Oleh Redaksi Ceknricek.com
04/25/2024, 10:48 WIB
Ceknricek.com--“A horse, a horse, my kingdom for a horse!” yang arti harfiahnya dalam Bahasa Indonesia adalah: “Aku bersedia barter kerajaanku dengan seekor kuda!”.
Ucapan tersebut konon dikumandangkan seorang raja Inggris, Richard III, dalam suatu peperangan (saudara), ketika ia kehilangan kudanya di tengah-tengah pertarungan. Paling tidak begitulah yang disampaikan oleh pujangga Inggris luar biasa, William Shakespeare, dalam karyanya itu.
Oleh para ahli ungkapan itu kemudian ditafsirkan sebagai upaya seseorang yang membutuhkan sesuatu yang dianggap begitu penting hingga bersedia ditukarkannya dengan hartanya yang luar biasa nilainya.
Jadi laksana seseorang yang terdampar di gurun pasir yang sangat panas hingga rasa haus laksana amplas yang menggosok kerongkongannya. Segala perhiasannya, jam tangan yang mahal, cincin berlian yang tidak ternilai, sama sekali tidak ada artinya dibandingkan dengan segelas air minum.
Sebenarnya sejarah yang sesungguhnya pernah terjadi menuturkan: “Ketika bala tentara Salibiah pimpinan Raja Richard Berhati Singa dari Inggris, menyerang pasukan Muslim pimpinan Salahuddin Al-Ayyubi, sempat terjadi suatu peristiwa yang sampai sekarang ternyata diingat banyak sejarawan, termasuk sejarawan Inggris John Man dalam karyanya “Saladin, The Life, The Legend and The Islamic Empire”.
Dalam pertempuran “Arsuf” pada tanggal 5 Agustus 1192 Era Bersama, kuda tunggangan Raja Richard terluka dan Raja Richard terjatuh.
Dalam apa yang dilukiskan sebagai “suatu perbuatan perkasa” saudara Salahuddin (ra) bernama Saphadin, mengirimkan seekor kuda yang masih utuh kepada Raja Richard, agar pertarungan yang berkobar tetap berimbang.
Bukan itu saja, melainkan juga, masih dalam era Perang Salib, Salahuddin (ra) pernah mengirimkan buah-buahan segar ketika ia mendengar bahwa Raja Richard sedang gering. Kata Salahuddin (ra) perbuatannya itu sesuai dengan ajaran Islam yang nota bene adalah “Rahmatan lil ‘Alamien” (Kasih sayang bagi semesta alam. QS Al-Anbiya ayat 107).
Namun kisah kita dalam tulisan ini bukanlah tentang kuda-kuda zaman lalu, melainkan tentang seekor “anak” kuda betina yang dijuluki “Sang Puteri”.
“Sang Puteri” adalah anak dari Winx, seekor kuda betina yang dalam karirnya sebagai kuda pacuan telah mendatangkan berbagai hadiah senilai lebih dari 27-juta dolar kepada pemiliknya berkat berbagai kemenangan yang pernah dicapainya dalam sejumlah pacuan di Australia.
Sebagai hasil dari perkawinannya dengan seekor kuda jantan bernama Pierro, lahirlah “Sang Puteri” yang baru-baru ini dalam lelang kuda di Sydney, Australia, meraih harga tertinggi yang pernah dicapai seekor kuda di benua Australia – 10 juta dolar, sebanding dengan 100-miliar rupiah.
Biasanya dalam dunia kehewanan yang dinilai adalah induk jantannya.
Namun kuda memang lain daripada yang lain. Sang induk Winx adalah seekor kuda betina, namun dalam “pertarungan” dengan berbagai lawannya yang terdiri dari kuda-kuda jantan, Winx nyaris tidak terkalahkan.
Dan “puteri”-nya itu ternyata mampu memecahkan rekor harga seekor “anak kuda” di Australia ini. Ternyata dalam dunia “perkudaan” tidak ada perbedaan dalam kemampuan antara yang jantan dan yang betina.
“Sang Puteri” dibeli oleh seorang Australia yang bergerak di bidang perkudaan, tentunya dengan harapan “air cucuran atap jatuhnya ke pelimbahan juga”. Atau dalam Bahasa Inggris: “Like mother like daughter” – bukan sebagaimana biasanya “Like father like son” – anak lelaki menuruti jejak ayahnya.
Editor: Ariful Hakim