Lukisan fenomenal itu hirap tanpa kejelasan selama satu dasawarsa. Namun, keadaan ini mulai berubah ketika agen FBI yang menyamar sebagai pembeli menemukan lukisan asli tersebut dari seorang penadah pada 2011.
Berkamuflase sebagai kolektor, agen polisi rahasia AS sepakat membeli lukisan itu seharga 740 ribu dolar dari Pedro Antonia Marcuello dan Maria Artha Elis. Mereka kemudian melakukan transaksi di Hotel Miami Beach, AS.
Seperti di film-film berlatar kejahatan, kedua garong itu akhirnya dicokok dalam hotel dengan dakwaan memiliki barang curian. Keduanya lalu dikenai hukuman dua tahun sembilan bulan penjara dalam tahanan federal.
Baca Juga: Mengenang Seniman Multi Gaya Henri Matisse
Akhirnya, lukisan karya Henri Matisse itu dikembalikan lagi ke Venezuela pada tahun 2014 untuk dipamerkan selama dua minggu di Museum Caracas Museum of Contemprary Art (MACCSI). Lantas siapakah Henri Matisse, bagaimana kiprahnya dalam dunia seni?
Foto: Istimewa
Pelukis Multi Gaya dari Paris
Henri-Émile-Benoît Matisse atau biasa dikenal Henri Matisse merupakan pelukis kesohor dari Paris. Dia lahir pada 31 Desember 1869, tepat hari ini, satu setengah abad yang lalu dari pasangan pedagang gandum di Bohain-en-Vermandois, Picardie, Perancis.
Setelah menempuh pendidikan dasar di Picardie, pada umur 18 tahun Matisse melanjutkan studi hukum ke Paris untuk kemudian bekerja sebagai administrator pengadilan di Le Cateau-Cambresis.
Kali pertama Matisse melukis justru ketika ia terserang penyakit radang usus buntu pada 1889, yang membuatnya harus terbaring di atas kasur, hingga ibunya memberikan satu set alat melukis minyak. Kisahnya hampir mirip dengan Frida Kahlo, pelukis asal Meksiko yang juga melukis di atas pembaringan ketika sakit beberapa dekade kemudian.
Foto: Istimewa
Dari sinilah Matisse mulai menemukan ‘surganya’ ketika melukis dengan mengandalkan ingatan terhadap rumah neneknya di Le Cetau dan menuangkannya di atas kanvas. Setelah ia sembuh pada 1891, ia pun meninggalkan pekerjaannya dan memilih sebagai seniman lukis.
Matisse lalu belajar di Julian Academy Perancis dan berguru pada William Adophe Bougereau dan Gustav Moreau, dua pelukis terkenal asal Perancis dengan gaya lukisan bohemian dan simbolik yang biasanya membuat ilustrasi figur-figur alkitab dan mitologi.
Tahun 1896, setelah melakukan berbagai penjelajahan teknik melukis dengan mempelajari para pelukukis-pelukis terdahulunya seperti, Monet, Van Gogh, Poussin dan Chardin, Matise mengunjungi John Peter Russell, pelukis asal Australia untuk kembali ‘nyantrik’ kepada pelukis impresionis tersebut.
Baca Juga: Mengenang Rembrandt, Pelukis Masyhur dari Belanda
Dari sinilah kemudian gaya melukis Matisse berubah sepenuhnya hingga lima lukisannya dipamerkan di Société Nationale des Beaux-Arts. Salah satu lukisannya Woman Reading (1894) pun berhasil memikat Raja Perancis, hingga dibeli untuk kemudian dipajang di istana.
Dari titik inilah Matisse kemudian menjadi percaya diri dan berani, baik sebagai seniman maupun sebagai manusia untuk mengabdikan dirinya pada goresan-goresan tinta berwarna di atas kanvas dan menjadi seorang pelukis.
Menjadi Guru Pablo Picasso
Tahun 1906, Matisse bertemu dengan Picasso lewat perantara Getrude Stein, seorang penulis asal Amerika di Perancis. Pada saat itu Picasso memang sedang merantau dari Spanyol untuk memuaskan dahaganya akan kesenian.
