Ceknricek.com -- Pandemi COVID-19 menyebabkan produksi pangan sedikit mengalami gangguan. Selain itu, tingkat konsumsi pangan masyarakat juga bertambah.
Menurut anggota Komisi IX DPR Netty Prasetiyani dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Sabtu, (7/11/20) penting untuk kewaspadaan konsumsi pangan mengingat saat ini masih dalam kondisi pandemi COVID-19.
“Saat ini konsumsi pangan dan olahan pangan yang aman masih belum prioritas masyarakat,” katanya.
Netty mengungkapkan masih ditemukan adanya jenis pangan dan olahan pangan dari bahan berbahaya di tengah masyarakat. Atas dasar itu, keluarga harus jadi benteng pertahanan dalam melindungi anggotanya dari paparan pangan berbahaya.
“Makin berkembangnya teknologi dan ilmu pengetahuan, paparan makanan yang terkontaminasi zat berbahaya di masyarakat semakin besar,” tambahnya.
Dukungan negara dalam hal ini harus ditingkatkan karena bila berbicara terkait ketahanan nasional maka sangat dipengaruhi salah satunya faktor keamanan pangan.
Klik video untuk tahu lebih banyak - SOSIALISASI 3M DARI YESSY GUSMAN
Seperti diketahui sebelumnya BPS mengingatkan potensi kenaikan harga pangan pada November-Desember 2020. Hal ini bisa menyebabkan laju inflasi tinggi.
“Sayuran kalau tidak hati-hati harganya bisa mengalami fluktuasi seperti bulan Oktober,” ucap Kepala BPS Suhariyanto dalam jumpa pers di Jakarta.
Ia menjelaskan kenaikan harga bahan makanan dapat terjadi mengingat pasokan sejumlah komoditas pangan sudah mengalami hambatan karena produksi terganggu cuaca buruk.
Padahal biasanya periode menjelang akhir tahun permintaan kebutuhan pangan dari masyarakan akan meningkat karena adanya libur panjang dan cuti bersama serta perayaan Natal dan Tahun Baru.
Pakar ilmu pangan dan dosen IPB Prof Euis Sunarti mengatakan berdasarkan survei sebanyak 77,5 persen keluarga Indonesia menghemat pengeluaran untuk pangan selama pandemi COVID-19.
“Dan sebanyak 59,7 persen memilih untuk membeli pangan yang harganya lebih murah,” jelas Euis.
Selain itu, terdapat 79,6 persen keluarga tidak mengurangi porsi makan, 76.6 persen tidak mencari informasi bantuan pangan serta 50,6 persen tidak mengurangi jenis lauk yang dikonsumsi.
Dari data ini, dapat disimpulkan bahwa selama pandemi COVID-19 pola konsumsi pangan masyarakat relatif stabil namun produksi pangan mengalami hambatan akibat cuaca buruk.
Baca juga: Genjot Pertumbuhan Perlu Sinergi Konsumsi dan Penanganan COVID-19
Baca juga: Doni Monardo: Kerjasama Semua Pihak Kunci Penanganan COVID-19