Jalan Hidup Serba Kebetulan Anies Baswedan | Cek&Ricek Anugerah Pewarta Astra 2025 - Satukan Gerak, Terus Berdampak
Foto: Istimewa

Jalan Hidup Serba Kebetulan Anies Baswedan

Ceknricek.com--Selama dua hari, Jumat-Sabtu (4-5/11/22), Anies Baswedan mengunjungi Medan, Sumatera Utara. Sejak di bandara, ribuan orang sudah menyambutnya. Sungguh luar biasa. Orang ber KTP Jakarta, tidak punya jabatan, tapi banyak warga Sumatera Utara berharap bisa tertular semangat perubahan yang dibawa Anies. Tentu saja perubahan yang lebih positif untuk Indonesia.

Medan dijadikan pijakan awal untuk konsolidasi relawan Anies. Dengan rentang waktu pilpres yang masih panjang di 2024, perjuangan untuk sebuah cita cita besar mulai ditancapkan. Cita cita ini, pesan Anies, harus dilakukan dengan cara baik. Relawan dihimbau jangan menyebar hoax. Jika ada fitnah, jelaskan faktanya dengan santun.

"Kalau dicaci maki, dihina, jangan balas. Terus tebarkan pikiran pikiran positif, ajak kerjasama dan jaga stamina, karena perjalanan masih panjang,"kata Anies.

Menyebut perjalanan dengan titik awal Kota Medan, membuat aku teringat bagaimana perjalanan Anies hingga tiba di fase sekarang. Ia, seperti pengakuannya, seolah hidup dari berbagai kebetulan. Usai membantu Jokowi kampanye sebagai juru bicara, Anies didapuk sebagai menteri pendidikan. Namun belakangan Anies dicopot tanpa alasan jelas -hanya rumor yang berkembang Anies "dituduh" ingin nyapres.

Rumor itu telah dibantah Anies. Pencopotan itu memang jadi semacam blessing in disguise alias hikmah terselubung. Sebelum kena reshuffle, Anies diundang untuk berbicara di seminar internasional di Amerika Serikat dalam kapasitas sebagai menteri. Begitu tak jadi menteri, ia sempat meminta panitia agar membatalkan undangannya. Tapi ternyata, panitia membolehkan Anies mengisi acara, dengan mengajak serta istrinya.

"Kami akhirnya pergi berdua, Honeymoon lagi. Sesuatu yang tidak pernah kami lakukan sebelumnya karena kesibukan,"kata Anies.

Mungkin kalau masih dipertahankan sebagai menteri, Anies tidak akan dilirik Prabowo untuk maju pilgub DKI Jakarta. Kala itu, utusan Prabowo datang menawari Anies. Ia kemudian meminta izin akan membicarakan dengan ibunya. Setelah restu orang tua turun, Anies maju bersama Sandiaga Uno.

Menariknya, di awal awal kampanye, survei menempatkan Anies-Sandi selalu di urutan buncit. Nampak kalau ia tidak bakal maju ke putaran kedua. Kondisinya berbalik total, setelah wakilnya AHY, Sylviana Murni, "dikriminalisasi" dengan cara dipanggil bolak balik ke polda dengan tuduhan korupsi pembangunan masjid balaikota DKI Jakarta.

AHY-Sylviana Murni terpental di urutan buncit -belakangan kasus itu tidak berlanjut setelah AHY tidak maju putaran kedua. Allah kemudian seolah "mengatur" Anies untuk memenangi pertarungan, setelah Ahok kepleset surat Al Maidah. Sebagai politisi tanpa partai, publik meyakini ia tidak akan dilirik oleh parpol manapun, karena meski punya visi dan misi, tapi tak punya "gizi" alias modal.

Serangan massif berupa pembunuhan karakter, hinaan terang terangan, bahkan olok olok selama ia menjabat, seolah melengkapi beratnya tugas Anies sebagai gubernur. PDIP dan PSI, seperti tak henti menghantam. Tapi mungkin karena sang istri yang juga seorang psikolog, Anies bisa menghadapi semuanya dengan tenang, tuntas dan santun. Para pembenci Anies, parpol yang saban hari nyerang, semua dirangkul.

Ditangan Anies, jika kita mau jujur, Jakarta telah berubah drastis. Keindahannya seperti kota kota di Eropa. Semua agama dan etnis diperlakukan setara. Dalam setiap pidatonya, Anies selalu membawa gagasan dan ide, sembari membuka ruang dialog, semuanya demi Jakarta. Demi Indonesia. Tidak pernah ia mengomentari suara suara keji soal dirinya. Apalagi melaporkannya ke polisi.

Hal paling mendasar yang aku catat dari sikap untuk menjaga harmoni, Anies tidak pernah menanggapi keberatan pihak lain dengan pendekatan kekuasaan. Bagaimana seorang Butet Kertaradjasa yang menuduh Anies akan mengkomersilkan Taman Ismail Marzuki (TIM) saat awal awal dilakukan revitalisasi, tapi ia akhirnya bisa pentas di TIM, setelah bangunannya jadi semegah itu.

Jiwa kemanusiaannya juga sangat terasa. Novelis Remy Sylado sampai malu, karena ia pengkritik paling keras Anies, ketika sakit Anies menggratiskan biaya rawat inapnya di rumah sakit. Bahkan orang seperti aku pernah dibantu dengan dicarikan rumah sakit, saat istri dan anakku ketanggor Covid. Padahal siapalah aku, cuma modal nomor WA, dan sedikit kalimat SOS, karena kala itu semua rumah sakit penuh pasien Covid.

Bisa dibilang penduduk Jakarta adalah warga paling enak dengan berbagai fasilitas yang didapat. Bus sekolah gratis,lansia dapat tunjangan, KJP plus, beasiswa untuk siswa miskin dll. Kadang aku mengurut dada, jika ada teman yang memplesetkan namanya jadi (maaf) Anus, memanggilnya Wan Abud, menuduhnya tidak bisa kerja dll. Tapi its' okelah. Itu risiko politisi.

Anies orang baik. Setelah dapat cerita aku pernah ditolong, seorang teman jurnalis meminta nomornya ke aku. Dia dan istrinya kena covid. Saat itu, untuk PCR masih sekitar 1,7 juta rupiah satu orang. Dia bilang tak punya uang. Aku sarankan coba minta tolong . Berselang tak lama, dia mengucap alhamdulilah, karena tes PCR-nya digratiskan oleh Anies.

Tentu saja kehendak Allah jika akhirnya Partai Nasdem meminangnya. Bagaimana tidak, Anies tak punya partai dan satu satunya gubernur yang tidak disetir oligarki, di tengah rumor biaya nyapres mencapai angka triliunan rupiah. Tapi apapun aku percaya, skenario Allah sudah disiapkan, dan Anies sedang menjemput takdir-Nya. Karena kita percaya, jika niat kita baik, maka tangan Tuhan akan bekerja lebih cepat.

Meruya, Minggu 6 November 2022


Editor: Ariful Hakim


Berita Terkait