Farid Ridwan Iskandar dalam Lintas Kenangan | Cek&Ricek Anugerah Pewarta Astra 2025 - Satukan Gerak, Terus Berdampak
Foto: Istimewa

Farid Ridwan Iskandar dalam Lintas Kenangan

Ceknricek.com -- Januari 2004, setelah melalui masa seleksi selama satu bulan penuh, aku pertama kali mendapat tugas dari Farid Ridwan Iskandar - kala itu jabatannya Redaktur Pelaksana Tabloid Cek & Ricek. Karena ia orang Sunda, aku membiasakan diri memanggilnya "Kang", mengikuti teman-teman yang sudah duluan masuk.

"Coba Rif, bikin semacam tajuk rencana. Isinya soal perjalanan kamu dan teman teman dari mulai test sampai masuk ke sini,"katanya.

Waktu itu aku ingat benar. Penambahan SDM baru diseleksi oleh lembaga psikologi Universitas Indonesia. Dari semua calon yang mendaftar, diambil 100 orang setelah dilihat potensi skill menulisnya. Aku sendiri tidak tahu, kenapa Kang Farid menugaskan aku, sebagai pemula yang masih "hijau" di dunia jurnalistik. Tapi karena aku berprinsip setiap tugas tidak pernah kutolak, permintaan itu aku sanggupi.

Kala itu, dari 100 orang diperas lagi jadi 10 orang lewat proses seleksi berjenjang. Lima ditempatkan di tabloid Cek & Ricek, lima untuk tayangan Cek & Ricek. Tulisanku kemudian terbit dan masuk di rubrik komentar -rubrik yang khusus diisi oleh Pak Ilham Bintang sebagai pemimpin redaksi. Tulisan itu kemudian aku bingkai sebagai kenang kenangan. Maka sejak Januari 2004, aku resmi jadi bawahan Kang Farid di tabloid Cek & Ricek, dengan segala dinamika dan pasang surutnya.

Sumber: Istimewa 

Tentu saja tidak semua interaksi berlangsung manis. Tapi memang, rasa syukur mendapat kesempatan belajar itu membuat mentalku terlatih. Seberapa jengkelnya pun Kang Farid, aku ambil positifnya. Maklumlah. Dengan tekanan kerja tiap minggu harus terbit dengan isu utama dan isu khusus yang kudu "greng", kami sering pusing memburu nara sumber untuk wawancara.

Aturan di tabloid sungguh rigid. Jika isu utama maupun isu khusus tidak dapat wawancara artisnya langsung, maka harus didrop. Kalau didrop, harus cari gantinya. Bayangkan jika didrop jelang terbit hari Senin, karena belum dapat wawancara isu utama.

"Mau wajah kita dijadiin cover? Siapa yang bakal beli tabloid?"kata Kang Farid, memotivasi.

Celakanya, di Indonesia - kala itu belum ada sosial media- setiap artis yang kesandung masalah mereka pasti ngumpet. Bahkan ditungguin berhari hari di depan rumahnya dengan cara berkemah, begitu keluar dan diburu untuk dikutip statemennya, mulut mereka seperti disol. Tak heran, ada artis yang masuk kategori kalau dikejar wawancaranya kita bakal "berak kapur".

"Pokoknya harus dapat (wawancara). Kalau nggak dapat apa kita nggak terbit,"kata Kang Farid.

Enam bulan pertama, empat dari teman seangkatanku menyerah. Memilih pindah ke tayangan TV lain. Tapi karena aku sudah terlanjur ambil kredit motor baru dari kantor, aku putuskan tetap bertahan. Hanya saja, tahun 2008 aku akhirnya ikut angkat tangan. Pindah ke rumah produksi jadi penulis skenario sinetron.

Tahun 2009 masuk lagi ke tabloid Cek & Ricek, masih dibawah Kang Farid. Alasannya simpel. Sebagai penulis skenario kerjanya lebih gila lagi. Masuk kantor jam 09.00, pulang bisa jam 02.00 pagi. Tiap hari. Senin sampai Sabtu. Nggak kuat aku. Kerjasama dengan Kang Farid pun kembali berlangsung hingga April 2019, ketika Pak Ilham Bintang memutuskan untuk menutup tabloid.

