Lee Cheuk Yiu, Simbol Perlawanan Hong Kong | Cek&Ricek wardah-colorink-your-day
Foto: South China Morning Post

Lee Cheuk Yiu, Simbol Perlawanan Hong Kong

Ceknricek.com -- Indonesia memang harus gigit jari usai pulang tanpa gelar di ajang Hong Kong Open 2019. Meski demikian, bagi tuan rumah Hong Kong yang saat ini dilanda krisis, turnamen ini bagaikan pelipur lara, usai pemain tunggal putra tuan rumah, Lee Cheuk Yiu merengkuh gelar juara.

Pada pertandingan final, Minggu (17/11), Lee menang dengan mengalahkan tunggal putra Indonesia, Anthony Sinisuka Ginting lewat permainan tiga gim, 16-21, 21-10, 22-20. Terlepas dari beragam kontroversi menjelang akhir laga, Lee menilai kemenangan ini menjadi kado untuk Hong Kong yang sedang dilanda kerusuhan berkepanjangan.

“Saya mempersiapkan laga ini dan perasaan saya tentu terpengaruh dengan adanya kerusuhan. Tapi, saya di sini untuk bermain bulu tangkis. Saya harus fokus pada permainan saya dan memberikan yang terbaik. Hong Kong adalah rumah saya," kata Lee seperti dilansir South China Morning Post.

Lee Cheuk Yiu, Simbol Perlawanan Hong Kong
Sumber: South China Morning Post

Dalam turnamen ini, Lee sedari awal memang seperti ingin tetap menjadi bagian dari warga Hong Kong yang melakukan protes. Pada babak pertama, Rabu (13/11), usai menang dari pemain Thailand, Sitthikom Thammasin, Lee melakukan selebrasi lima jari tangan kanan dan satu jari tangan kiri.

Hal ini menggambarkan "Lima Permintaan, Tanpa Kurang Satu pun", slogan yang didengungkan para demonstran Hong Kong sejak Juni lalu. Lima permintaan itu ialah pencabutan RUU ekstradisi, penyelidikan atas dugaan kebrutalan dan pelanggaran polisi, pembebasan para demonstran yang ditangkap, pencabutan label perusuh oleh pemerintah setempat terhadap para demonstran, dan pengunduran diri Ketua Eksekutif Carrie Lam.

Lee Cheuk Yiu, Simbol Perlawanan Hong Kong
Sumber: South China Morning Post

Saat acara seremonial penyerahan gelar juara, para penggemar Hong Kong yang hadir di arena pertandingan juga turut meneriakkan, "bebaskan Hong Kong, waktunya revolusi!".

Pada jam 5 sore, Minggu (17/11), suasana di dalam arena pertandingan Hong Kong Coliseum, Hung Hom menjadi tegang ketika polisi anti huru hara berjaga di luar pintu masuk, tempat yang biasanya disediakan untuk staf dan media. Gas air mata kemudian ditembakkan di dekat venue. Masa sempat menyalakan api di jembatan yang menghubungkan Universitas Politeknik dan Stadion Hung Hom.

Baca Juga: Gagal Juara di Hong Kong, Kemenangan The Daddies di Final Hanya 30 Persen

Bagi Lee, kemenangan ini sekaligus mencatatkan dirinya sebagai pemain Hong Kong kedua yang bisa menjuarai Hong Kong Open, setelah pemain senior Angus Ng Ka-long melakukannya di tahun 2016. Lee berharap dirinya dan seniornya bisa menembus Olimpiade Tokyo 2020.

"Kemenangan ini pasti akan membantu, sehingga saya dapat memiliki kesempatan yang lebih baik untuk bergabung dengan rekan setim saya, Ng Ka-long untuk mewakili Hong Kong di Olimpiade Tokyo. Tapi masih ada jalan panjang untuk lolos, karena kualifikasi berakhir pada bulan April," ujarnya.

Lee Cheuk Yiu, Simbol Perlawanan Hong Kong
Sumber: South China Morning Post

Sementara bagi Ginting, kekalahan ini sekaligus membuat Indonesia pulang tanpa gelar dari ajang level BWF Super 500 itu. Di final lainnya, ganda putra Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan juga gagal meraih gelar juara usai takluk dari ganda Korea Selatan, Choi Sol-gyu/Seo Seung-jae 21-13, 13-21, 12-21. 

Hasil lainnya di final Hong Kong Open, di sektor tunggal putri, pemain China, Chen Yufei sukses mengalahkan tunggal Thailand, Ratchanok Intanon 21-18, 13-21, 21-13. China juga mendapat tambahan gelar di sektor danga putri dimana Chen Qingchen/Jia Yifan sukses mengalahkan ganda Korea, Chang Ye-na/Kim Hye-rin, 21-11, 13-21, 21-15.

Satu final lainnya di sektor ganda campuran dimenangi oleh ganda Jepang, Yuta Watanabe/Arisa Higashino yang mengalahkan ganda China, He Jiting/Du Yue 22-20, 21-16.

BACA JUGA: Cek INTERNASIONAL, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini.


Editor: Farid R Iskandar


Berita Terkait