakai saat awal-awal kuliah. Ketika sudah aktif sekali di kampus, saya pakai vespa ayah untuk kegiatan sehari-hari," cerita Anies.

Rupanya, sepeda ontel ini masih tersimpan di rumah sang ibu. Hingga saat ini sepeda peninggalan sang kakek masih bisa berfungsi dengan baik.

"Kemarin ketika pulang ke Yogya dibersihkan dan coba digowes lagi. Sepeda tua ini masih berfungsi baik, hanya perlu diminyaki rantainya. Sudah lebih dari 70 tahun sepeda ini bergerak di aspal di Yogya, bagaimana kalau kita bawa keliling di Jakarta? Setuju...?" tulis Anies.

Pada Minggu (15/12), Gubernur ke-17 DKI Jakarta ini melepas kegiatan jalan sehat dan gowes bareng yang diikuti ratusan pesepeda dengan titik keberangkatan di Pintu Air Malaka Sari, Kanal Banjir Timur, Jakarta Timur. Anies menekankan arah kebijakan dan pembangunan Pemprov DKI Jakarta yang mendorong masyarakatnya untuk berjalan kaki dan bersepeda.

"Saya harap semuanya hari ini kita jalan kaki bersama, jalan sehat, naik sepeda. Tujuannya untuk mengingatkan dan mengampanyekan mari kita d kota ini membiasakan berjalan kaki dan bersepeda dalam keseharian kita,” ujar Anies seperti dilansir Jakarta.go.id.

Anies menuturkan kebijakan Pemprov DKI Jakarta dalam memperlebar trotoar agar masyarakat lebih leluasa dalam berjalan kaki. Di sisi lain, terdapat jalur sepeda di beberapa ruas jalan agar pesepeda dapat merasa aman, nyaman dan merasakan kesetaraan keadilan di Ibu Kota.

Foto: Doc. Anies Baswedan

Baca Juga: Seli Brompton, Jadi Ingat Anies

“Alhamdulillah kita membangun jalur sepeda di mana-mana. Sepeda itu jangan dipandang sebagai alat olahraga saja. Tetapi dipandang sebagai alat transportasi. Jadi bukan hanya di akhir pekan, di hari apapun bisa bersepeda. Lebih murah, tidak ada polusi, dan parkirnya gampang. Sekarang kita sedang biasakan bersepeda di Jakarta,” ucap Anies.

Peninggalaan Belanda

Sekadar informasi, masyarakat Indonesia mengenal sepeda sejak zaman Hindia Belanda. Boleh jadi, kebiasaan bersepeda mengikuti kebiasaan orang Belanda. Di Belanda, masyarakatnya kerap bepergian dengan sepeda. Di sana, menemukan sepeda semudah kita menemukan sepeda motor saat ini.

Seperti dilansir dari Adira.co.id, penelusuran sejarah menunjukkan, foto tertua keberadaan sepeda ini di Indonesia bertahun 1895. Kemudian memasuki abad ke-20, secara bertahap sepeda-sepeda tersebut diekspor ke Indonesia dari Negeri Kincir Angin.

Foto: Doc. Anies Baswedan

Beberapa merek sepeda yang mudah ditemui di Indonesia antara lain Fongers, Simplex, Burger, Gazelle, dan Hartog. Belakangan merek buatan Eropa lainnya juga dikirim ke Indonesia, seperti buatan Inggris dan Jerman. Namun, jumlahnya tak sebanyak buatan Belanda.

Rupanya, sepeda produksi Belanda ini sengaja dibawa para penjajah ke Indonesia. Mereka sadar cuaca di Indonesia sangat bersahabat dan cocok untuk bersepeda. Kebiasaan ini pun diikuti oleh kaum bangsawan Indonesia.

Situasi inilah yang menjadikan sepeda sebagai simbol status sosial seseorang pada masa itu. Sepeda hanya milik mereka yang berstatus sosial tinggi. Tak semua orang bisa mempunyai dan mengendarai sepeda.

Sepeda ontel sendiri memiliki roda berdiameter 28 inci. Material sepeda pun sangat kuat dan tahan lama. Posisi sadel terbilang cukup tinggi dan setang dipasang sejajar dengan sadel. Hal ini mengharuskan pengemudinya duduk tegak.

Ciri khas lainnya, rantai sepeda memiliki penutup, sehingga mempercantik tampilan sepeda. Pada bagian roda depan, ada dinamo yang berfungsi menghidupkan lampu. Rem drum melengkapi sepeda yang giginya tak bisa diutak-atik.  

BACA JUGA: Cek FILM & MUSIK, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini


Editor: Thomas Rizal


Berita Terkait