Setelah tabloid tutup, aku pindah ke Bekasi dan Kang Farid mengasuh online Ceknricek.com. Praktis kami tak pernah bertemu lagi. Baru pada Desember 2020, setelah aku gabung lagi karena diminta Pak Ilham, kami kembali berduet, meski hanya selama sebulan. Kang Farid memutuskan untuk pulang ke Bandung. Dia mengaku ingin istirahat karena faktor usia .

Dengan rentang kerjasama yang lumayan panjang, seperti yang aku katakan di atas, banyak suka duka kita lalui bersama. Utamanya ketika Kang Farid sedang ditekan dateline. Tapi karena terlatih dengan beragam kendala, kadang memang tidak banyak aku masukin hati. Aku tahu, pada dasarnya ia pribadi yang suka ngebodor.

Aku masih ingat, hampir sebagian besar panggilan untukku adalah dengan kata "Inyong", karena tahu aku orang Tegal. "Inyong" adalah sebutan untuk diri yang berarti saya atau aku. Sekitar beberapa bulan yang lalu, setelah melihat story WA-ku yang memasang foto sedang memandu tayangan youtube CR Fakta, dia mengirim guyonan.

"Wuih, Aiman Witjaksono aja putus nih sama inyong, heheheh....,"

Seperti biasa, aku kirim balasan emoticon tertawa ngakak. Ketika aku ulang tahun 10 September lalu, Kang Farid juga mengirim pesan. Kali ini lumayan serius. Ia mendoakan aku panjang umur, selalu diberi kesehatan dan kesuksesan serta rejeki tak putus putus. Lantaran pesannya serius, aku juga jawab serius.

"Sama sama kang. Semoga Kang Farid juga selalu diberi kesehatan dan kesuksesan, serta rejeki tak putus putus. Aamiin YRA,".

Bertahun tahun jadi anak buahnya, sudah pasti aku banyak belajar. Apalagi latar belakangku yang sering diledek sebagai "tukang macul" alias sarjana pertanian yang kesasar jadi wartawan. Setiap masukan, setiap arahan, bahkan setiap omelan, aku jadikan bahan untuk semakin bisa menulis.

Tapi memang repot setelah semua ilmu dan bahan ceramahnya aku sedot dan praktikan. Kadang kalau lagi mampet ide, aku dipanggil ke ruangannya. "Nyong lu nulis mainstory isu utama ya? Tulisan lu khan bagus,". Terpaksa deh aku ladeni tantangannya, karena malu sudah dipuji. Biasanya setelah tabloid terbit, aku baca lagi mana bagian yang sudah diubah oleh Kang Farid, mana yang masih tulisanku, sebagai bahan evaluasi.

Kamis (3/10/24) malam aku dapat pesan, kalau Kang Farid dilarikan ke rumah sakit. Ia mendadak sesak nafas dan diindikasikan kena serangan jantung sekitar pukul 17.00 WIB hari Rabu. Namun baru pagi pagi dilarikan ke UGD Rumah Sakit Advent, Bandung dan kemudian dibawa ke ruang ICU. Pesan kedua menyusul dan mengatakan dokter akan menyedot cairan di paru parunya yang terendam, dan kondisinya sudah mendingan.

Saat pesan itu aku forward ke Pak Ilham, aku ditelepon terkait asal info itu. Rupanya, informasi itu berasal dari teman temannya di Grup WA eks Tiras/Editor. Kami semua berdoa, agar Kang Farid bisa pulih kembali seperti sediakala. Namun rupanya, takdir berkata lain. Hari ini, Jum'at 11 Oktober 2024 pukul 22.00, ia dikabarkan sudah berpulang ke haribaan Allah SWT.

Selamat jalan Kang Farid. Semoga Allah SWT, Tuhan yang Maha Kuasa, memberikan tempat terbaik buat akang! Aamiin YRA.


Editor: Ariful Hakim


Berita Terkait