Film “Inem Pelayan Sexy New”: Si Inem Tidak Sexy Lagi.. | Cek&Ricek Anugerah Pewarta Astra 2025 - Satukan Gerak, Terus Berdampak
Foto: Istimewa

Film “Inem Pelayan Sexy New”: Si Inem Tidak Sexy Lagi..

Ceknricek.com -- Beberapa produser film saat ini sedang menggali harta karun yang lama terpendam, yakni berupa cerita-cerita dari film yang pernah dibuat untuk diproduksi ulang (remake).

Setelah Falcon Pictures memfilmkan kembali cerita-cerita film komedi Warkop Prambors, Rapi Film dengan cerita-cerita horornya, kini giliran PT. Inem Film memproduksi “Inem Pelayan Sexy – New” (tidak memakai istilah reborn).

Bagi generasi Baby Boomer atau Generasi X Indonesia, nama Inem sebagai pelayan seksi tentu sudah sangat akrab di telinga mereka. Bisa jadi sebagian dari mereka ikut menyaksikan tokoh Inem yang seksi dalam film “Inem Pelayan Sexy (I, II, dan III) karya sutradara terkenal waktu itu, Nya Abbas Akup.

Tokoh Inem yang diperankan Doris Callebaute juga ikut melambungkan artis kelahiran 22 Desember 1952 itu menjadi salah satu artis termahal dengan bayaran 5 juta--cukup mahal waktu itu--sejajar dengan Yenny Rahman, Roy Marten, Robby Sugara, dan Yattie Octavia, yang kemudian dikenal dengan sebutan "The Big Five".

Foto: Istimewa

Zaman boleh berbeda, tetapi kebiasaan untuk membuat ulang (remake) cerita lama dalam pembuatan film, merupakan hal biasa. “Inem Pelayan Sexy New” memang tidak bergeser dari pakem itu, tentu saja dengan penyesuaian-penyesuaian sesuai perkembangan zaman.

Sesuai “kodratnya”, Inem dalam film tetap menjadi babu, atau sekarang dikenal dengan sebutan yang lebih keren: Pembantu Rumah Tangga (PRT) atau Asisten Rumah Tangga (AST), kendati tugas dan nasibnya tetap sama.

Baca Juga: Film Horas Amang: Kegamangan Budaya Orang Batak Kota

Dikisahkan Inem (Jelita Callebaute) diberhentikan sebagai ASN di rumah majikannya. Ia lalu mencari tempat kerja baru. Ketika ia hendak melamar, seekor anjing herder milik tuan pemilik rumah yang didatangi, dilepas, Inem lalu dikejar-kejar. Beruntung Inem bertemu dengan Gombong, pedagang roti yang biasa keliling komplek. Inem diselamatkan dari kejaran anjing.

Foto: Istimewa

Di samping menjadi pedagang roti, Gombong juga menjual jasa mencarikan pembantu rumah tangga bagi keluarga yang membutuhkan. Ia lalu menawari Inem bekerja di rumah Pak Moko (Mathias Muchus), yang sering mengerjakan sendiri pekerjaan rumahtangga karena istrinya malas. Bu Moko (Meriem Bellina) kecanduan main game di handphone. Inem akhirnya diterima bekerja di rumah Pak Moko.

Di sisi lain, kedatangan Inem ke rumah yang dijaga anjing herder untuk melamar kerja, telah membuat pemilik rumah, Tuan Maromi (Beddu) kesemsem. Kebetulan waktu itu Bedu sedang bermain senapan dan meihat Inem dari teropong senapannya. Sejak itu Maromi terus mencari Inem.

Tokoh-tokoh Hampir Sama

Sama-sama memakai judul “Inem Pelayan Sexy”--produksi tahun 70-an dibuat menjadi tiga sequel dan tahun 2019 ini diberi embel-embel New di belakangnya--kedua film tersebut nyaris seperti tulisan dalam kertas yang difotokopi.

Penulis cerita dan sutradara masih sangat kurang kreativitas untuk menghasilkan film yang segar dan menghibur--syukur-syukur memiliki pesan moral seperti muatan “Inem Pelayan Sexy” karya Nya Abbas Akup.

Agar terkesan ada kreativitas, sehingga tidak persis seperti hasil fotokopi, ada perbedaan-perbedaan alur, beberapa penokohan, dan tentu saja setting, sehingga properti disesuaikan dengan kondisi kekinian.

Untuk membandingkannya lihat dulu apa yang ditampilkan “Inem Pelayan Sexy” (pertama), film yang melambungkan nama Doris Callebaute dan menjadikan film itu meraih Piala Antemas sebagai film terlaris di Jakarta 1977 dengan 371.369 penonton.

Foto: Istimewa

“Inem Pelayan Sexy” (I) menceritakan tentang Brontoyudo (Djalal), direktur sebuah perusahaan--usahanya berawal dari jualan sate--yang jatuh cinta pada seorang pelayan yang bernama Karminem/ Inem (Doris Callebaute). Inem bekerja pada keluarga Cokro (Aedy Moward dan Titik Puspa). Pak Tjokro adalah manajer di perusahaan milik Brontoyudo.

Dari penokohan (karakter) yang dibuat, beberapa ada kesamaan. Keluarga Cokro dalam Intem Pelayan Sexy karya Nya Abbas Akup, juga memiliki anak dua. Bu Tjokro (Titik Puspa), tidak bisa mengurus rumahtangga dan memasak. Pak Cokro adalah karyawan di perusahaan Brontoyudo.

