Ceknricek.com -- Bicara film horor di Indonesia seperti memutar memori kolektif publik tentunya pada beberapa judul film seperti Beranak Dalam Kubur, Dendam Nyai Blorong, Ratu Buaya Putih, Malam Satu Suro, ataupun Sundel Bolong yang cukup terkenal di era 1980-an.
Sebagian besar film-film itu dibintangi oleh Suzzanna Martha Frederika van Osch, atau lebih dikenal dengan Suzzanna. Namun, tahukah Anda, perempuan yang lahir tepat pada hari ini, 77 tahun lalu itu, sebenarnya tidak memulai kariernya sebagai bintang film horror?
Ditemukan Usmar Ismail
Pepatah buah jatuh tak jauh dari pohonnya sepertinya berlaku bagi perempuan yang lahir di Bogor, 13 Oktober 1942 ini. Bakat seni Suzzanna mengalir dari orangtuanya.
Ayahnya Willem van Osch adalah seorang pemain sandiwara yang cukup dikenal di Kota Hujan itu. Sementara, Ibunya Johanna van Osch adalah seorang penyanyi bersuara merdu dan pernah menyumbangkan suara dalam siaran-siaran di Radio Republik Indonesia (RRI) Surabaya.
Kiprah Suzzanna sebenarnya dimulai dalam film Darah dan Doa (1950) besutan Usmar Ismail, Bapak Film Indonesia. Dalam film yang diproduksi oleh Perusahaan Film Nasional Indonesia (Perfini) ini Suzzanna masih berusia delapan tahun.
Tidak disebutkan dengan jelas apa peran Suzzanna dalam film yang mengisahkan tentang seorang pejuang revolusi Indonesia yang jatuh cinta pada seorang gadis Jerman. Yang pasti, namanya tertera sebagai pemain dalam film pertama yang diproduksi oleh orang Indonesia itu.
Beberapa tahun kemudian, Suzzanna kembali bertemu dengan Usmar Ismail. Menurut majalah Varia, 11 November 1959, pertemuan itu terjadi di Yogyakarta pada 1957.
Saat itu Suzzanna tengah mencari peruntungan dengan mengikuti audisi film Delapan Penjuru Angin (1957) yang digarap Usmar. Namun, ia tidak terpilih. Lantas Usmar mengajaknya bermain di lain film.
“Kepada saya, ditawarkan untuk ikut main film. Kemudian saya pergi ke Jakarta dan membuat film yang pertama, Asrama Dara,” kata Suzzanna.
Dalam film yang kemudian rilis pada 1958 itu Suzzanna mendapatkan peran tentang seorang gadis lugu bernama Ina. Dia menjadi adik dari Anni (Nurbani Yusuf). Kedua orangtua mereka yang sibuk berpolitik dan sering cekcok menitipkan keduanya di sebuah asrama perempuan yang dipimpin oleh Siti (Fifi Young).
Gadis muda yang berjuluk The Next Indriani Iskak itu pun berhasil memukau mata penonton dan mulai dilirik sineas internasional. Majalah Varia edisi 20 April 1960 melaporkan, Suzzanna terpilih sebagai The Best Child Actress atau aktris anak terbaik dalam film Asrama Dara pada Festival Film Asia ke-7 di Tokyo pada awal April 1960.
Dia menang bersama Bat. A. Latiff, aktris anak asal Malaysia yang berperan dalam film Lela Manja. Sementara buku Apa dan Siapa Orang Film Indonesia 1926-1978 menyebut Suzzanna juga terpilih sebagai Pemain Harapan dalam Festival Film Indonesia (FFI) 1960.
Menikah dan Menjadi Ikon Film Horor
Pada 1960, Suzzanna menikah dengan aktor Dicky Suprapto. Bersama suaminya, ia mendirikan perusahaan Tri Murni Film. Setahun kemudian mereka juga mendirikan Tidar Jaya Film. Dalam dua perusahaan ini Suzzanna selalu menjadi bintang utamanya.
Sepanjang dekade 1960-1970-an rumah produksi Dicky dan Suzzanna menghasilkan beberapa film antara lain, Segenggam Tanah Perbatasan, Suzie, Tuan Kedawung, Beranak Dalam Kubur, Bumi Makin Panas, dan Napsu Gila. Sebagian film tersebut adalah gabungan film horor dan romansa. Lewat film-film ini pula nama Suzzanna kian melambung.