Matisse yang pada saat itu namanya mulai terkenal lewat gaya fauvisme-nya, kemudian menempa potensi Picasso hingga hubungan mereka pun terjalin dengan baik, sebagai seorang guru sekaligus kawan bertukar pikiran.
Pada awalnya hubungan mereka berjalan baik, tapi lambat laun terjadi persaingan antara Picasso dan Matisse yang ditengarai akibat terlalu ambisiusnya Matiise mendidik Pablo, hingga ia merasa terintimidasi oleh kecakapan melukis Matisse.
Foto: Istimewa
Baca Juga: Mengenang Legenda Kubisme Pablo Picasso
Tak pelak benih rivalitas pun tumbuh. Hal ini diperparah setelah lukisan Matisse yang berjudul Woman with a Hat (1905) terjual lebih mahal dibandingkan lukisan Picasso yang bertajuk Boy Leading a Horse (1905). Picasso pun berjuang lebih keras untuk menyainginya.
Namun Matisse tak terkejar. Karyanya, Le Bonheaur de Vivre (1906) dan Blue Nude: Memory of Briska (1907) menuai pujian dari kritikus. Barulah satu tahun kemudian setelah lama berekplorasi dan menemukan gaya melukisnya sendiri, Picasso berhasil melampau Matisse.
Lewat karyannya Les Demoiselles d’Avignon (1907) Pablo Picasso baru berhasil menyaingi Matisse setelah ratusan kali membuat sketsa dan meninggalkan semua bentuk representasi seni tradisional yang dikenal figuratif pada waktu itu.
Menurut Francoise Gilot, seniman sekaligus pasangan Picasso, hubungan antara Matisse dan Picasso ibarat dua sisi dari mata uang yang sama. Meskipun mereka bersaing, mereka tetap menikmatinya dan memberikan masukan satu sama lain.
Ide-ide Matisse pun dilanjutkan oleh Picasso, salah satunya dalam beberapa karyanya yang berjumlah 15 seri yang dirilis di pameran After Delacroix dan Women of Algiers di Museum Louvre.
Teknik Lukisan Matisse
Dalam sejarah pengkaryaannya, gaya melukis Matisse selalu berubah-ubah sehingga ia dikenal memiliki berbagai macam teknik melukis. Pada awalnya, Matisse melukis Impresionis lewat perkenalannya dengan Russel.
Namun seiring berjalannya waktu, Matisse juga pernah menggunakan teknik divisioanisme yang ia dapatkan setelah membaca esai-esai dari karya Paul Signac, pelukis neo-impresionis yang melahirkan teknik Pointilis.
Divisionisme atau yang juga disebut dengan nama chromoluminarisme adalah sebuah gaya menggambar neo-impressionis dengan cara memilah-milah warna dengan titik-titik. Agak mirip dengan pointilisme, tapi sedikit berbeda.
Tidak hanya itu, Matisse juga pernah menggambar dengan gaya monokrom dengan hanya menggunakan satu warna atau berbagai cehatya dalam satu warna dengan memainkan gradasi dalam teknik melukisnya.
Berbeda dengan Picasso, gaya melukis Matisse memang dikenal sebagai pelukis yang tidak konsisten. Gaya ini dipakainya karena dia juga sering mencetak hasil karyanya.
Di akhir masa hidupnya, Matisse sempat membuat 2 buah karya yang berwarna hitam putih dengan teknik stensil ini, dan saat itu dia sedang terserang penyakit kanker.
Matisse bisa jadi disebut sebagai seniman yang labil, namun setidaknya sebagai salah satu seniman besar, dia tidak menghilang, terus berkarya dan selalu mau untuk beradaptasi dengan zaman.
Foto: Istimewa
Menurut David Rockefeller, karya akhir Matisse adalah mendesain jendela kaca di Union Church of Pocantico Hills, sebelum akhirnya ia meninggal karena serangan jantung pada tahun 1954. Jenazahnya lalu dibumikan di pemakaman Monastère Notre Dame de Cimiez, dekat Nice.
*Tulisan ini sebelumnya pernah dimuat dengan judul: Mengenang Seniman Maulti Gaya Henri Matisse, kami melakukan penyuntingan ulang untuk dimuat kembali dengan tajuk: Henri Matisse dan Warisan Seni Rupa Dunia.
BACA JUGA: Cek SEJARAH, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini.