Ceknricek.com --Semalam, saya dapat kiriman link youtube dari seorang sahabat. Isinya video pemandangan pusat kota Jakarta dalam posisi kamera high angle (diambil dari atas). Itu pemandangan hari pertama pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar ( PSBB) di wilayah DKI Jakarta, Jumat (10/4).
Gambar pembuka menyorot ubun - ubun Monas. Kemudian bergerak ke arah Selatan; menyapu jalan lengang di sepanjang jalan dari Monas ke arah Jalan Husni Thamrin. Drone berputar sebentar di atas tugu selamat datang kawasan bundaran Hotel Indonesia.
Pemandangan berikutnya bergerak di sepanjang jalan Jenderal Sudirman ke arah Semanggi, lalu berputar di atas jembatan Semanggi. Di sini kamera drone bergerak ke atas, lebih tinggi : untuk menampakkan seluruh ruas jalan tol yang lengang. Alhamdulillah.
Foto: Istimewa
Gambar itu sekaligus menunjukkan kesadaran kolektif warga Jakarta mengenai bahaya pandemi virus Corona. Kita pun lega. Di hitung sejak pemerintah Provinsi DKI Jakarta memberlakukan sosial distancing 16 Maret, berarti setelah 24 hari baru muncul kesadaran perlunya kesepakatan karantina oleh seluruh warga Jakarta.
Kehadiran negara baru kita rasakan juga. Lebih tiga minggu waktu berlalu sia-sia, habis hanya untuk berdebat kusir, tarik menarik kebijakan dari para pejabat pengambil keputusan. Yang jelas, data per 10 April, penduduk Ibukota terinfeksi virus Corona sebanyak 3200 orang, dan yang meninggal 280 jiwa. Angka Nasional per 11 April di Indonesia terinfeksi virus 3842; 286 sembuh; dan 327 wafat. Dengan angka Nasional, silahkan lihat, Jakarta mendominasi, lebih 70 %, angka yang terinfeksi dan wafat. Padahal, penduduk DKI tidak sampai 5 % penduduk Indonesia.
Mengharukan
Pemandangan pusat Jakarta mengharukan dalam tangkapan kamera drone. Ada pesan “Ibu Kota Berduka” yang saya petik dari video itu untuk jadi judul tulisan ini. Pesan lainnya, “Beri waktu untuk kota kita”. Memang, itulah untuk pertama kalinya Jakarta senyap seperti tidak ada tanda- tanda kehidupan. Menjelang kota yang didirikan Fatahillah ini berulangtahun ke-493 pada 22 Juni nanti. Tampak lelah. “Ibu Kota perlu waktu untuk tenang,” pesan lainnya di dalam video.
Warga Ambil Jalan Sendiri
Keadaan Jakarta memang sudah lama dicemaskan sebagian warganya. Sebagian itulah yang mengambil jalannya sendiri, tidak sabar menunggu langkah pemerintah pusat yang amat birokratis menghadapi keadaan darurat Ibukota. Mereka dicekam macam-macam peristiwa. Pembebasan 30 ribu narapidana di seluruh Indonesia. Itu baru tahap awal pula. Belum lagi ada ancaman kerusuhan dan pembakaran di wilayah DKI. Beruntung pelaku ancaman berhasil dibekuk pihak berwajib, seperti diungkap Kapolda Metro Jaya, Nana Sudjana dalam konferensi pers hari ini.
Foto: Istimewa
Warga- warga di pinggiran, me-lockdown wilayah pemukimannya masing- masing. Menutup akses keluar masuk tempat tinggal mereka. Jalan disekat dengan portal, atau cukup dengan bangku kayu atau bambu sebagai penghalang. Pengumuman cukup ditulis seadanya. Salah pun tulisannya, tak soal. “Down load,” misalnya. Tapi bisalah dimengerti.
Warga asing dari berbagai negara sudah sejak dua minggu lalu sudah hengkang balik ke negara masing-masing. Pulang atas inisiatif sendiri maupun atas seruan pemerintahnya. Padahal, negara mereka sendiri, ada yang keadaannya lebih parah. Seperti Amerika Serikat, misalnya. Australia malah mengultimatum warganya. Pulang sekarang, atau pemerintah lepas tangan mengurus mereka.
Foto: Istimewa
Semalam, di sela-sela berita tentang sukses PSBB hari pertama di Jakarta, muncul berita : Duta Besar Australia untuk Indonesia, Gary Quinlan AO, ditarik pulang. Terang-terangan alasannya karena khawatir pandemi Corona di Indonesia.
Meski tak bebas dari wabah Corona, posisi Australia memang lebih diuntungkan oleh jumlah penduduk yang sedikit, hanya 25 juta jiwa yang mendiami satu benua. Sepersepuluh penduduk Indonesia. Data per 11 April, di Australia tercatat 6215 positif terinfeksi; sembuh 1793; dan wafat sebanyak 54 orang.
Begitu saja pun PM Australia Scott Morrison, amat gusar. Australia belum lama kehilangan banyak penduduk karena kebakaran hutan di sana. Minggu lalu PM Morrison meminta warga asing kembali ke negaranya, termasuk pelajar yang studi di sana. Namun, segera diperbaiki, hanya pendatang yang visanya habis dan pelajar asing yang tidak memiliki biaya hidup dan biaya untuk melanjutkan study karena krisis Corona.
Baca Juga : Hari Pertama PSBB, Jalan Jenderal Sudirman Lengang
Australia lockdown sejak 15 Maret. Protokolnya keras. Pengawasannya ketat. Saya pernah menyinggung dalam tulisan terdahulu, warga yang bepergian berdua di satu mobil, akan diukur jarak keduanya saat razia. Kurang satu setengah meter jaraknya, akan didenda sebesar 2000 AUD. Kedapatan jalan bertiga, denda sebesar 1500 AUD. Dan, banyak lagi aturan lainnya. Pemerintah Australia malah dari sekarang mencanangkan 6 bulan waktu karantina, perhitungan benar -benar wabah Corona sirna di benua itu. Selama kurun itu warga asing tidak boleh datang.
Kembali ke PSBB Jakarta. Protokolnya mirip tapi tak sama dengan protokol lockdown di banyak negara. Disertai juga dengan alat pemaksa. Saya sudah empat kali menulis sejak 21 Maret, mengenai pentingnya alat pemaksa untuk warga tinggal di rumah. Lebih tiga minggu Social Distancing berlalu tanpa hasil karena warga yang tidak patuh. Sekarang polisi akan mengawasi PSBB di lapangan. Ada sanksi bagi yang melanggar. Mulai Senin, semua sanksi akan diberlakukan secara konsisten.
Mari warga Jakarta kita terima keadaan seperti pepatah kuno bilang: bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian. Toh, sudah 24 hari sebagian kita telah melewati masa karantina. Sekarang mari bersama kerahkan doa, semoga berhasil.
BACA JUGA: Cek LINGKUNGAN HIDUP, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini.