Cuitan Dino Patti Djalal Untuk Brian atau Jokowi? | Cek&Ricek Anugerah Pewarta Astra 2025 - Satukan Gerak, Terus Berdampak
Foto : Setkab

Cuitan Dino Patti Djalal Untuk Brian atau Jokowi?

Ceknricek.com -- Lini massa Twitter tengah ramai oleh cuitan Dino Patti Djalal. Mantan wakil Menteri Luar Negeri ini melemparkan opininya terhadaprapper Rich Brian. 

Dalam kicauannya, Dino justru mengungkapkan komentar tajam tentang sosok Rich Brian. Menurut Dino Patti, meskipun berprestasi, sebagai seorang ayah, Brian bukan sosok panutan karena cuitan-cuitannya di twitter kasar, jorok, dan suka merendahkan wanita.

Sumber : Twitter @Dinopattidjalal

Alih-alih mendapat sambutan positif, di jagat Twitter, mantan Dubes Indonesia untuk AS di masa SBY itu malah dikecam oleh anak-anak muda. Mereka menilai Dino beda generasi dan tidak memahami koteks.

Salah satu tweeps dengan akun bernama Bang Jali berkomentar begini: "Panutan itu kan tergantung sudut pandang aje. Kl die di AS sono, cara die menjadi publik figur diantare rapper sono ya harus begitu, masa diantare rapper di AS ngomongnye dose nerake seh, ya kagak laku lah. Yg penting dng strategi pasar seperti itu die bise."

Rapper Brian Imanuel alias Rich Brian merupakan musisi asal Indonesia yang melebarkan sayapnya di kancah musik internasional. Dia diundang ke Istana Bogor oleh Presiden Jokowi beberapa waktu lalu.

Foto : Istimewa

Brian Imanuel lahir pada tanggal 3 September 1999 di Jakarta, Indonesia. Berdarah campuran Tionghoa - Manado. Dibesarkan di Indonesia, Brian yang akan berusia 20 tahun sudah memulai kariernya melalui media sosial pada tahun 2010 saat masih berusia 11 tahun. Ia juga pernah masuk majalah Forbes Asia.

Pada awalnya, dia sering mengirimkan video komedi gelap yang kerap berbau budaya Amerika, yang seringkali ditontonnya melalui video dari internet. Dia belajar bahasa Inggris secara otodidak dengan menonton video YouTube dan mendengarkan lagu-lagu dari para penyanyi rap seperti Childish Gambino, 2 Chainz, Macklemore, dan Tyler, The Creator. Sejak Juli 2016 Brian tinggal di Los Angeles, Amerika Serikat. “Berada di AS menyadarkanku bahwa saya ingin berubah," kata Brian.

Kembali ke soal cuitan Dino Patti Djalal, sebagai orangtua dia harus melindungi anaknya, bukan saja secara fisik, tetapi juga moralnya. Artinya, dia sah-sah saja jika melihat Brian sebagai anak muda yang tidak patut diteladani.

Namun mengingat latar belakang Dinno Patti Djalal, politikus dari Partai Demokrat yang pernah menjadi Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat, patut pula dipertanyakan, apakah cuitannya hanya karena dia selama ini resah dengan isi Twitter Brian.

Bisa jadi Dino tidak semata-mata ingin menyerang Brian, melainkan sosok lain yang menjadi magnet dalam perpolitikan di Indonesia, yakni Presiden RI, Ir. Joko Widodo (Jokowi) yang mengundang Brian ke istana.

Foto : Detik.com

Dino seperti sedang bermain karambol, atau mungkin seperti bermain snooker, memukul satu bola untuk mengarah ke bola yang akan dipukul berikutnya. Dengan mengeluarkan itu, paling tidak ada dua hal yang ingin dicapai.

Pertama, kemungkinan besar dia ingin mendapatkan perhatian dari istana; kedua, sebagai anggota partai yang partainya mendukung Pasangan 02 pada Pemilu yang baru lalu, Dino ingin menegaskan bahwa karakter oposisi tidak lantas menguap meskipun setelah Pemilu Ketua Umum Partai Demokrat Soesilo Bambang Yudhoyono memberikan dukungan kepada Jokowi, dan kemudian Jokowi bertemu dengan Prabowo yang menandakan rivalitas politik sudah usai.

