Ceknricek.com--Bagi Umat Islam, salah satu sifat menonjol dari Raja Charles III barangkali adalah kemampuannya untuk melihat agama Islam dan Muslim dengan pandangan yang lebih objektif. Sejak masih bergelar Pangeran Dari Wales, Raja Charles III sudah pernah beberapa kali menyatakan pandangannya secara terbuka mengenai kekagumannya pada agama Islam.
Dalam bukunya tentang Raja Charles III ini penulis Robert Jobson mengatakan, Charles III pernah mempelajari Kitab Suci Umat Islam Al Qur'an, dan menandatangani surat-surat yang dikirimkannya kepada para pemimpin Muslim dalam aksara Arab.
Sebenarnya tidak terlalu mengherankan kalau banyak kalangan terpelajar Barat yang kemudian mengagumi Islam sesudah mengkajinya.Misalnya dalam bukunya berjudul 'ISLAM: CREATOR OF THE MODERN AGE" - artinya Islam, Pencipta Era Modern, Maulana Wahiduddin Khan, mengutip penulis sejarawan Amerika yang menulis tentang PERADABAN ATAU TAMADUN BARAT, Edward McNall Burns, yang antara lain mengatakan:
"Adalah para ilmuwan Muslim Spanyol yang meyakini kemungkinan bahwa Bumi mengitari Matahari, bukan sebaliknya, sebagaimana diyakini Gereja."
Mau tidak mau, apabila non Muslim jujur, maka mereka harus mengakui sumbangsih yang bukan alang kepalang dari para ilmuwan Muslim dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan, hingga memungkinkan manusia, sekarang ini, mencapai dan meraih berbagai kemajuan yang menakjubkan. Termasuk perjalanan atau penerbangan manusia ke antariksa. Subhanallah!!!
Ternyata tidak sedikit juga non Muslim yang mampu untuk jujur, termasuk seorang wanita Amerika pebisnis sukses dan pernah menjadi Direktur Utama perusahaan komputer Hewlett Packard, bernama Carly Fiorina, yang dalam ceramahnya berjudul: "TEKNOLOGI, BISNIS DAN TATA CARA HIDUP KITA, DAN BAGAIMANA BERIKUTNYA? Yang disampaikannya dalam bulan September 2001 di Minnesota, Amerika Serikat, yang kemudian dikutip oleh Ed Hussain, dalam bukunya 'THE HOUSE OF ISLAM - A GLOBAL HISTORY" - DARUL ISLAM - SUATU SEJARAH GLOBAL" pada halaman-halaman 103 s/d 104, menguraikan:
"Pada suatu ketika pernah ada peradaban yang teragung di dunia ini. Peradaban tersebut mampu membentuk negara super yang merentang dari samudra ke samudra, dan dari utara yang berempat musim hingga ke selatan yang tropis dan bergurun. Dalam kawasannya itu hidup ratusan juta umat manusia dari berbagai aneka latar belakang dan asal usul.
Salah satu bahasanaya - maksudnya bahasa Arab - menjadi bahasa universal yang dianut oleh sebagian besar penduduk dunia, dan menjadi jembatan antara manusia dari seratus negeri. Bala tentaranya terdiri dari berbagai jenis bangsa, dan perlindungan yang diberikan oleh militernya telah memungkinkan terwujudnya perdamaian dan kemakmuran yang belum pernah dikenal umat manusia sebelumnya. Jangkauan dari tata niaga peradaban ini merentang dari Amerika Latin ke Tiongkok, dan segala yang terdapat di antaranya.
Dan motor dari peradaban ini, diatas segala-galanya, adalah penemuan-penemuan baru. Para arsiteknya membangun gedung yang seakan mampu melawan gaya tarik bumi, dan para ahli matematikanya menciptakan aljabar dan algoritma yang kemudian ternyata mampu memungkinkan pengembangan komputer dan enkripsi.
Para thabib - alias dokter - mereka mampu memeriksa tubuh manusia dan menemukan pengobatan-pengobatan baru untuk berbagai penyakit; para ahli ilmu falak atau astronomi mereka mampu mengenali bintang-bintang di langit dan membuka jalan bagi penerbangan ke antariksa dan eksplorasi alam semesta. Para penulisnya menciptakan ribuan cerita - kisah tentang semangat keberanian, roman dan alam-alam maya. Para penyairnya menulis kisah cinta, pada hal para penulis sebelum mereka begitu menggigil ketakutan untuk memikirkan hal-hal seperti itu.
Pada waktu berbagai bangsa di kala itu takut akan ide-ide baru, peradaban ini berkecimpung dengan penuh gairah memahami ide-ide itu. Ketika para petugas sensor mengancam akan menghapus ilmu pengetahuan dari peradaban masa lalu, peradaban Islam ini terus memeliharanya hidup dan mewariskan kepada yang datang kemudian.
Meski dalam peradaban Barat modern banyak di antara ide-ide ini juga terdapat di dalamnya, namun yang saya bicarakan di sini adalah tentang Dunia Islam dari tahun 800 hingga 1600, yang di dalamnya pernah berjaya Khilafah Usmaniah, berbagai istana di Baghdad, Damsyik dan Kairo, dan pemimpin-pemimpin berpikiran maju seperti Sulaiman Agung.
Meski kita acap tidak sadar akan hutang budi kita pada peradaban ini, namun banyak di antaranya menjadi warisan yang kini kita miliki. Industri teknologi kiranya tidak bakalan ada tanpa sumbangan para ahli matematika Arab. Pujangga dan filsuf seperti Rumi merangsang pandangan kita tentang diri kita dan tentang kebenaran, dan pemimpin seperti Sulaiman menyumbangkan kepada bangsa kita sikap toleransi dan kepemimpinan sipil.
Boleh jadi kita dapat banyak menarik pelajaran dari contoh-contoh ini: semua itu adalah kepemimpinan yang didasarkan pada meritokrasi (keterampilan) yang mampu menghimpun dan memanfaatkan kemampuan maksimal berbagai aneka bangsa, termasuk di dalamnya yang berbudaya Kristiani, Islami dan Yahudi.
Alhasil kalau ada yang merasa apabila kita mengusung ajaran Islam untuk kehidupan dunia dan akhirat (duniawi dan ukhrawi) maka berarti kita ingin mundur ke belakang, maka ternyata pada pandangan tidak sedikit ahli non-Muslim yang mampu obyektif, sebenarnya ajaran Islam itu sangat maju.
Editor: Ariful Hakim