Jalan Tol: Mari Melayang | Cek&Ricek Anugerah Pewarta Astra 2025 - Satukan Gerak, Terus Berdampak
Foto: Detik

Jalan Tol: Mari Melayang

Ceknricek.com -- Belakangan ini ada beberapa hal yang lagi hangat dibincangkan mengenai jalan tol. Ada berita tentang peresmian dan mulai beroperasinya Jalan Tol Layang Jakarta-Cikampek. Juga peresmian tol di luar Jawa oleh Presiden Joko Widodo. Lalu, ada berita soal sukses PT Waskita Karya menjual dua ruas jalan tol kepada investor Hongkong. Jalan tol memang sedang jadi berita.

Mari kita bahas satu saja dulu: Jalan Tol Layang (elevated) Jakarta-Cikampek II (Japek II). Pada Rabu malam 18 Desember, Abdul Karim mencoba mengaspal di jalan layang terpanjang di Indonesia tersebut. Jalan tol ini tidak memiliki gerbang masuk dan keluar di tengah jalan. Sebab, Jalan Tol Layang Japek II hanya diperuntukkan pengguna jalan jarak jauh, seperti dari Jakarta ke Bandung atau kota-kota di Jawa.

Foto: Antaranews.com

Pria 40 tahun ini masuk dari Karawang Barat menuju tol Cikunir. Kesannya, Karim terkaget-kaget sebelum masuk tol. Soalnya dia mendapatkan info, di jalan tol sepanjang 36,4 kilometer ini, kendaraan tidak boleh dipacu. Maksimal kecepatan hanya 80 km/jam. Sudah begitu banyak kamera yang mengawasi. 

Pengusaha kontraktor ini baru menyadari ketika roda mobilnya menempel aspal Japek II. Saat melaju, dia merasakan seperti melewati banyak polisi tidur. Enjot-enjotan. "Kalau untuk kecepatan 60 km/jam mobil terasa seolah terbang-terbang. Saya juga sempat merasakan ada satu sambungan di jalan yang cukup dalam saat dilewati, jadi berasa gubrak. Cekungannya cukup dalam," katanya.

Baca Juga: Demi Kenyamanan, Jasa Marga Perbaiki 26 Sambungan Tol Layang Japek II

Meski jalan tol layang tersebut telah dilengkapi penerangan, namun tidak terlalu membantu visibilitas pengendara untuk mengetahui kondisi expansion joint jalan. "Karena malam jadi enggak bisa lihat secara detail kondisi expansion joint walau ada lampu jalan," ujarnya.

Menurut dia, mobil masih mudah dikendalikan saat melaju dalam kecepatan 60 km/jam. Tapi dia bilang, berasa ngeri kalau 80 km/jam, dan sayang mobilnya karena terus menerus menerjang expansion joint. “Apalagi 100 km/jam, nggak berani," jelasnya.

Jalan layang ini berbeda dengan jalan layang Tol Becakayu. Adien (23), bercerita, ia bisa tancap gas 140 km/jam dengan Sigra kesayangannya. “Saya saksikan banyak pengendara tancap gas karena lalu lintas sepi. Jalannya juga enak. Lurus dan tidak bergelombang,” katanya.

Sumber: Ekonomi Bisnis

Pengguna jalan berbayar, macam Karim, pantas protes dan uring-uringan. Mereka membayar, wajar jika menuntut senilai harga yang dibayar. Jalan tol mestinya bebas hambatan dan aman untuk berkendara.

Keanehan lainnya, kendaraan yang diperbolehkan melintasi tol tersebut hanya kendaraan golongan I saja. Sementara untuk kendaraan golongan II, masih akan dilakukan evaluasi serta uji coba.

Standar Geometrik

Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan, Budi Setiy‎adi, mengatakan konstruksi Tol Layang Jakarta-Cikampek dibuat bergelombang karena menyesuaikan infrastruktur sekitar. Sebab selain bagunan kontruksi Tol Layang Jakarta-Cikampek, juga terdapat jalur moda transportasi Light Rapid Transit atau Lintas Rel Terpadu (LRT) yang berada di sisi kiri ruas tol ke arah Cikampek. ‎"Lalu di bawah itu ada jalan dan di dekatnya itu LRT," katanya.

Sumber: Liputan6

Budi mengakui, sambungan jembatan (expansion joint) pada Tol Layang Jakarta-Cikampek masih dirasakan kendaraan yang melintas, sehingga membuat kendaraan berguncang. ‎"Memang ada sebagian masyarakat hasil survei masih merasakan agak kurang enak di expansion joint kurang nyaman," tandasnya.

Baca Juga: Presiden Resmikan Tol Layang Jakarta-Cikampek

Kepala Biro Komunikasi Publik Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Endra S Atmawidjaja, menjelaskan posisi struktur Tol Layang Jakarta-Cikampek telah didesain seoptimal mungkin, dan tetap memenuhi standar geometrik. Hal ini bertujuan agar dimensi pondasi dan pier atau tiang tidak terlalu besar, mengingat ruang yang tersedia di median jalan tol eksisting di bawahnya terbatas.

Menurut dia, ketinggian rata-rata jalan tol layang ini mencapai 7 sampai 8 meter dari elevasi Jalan Tol Jakarta-Cikampek eksisting, tetapi terdapat penyesuaian ketinggian di beberapa titik pada perlintasan dengan jalan lokal dan jalan tol eksisting. "Demikian halnya dengan alinyemen vertikal jalan tol ini telah didesain memenuhi persyaratan geometrik dan keselamatan jalan dengan desain kecepatan rencana 60-80 kilometer per jam," papar Endra.

Sumber: Gridoto

Memang sih untuk saat ini tol ini masih gratis. Direktur Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Sugiyartanto, mengatakan pembahasan mengenai tarif tol yang dikelola PT Jasa Marga belum tuntas. “Ini lagi disusun berapa sih per kilometernya," paparnya.

Pembahasan tarif juga menunggu hasil uji coba serta tanggapan dari masyarakat. "Masih kami diskusikan, perlu ada model kan, yang lewat atas berapa persen, yang dari bawah akan naik ke atas yang jarak jauh," ucap Sugiyartanto.

Dia juga menegaskan, jalan tol ini memang dikhususkan bagi pengendara jarak jauh. Karena itu tidak terdapat pintu keluar di sepanjang tol. "Sebaiknya (untuk jarak jauh), karena nanti otomatis keluar langsung di Simpang Jomin, akan ke Bandung atau Cipali," ucapnya.

Tol layang ini masih banyak kelemahannya dan menunggu pembenahan. Hanya saja, liburan akhir tahun ini tol Jakarta-Cikampek diperkirakan bakal padat merayap oleh kendaraan para pemudik. Ketimbang bermacet-macetan, kan enakan mencoba jalan layang. Selamat terasa melayang.

BACA JUGA: Cek SEJARAH, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini.



Berita Terkait