Memang ada perbedaan mendasar dalam melihat Brian, antara Dino Patti Djalal dan Jokowi.

Dino malah menyoroti attitude Brian yang tercermin dalam cuitan-cuitannya di twitter. Kita tidak tahu apakah cuitan-cuitannya yang semua dalam bahasa Inggris juga diikuti oleh anak-anak muda di Indonesia. Brian sendiri, karena bermukim dan berkarier di Amerika, mungkin hanya melakukan pukul rata, memandang penggemarnya dari berbagai negera di dunia, yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa internasional.

Di Amerika, cuitan-cuitan Brian tidak pernah menimbulkan masalah. Di negara mana nilai-nilai moral sering dikesampingkan, walaupun terkadang muncul sikap hormat dan empati terhadap orang lain. Dino Patti Djalal yang pernah menjadi Dubes di Amerika mestinya tahu itu. Tetapi bahwa dia sebagai orang tua menjadi resah, karena mungkin saja anaknya juga menjadi penggemar Brian, sah-sah saja. Kendati kita tahu arah cuitan Dino bukan semata-mata ditujukan kepada seorang Brian.

Foto : CNBC

Presiden Jokowi melihat Brian dari sudut pandang yang lain. "Karena Brian satu-satunya musisi hip hop yang sudah sukses sekali. Malah albumnya nomor satu di iTunes Chart. Sekarang ada album baru," ujar Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Triawan Munaf di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Minggu (7/7).

Dari penjelasan Triawan Munaf bisa ditangkap bahwa prestasi internasional adalah magnet penting bagi Presiden untuk mengundang anak muda seperti Brian ke istana. Presiden ingin mendapatkan ikon anak muda yang bisa menjadi inspirasi bagi anak muda lainnya di dalam negeri. Dan presiden selalu mendukung anak-anak muda yang bisa maju dan berkembang tanpa campur tangan negara, di era ekonomi digital ini. 

Di tengah dunia yang makin terbuka, dan persaingan yang semakin ketat, bangsa Indonesia--terutama anak-anak muda--harus berani membuka diri dan bersaing di dunia internasional. Presiden mengatakan berkali-kali bahwa kita jangan terus menerus menjadi konsumen, tetapi harus bisa menjadi pemain. Itulah sebabnya dalam kepemimpinan berikutnya Presiden Jokowi ingin membangun Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia, agar siap menghadapi persaingan global. 

Demi kepentingan itu, Jokowi untuk sementara “mengenyampingkan” pembangunan moral dan mental secara menyeluruh, terutama di era kepemimpinannya yang pertama di mana ia lebih mencurahkan daya pemerintah untuk pembangunan infrastruktur.

Foto : Setkab

Pembangunan mental (revolusi mental) yang dijanjikannya pada Kampanye Pemilu 2014 seolah belum tersentuh. Paling tidak bagaimana implementasi program revolusi mental yang dijanjikan itu di tengah masyarakat, khususnya di kalangan para pelajar dan mahasiswa. 

“Pengabaian” itu sangat berbahaya. Karena seperti kita lihat sekarang ini, bukti pekerti, disiplin, tanggung jawab yang menjadi buah dari pengabaian pembangunan moral dan mental, sudah semakin jauh dari masyarakat, terutama kalangan muda.

Presiden sendiri sebenarnya banyak memiliki pembantu yang bisa diarahkan untuk menangani hal itu lebih serius, bukan melulu menangani kegiatan-kegiatan seremonial dan bagaimana caranya menghabiskan anggaran, agar tidak ada Sisa Anggaran pada tahun-tahun berikutnya. Dalam hal ini Presiden Jokowi masih kurang keras terhadap pembantu-pembatunya. Belum pernah terdengar sejauh mana evaluasi terhadap program revolusi mental yang masih dijalankan secara hangat-hangat kuku.

Kita memang perlu anak muda seperti Rich Brian, untuk membangunkan anak-anak muda lain yang sedang tertidur dan terus hidup di dalam tempurung. Tetapi bukan dengan acara seremonial belaka seperti ketika Rich Brian diundang ke istana Bogor. Apakah kehadiran Brian di Istana Bogor lantas membuat puluhan juta anak muda langsung melek? 

Dan terkahir, perlu dicermati juga apa sih maksud Ketua Bekraf membawa Rich Brian ke istana? Mengapa baru sekarang?



Berita Terkait