Ceknricek.com--Ketika Sdr. Megawati Soekarnoputri menyayangkan sementara ibu rumah tangga (emak-emak) yang menghabiskan begitu banyak waktu untuk antri guna memperoleh kesempatan membeli minyak goreng (mingo), payah rasanya bagi kita untuk tidak teringat kembali kepada apa yang konon pernah terlontar dari mulut permaisuri Raja Prancis Louis ke-XVI, yaitu Marie Antoinette.
Syahdan, begitu dilaporkan, ketika mendengar bahwa para petani di Prancis waktu itu sedang kelaparan karena tidak punya roti (yang merupakan makanan utama mereka) sang permaisuri, lagi-lagi konon, dengan enteng menjawab “Kalau begitu biarkan saja mereka makan kue”.
Mengingat bahwa waktu itu, mungkin juga bahkan sampai sekarang ini, kue harganya lebih mahal dari roti, jawaban tersebut sering dikutip sebagai contoh ketidak-pedulian atau ketidak-tahuan, ketidak-pekaan sang permaisuri tentang keadaan dan kehidupan sehari-hari rakyat biasa di kerajaan tersebut, yakni Prancis.
Meskipun sampai sekarang belum pernah ada yang mampu secara pasti membuktikan bahwa permaisuri Marie Antoinette pernah melontarkan ucapan seperti itu, namun ungkapan “kalau begitu biarkan saja mereka makan kue” dianggap sebagai suatu bentuk pelecehan, yang tentu saja sangat menyakiti bagi rakyat miskin.
Ada yang mengatakan bahwa terjemahan ke dalam bahasa Inggris dari apa yang konon pernah diucapkan oleh Marie Antoinette dalam bahasa Prancis itu, mungkin tidak begitu tepat. Lagi pula Marie Antoinette bukanlah asli Prancis, melainkan lahir di Austria, yang bahasa ibunya adalah Jerman. “Qu’ils mangent de la brioche,” begitu konon ucapan permaisuri Marie Antoinette dalam bahasa Prancis. Wallahu a’lam.
Apa pun ungkapan tersebut kemudian membaku menjadi semacam sentilan atau satir. Sebagaimana diketahui sejak Jum’at kemarin banyak media di Indonesia yang melaporkan tentang cuitan dari orang yang pernah menjadi presiden di Indonesia dan selama ini tinggal di rumah yang lebih dari memadai, di kawasan para elit dan mendapat jabatan dari Presiden Joko Widodo dengan imbalan yang kabarnya sangat aduhai.
Isi cuitan sdr. Megawati itu oleh sementara kalangan disayangkan. Kenapa? Coba nilai sendiri: “Sampe kalo sekrang saya lihat toh, urusanya heboh beli minyak goreng.. saya tuh sampe ngelus dada, bukan urusan masalah gak ada atau mahalnya minyak goreng,”
katanya melalui video yang beredar di Twitter, Jumat, (18/3/22).
Menurut Presiden Indonesia kelima banyak cara mengelola menu bukan hanya dengan menggoreng.
“Saya tuh sampai mikir, ini tiap hari ibu-ibu apakah hanya menggoreng, sampe begitu rebutanya apa tidak ada cara untuk merebus, lalu mengukus, atau seperti rujak, apa tidak ada? itu menu Indonesia loh.. lah kok, jelimet gitu,” imbuhnya.
Mungkin saja sdr. Megawati sangat perduli pada kesehatan masyarakat dan menilai bahwa minyak goreng, apalagi minyak jelantah, dinilai kurang berkhasiat untuk kesehatan. Bagi penulis, pesan sdr. Megawati itu ada dua sisinya “baik atau menyentil”.Terpulang maklum kepada yang menafsirkannya. Yang penulis sayangkan adalah gaya bahasa Indonesia yang digunakan oleh sdr. Megawati sebagai mantan Presiden, penyandang banyak gelar akademis kehormatan (honoris causa) dan pimpinan Parpol terbesar di Indonesia, serta pemangku berbagai jabatan penting dalam Negara Indonesia.
Sudah selayaknya beliau berupaya memberi contoh kepada rakyat bagaimana seharusnya berbahasa Indonesia yang “baik dan benar”. “Sampe kalo” - memang sampe lebih hemat satu huruf dari “sampai” begitu juga dengan kalo,alias kalau, namun mengingat kedudukan sdr. Megawati yang tentu saja oleh banyak orang dianggap sebagai panutan, lebih bijaksana kiranya kalau beliau menggunakan Bahasa Indonesia yang “benar dan baik”.Apalagi mengingat bahwa tujuannya adalah untuk menasehati.
Lain lagi dengan kisah putri Megawati, Puan Maharani. ketika menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Kemanusiaan dan Kebudayaan. Suatu ketika, sewaktu berkunjung ke Bali,ia mendapat masukan dari Gubernur Bali waktu itu I Made Mangku Pastika.Sebagaimana dilaporkan banyak media: “Saat itu, Gubernur Bali Made Mangku Pastika meminta Puan untuk menambah alokasi raskin di Bali."Tadi saya sudah berkonsultasi dengan DPRD Bali dan Bappeda Bali untuk menambah kuota raskin di Bali karena, dari data yang dikeluarkan oleh BPS Bali, jumlah orang miskin naik dari 4,7 persen menjadi 5,2persen," ujar Pastika dalam acara penyaluran raskin periode 2016 di Bali.
Puan yang hadir dalam acara itu pun menjawab permintaan Pastika dengan berseloroh. Ia meminta rakyat miskin untuk diet dan tidak makan terlalu banyak. "Jangan banyak-banyak makanlah, diet sedikit tidak apa-apa," gurau Puan.
Dalam berita itu, terdapat pula pernyataan Puan bahwa pemerintahan Presiden Jokowi saat ini tengah berupaya mengurangi impor beras. Karena itu, dia mengimbau masyarakat untuk mengonsumsi pangan alternatif yang tidak hanya berasal dari beras..
Memang sangat berkhasiat kalau makan berpada-pada. Juga berkhasiat kalau tidak terus menerus makan nasi yang dikatakan cukup besar kandungan kadar gulanya. Sebagaimana pernah dikemukakan mantan Perdana Menteri Malaysia Tun Mahathir Muhammad, “Petuah ibu saya jangan makan banyak-banyak”. Itulah barangkali sebabnya ia masih segar meski waktu itu telah berusia di atas 90-tahun.
Rasulullah (saw) juga pernah berpetuah, “Isilah perutmu sepertiga dengan makanan, sepertiga dengan air dan sepertiga dengan udara”.
Cuma petuah Puan Maharani yang dinilai hidup sangat berkecukupan, bisa saja disalah tafsirkan, ketika ia, secara berseloroh, menasehati agar rakyat Bali mengencangkan ikat pinggang, yang bisa mirip dengan, “Kalau begitu biarkan saja mereka makan kue”.Allahu a’lam.
Editor: Ariful Hakim