Sampai di situ kedua film memiliki kesamaan. Bedanya dalam karya Nya Abbas Akup, Inem digambarkan sebagai seorang janda yang memiliki satu anak. Anaknya kemudian berpacaran dengan anak Pak Tjokro yang satu sekolah. Dalam film yang disutradarai Hasto Broto, Inem tetap seorang janda, tetapi tanpa anak. Dia tinggal bersama adiknya, yang juga berpacaran dengan anak Pak Moko (kemudian jadi majikan Inem).

hasto broto
Foto: Istimewa

Baca Juga: Mencari Titik Inspirasi Dari Film “6.9 Detik”

Tokoh lainnya, Gombong si pedagang roti, merupakan titisan tokoh pedagang roti yang diperankan oleh Gombloh. Uniknya, dalam “Inem Pelayan Sexy New” tokoh Inem diperankan oleh Jelita Callebaute yang merupakan anak kandung dari Doris Callebaute.

Foto: Istimewa

Tidak Seksi Lagi

Daya tarik terbesar dalam film “Inem Pelayan Sexy” karya Nya Abbas Akup adalah penampilan Inem yang seksi. Definisi seksi ketika itu memang masih sempit, masih sebatas daya tarik seks bagi lawan jenis, atau lebih mendekati kata sensual.

Walaupun memakai kebaya, Inem sering mengobral pahanya yang mulus atau kadang hanya mengenakan BH hitam sebagai penutup bagian atas tubuhnya. Karuan saja penampilan Inem membuat banyak lelaki tergila-gila. Bukan saja Brontojudo, tetapi juga Pak Moko, yang diam-diam suka mencuri kesempatan.

Tokoh Inem dalam “Inem Pelayan Sexy New” jauh dari kesan sensual. Ia memakai kebaya yang simpel dengan sopan. Satu-satunya adegan “terpanas” dalam film ini adalah ketika Inem sedang mencuci. Kainnya terangkat hingga berada sekitar 25 sentimenter di atas dengkul dan memperlihatkan sebelah pahanya yang mulus. Selebihnya penampilan seksi yang lebih mendekati kesan sensual, tidak ada.

Sejak tahun 2000-an keberanian untuk menampilkan adegan-adegan panas dalam film Indonesia memang sudah kendor dari kalangan sineas maupun produser film. UU no. 44 tahun 2008 tentang Pornografi, telah memberikan definisi yang sangat luas tentang pornografi, sehingga adegan-adegan pada tahun 70--awal 90-an masih bisa disaksikan dalam film Indonesia, kini tak mungkin lagi ditemui. Adegan-adegan panas berupa cumbuan lelaki dan perempuan dengan pakaian utuh saja hanya bisa lolos sensor untuk penonton 21 tahun.

Foto: Istimewa

Selain itu, tindakan sepihak dari organisasi massa berbasis keagamaan yang sering memposisikan sebagai polisi moral, terhadap hal-hal yang berbau pornografi, membuat produser tidak seberani tahun 80-an dalam membuat film.  

Jadi, meskipun tetap menggunakan kata “Sexy”, film yang dibintangi oleh Jelita Callebaut ini, jauh dari kesan film yang menampilkan adegan-adegan berani. Agar film ini tetap menjual, “Inem Pelayan Sexy New” lebih memperkuat unsur komedi, ketimbang menampilkan sensualitas tokohnya. Oleh LSF film ini dimasukan ke dalam kategori 13 tahun. Film karya Nya Abbas Akup untuk 17 tahun.

Sumber: Pos Kota

Muatan komedi dalam “Inem Pelayan Sexy New” hanya muncul dari dialog para tokohnya. Utamanya adalah dari tokoh Maromi yang berlogat Madura. Bedu yang bukan orang Madura harus bekerja keras hampir di setiap kemunculannya untuk memancing tawa penonton melalui dialek Madura yang diucapkannya.

Baca Juga: Menanti FFI Sebagai Barometer Prestasi dan Ajang Silaturahmi

Foto: Istimewa

Dalam penggunaan dialek Madura ini, pemeran Brotojudo, pelawak Djalal almarhum, terkesan lebih lentur dan tidak dibuat-buat. Djalal, anggota Srimulat yang dilahirkan di Mojokerto, Jawa Timur, sudah pasti lebih terbiasa menggunakan dialek Madura.

Kemudian ada dua perbedaan penting dalam “Inem Pelayan Sexy” karya Nya Abbas Akup dan “Inem Pelayan Sexy New” karya Hasto Broto. Dalam karya Nya Abbas Akup terjadi perubahan karakter pada sosok Inem. Babu seksi yang awalnya lugu itu ternyata belakangan menjadi perempuan yang kritis dan memiliki empati terhadap orang lain.

Pada bagian akhir inilah Nya Abbas memasukan kritik sosial dan menjadikan “Inem Pelayan Sexy” sebagai sebuah komedi satire. Ada sindiran-sindiran terhadap sosialita waktu itu, yang dinilai tidak peka dengan kehidupan di sekitarnya, karena memakai perhiasan mahal, sementara banyak rakyat sulit mencari makan.

Sedangkan dalam “Inem Pelayan Sexy New” cerita dibawa ke dalam situasi yang sentimental. Inem tetap digambarkan sebagai seorang perempuan yang memiliki harga diri, tetapi dia hanya mewakili dirinya sendiri.

BACA JUGA: Cek Berita SELEBRITI, Informasi Terkini Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini.



Berita Terkait