Baca Juga: "Ritual” Bikin Para Pemain Melihat Mahluk Halus
Menurut artikel Beranak Dalam Kubur: Horor Revisionis Sjumandjaja di Cinemapoetica, film tahun 1971 yang dibintangi Suzzanna itu cukup membawa gaya baru dalam aliran film horor di Indonesia. Alih-alih memunculkan hantu atau mahkluk gaib film tersebut malah menampilkan ’setan’ dalam bentuk wujud manusia yang dipresentasikan oleh seorang tuan tanah.
Suzzanna yang dalam film tersebut memerankan Lisa kemudian membuat PT Tidar Jaya selaku rumah produksinya meraup keuntungan Rp72 Juta. Padahal pembuatan film itu pada 1974 diperkirakan hanya berkisar Rp23-25 juta. Alhasil ia menjadi pembuka jalan bagi kemunculan berbagai film horor lainnya.
Era 1980-an terhitung Suzzanna membintangi belasan judul film. Antara lain, Sundel Bolong, Ratu Ilmu Hitam, Nyai Blorong, Santet, Ratu Buaya Putih, Malam Satu Suro, Malam Jumat Kliwon, dan Wanita Harimau.
Namanya sontak kondang dan dikenal sebagai Ratu Horor di Indonesia. Dalam film Sundel Bolong ada salah satu adegan paling ikonik yang dikenang oleh pecinta film horor di Indonesia. Dimana Suzzanna memesan sate kepada 2 orang penjual sate yang sedang mangkal sebanyak 200 tusuk serta meminum kuah soto langung dari pancinya.
Puncak karier Suzzanna terjadi saat Ia membintangi film Nyai Blorong garapan Sisworo Gautama Putra, salah satu dari sutradara andal pembuat film horor di era 1981-1991.
Dalam Jurnal Avatara Perekembangan Film Horor Indonesia tahun 1981-1991 dituliskan film Nyai Blorong sukses menggaet hati pemirsa luar negeri ketika ditayangkan di Singapura dengan judul berbahasa Inggris Snake Queen atau Ratu Ular. Film ini bahkan dipasarkan dalam bursa film MIFED di Milano, Italia, Caned, Berlin, dan di Manila, Filipina.
Menyepi di Magelang
Pada era 1990-an perlahan Suzzanna mundur dari perfilman Indonesia. Bungsu dari lima bersaudara ini memilih untuk menyingkir ke daerah Gunung Tidar, Magelang. Ia bersama Clift Sangra, suami keduanya memilih menyingkir ke pakunya bumi Jawa itu untuk mengisi waktu luang dengan berkebun.
Pada dekade 2000-an mencuat kabar justru kisah horor yang kemudian menghantui hidupnya. Dikutip dari Antara 6 Maret 2006, ketiga pembantunya mengaku disuruh Clift untuk bersekongkol dan membunuh Suzzanna karena hubungan rumah tangga mereka yang tidak harmonis.
Clift sendiri sempat dipenjara karena sempat menembak suami Kiki Maria (anak Suzzanna dari suaminya yang pertama Dicky Suprapto) dengan menggunakan peluru karet yang mengakibatkan korban mengalami luka di bagian perut.
Dua tahun sesudah peristiwa tersebut Ratu Bintang Film Horor Indonesia itu mengembuskan nafas terakhirnya pada hari Rabu, 15 Oktober 2008 di Rumah Sakit Harapan Magelang akibat diabetes. Suzzanna meninggal dua hari setelah ulang tahunnya yang ke-66. Jenazahnya dimakamkan di TPU Giriloyo, Magelang.
Meskipun telah sebelas tahun meninggal, namanya tetap dikenang dan menjadi salah satu tokoh ikonik film horor di Indonesia. Belakangan banyak artis yang coba mengikuti jejaknya sebagai Ratu Horor dan menjadi titisannya. Mereka adalah Julia Perez dan Luna Maya. Namun, kiprah Suzzanna tentu saja tak bisa disamakan mereka. Bagi pecinta film horor, siapa yang tidak kenal Suzzanna?
BACA JUGA: Cek Berita SELEBRITI, Informasi Terkini Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini.