Ceknricek.com -- Petuah dalam bahasa Inggris berbunyi: “Prevention is Better Than Cure”. Alias “Pencegahan Lebih Baik dari Penyembuhan”. Inilah yang agaknya menjadi pegangan pemerintah Australia dalam upayanya menangkal dan mencegah agar virus dahsyat yang kini melanda umat manusia, hampir tanpa kecuali, termasuk Indonesia, jangan sampai kian mengganas di benua terpencil ini, yang sering dicemooh sebagai “Down Under” – nun jauh di bawah sana.
Ternyata meski terletak di “ujung langit” sang virus tidak kenal jarak dan punya GPS-nya sendiri. Kini diakui bahwa di Australia telah terjadi penularan dari manusia ke manusia. Dua orang penduduk Negara Bagian New South Wales telah dipastikan tertular COVID-19 meski tidak pernah melakukan perjalanan ke luar negeri. Seorang petugas kesehatan diduga telah tertular dari pasien yang dirawatnya. Para ahli memperingatkan bahwa kasus-kasus baru sudah merupakan suatu keniscayaan akan terjadi.
Foto: Istimewa
Dan demi keselamatan Menteri Kesehatan Pemerintah Daerah New South Wales menganjurkan kepada warga agar untuk sementara jangan melakukan jabatan tangan (saling salaman) atau pun saling cipika-cipiki. Berbagai supermarket melaporkan dagangan mereka laris manis, hingga banyak tempat-tempat peragaan jualan yang kini kosong.
Sementara itu, pemerintah daerah Negara Bagian Victoria, menganjurkan dengan sangat kepada para penumpang pesawat Maskapai Penerbangan Malindo dengan nomor penerbangan OD 117 yang mendarat di Melbourne dari Bali pagi Jum’at lalu, yang di antara penumpangnya adalah seorang perempuan yang kemudian didiagnosa terpapar virus corona, agar segera menghubungi layanan khusus pemerintah urusan kesehatan untuk mendapatkan petunjuk.
Baca Juga : Pemkot Depok Pantau Petugas Medis yang Sempat Berinteraksi dengan Pasien Corona
Sebagaimana biasanya dalam menghadapi ancaman mara bahaya dalam berbagai bentuknya, termasuk serangan teroris, pemerintah Australia suka mengingatkan masyarakat agar “waspada tapi jangan gempar”.Setelah menjelaskan jenis dan bentuk alias serba-serbi penyakit COVID-19 (yang sebelumnya dikenal sebagai Novel Corona Virus – Virus Baru Corona), Departemen Kesehatan Australia menjelaskan gejala-gejala yang harus dicermati, termasuk:
- Demam
- Gejala-gejala seperti flu, misalnya batuk atau bersin
- Gangguan pada pernafasan, yang dapat berkembang menjadi radang paru-paru
- Sakit pada tenggorokan
- Mudah lelah.
Sudah barang tentu segala “dana dan daya” dikerahkan dan dimobilisasi untuk pasang kuda-kuda apabila “ta’un” terbaru ini sampai mewabah dan menjangkiti sebagian besar masyarakat. Juga diberitakan sejumlah rumah sakit sudah “disiap-siagakan”, sekiranya wabah memang tidak lagi terhindari.
Foto : Istimewa
Perdana Menteri maupun Menteri Kesehatan dan pejabat-pejabat kesehatan terkait lainnya secara berkala memberikan keterangan dan petunjuk kepada masyarakat, agar bukan saja mereka jangan sampai gempar/panik melainkan juga supaya siap dalam menghadapi segala kemungkinan sebatas kemampuan manusiawi.
Demi menghindari agar jangan sampai terjadi kepanikan dari mereka yang merasa telah terhinggapi gejala awal virus ini, pemerintah juga menganjurkan agar “seseorang yang merasa atau meyakini telah dihinggapi virus ini”:
* tinggal di rumah selama 14 hari dan keluar rumah hanya untuk mendapat perawatan medis; jangan masuk kerja atau ke sekolah atau mendatangi tempat-tempat umum dan jangan menggunakan angkutan umum atau taksi (uber/grab/ojek?)
*selalu memberitahukan terlebih dahulu ke pihak bersangkutan sebelum mendatangi dokter, untuk menyampaikan apa gejala yang diderita, atau apakah ada kemungkinan telah terpapar, atau apakah sudah pernah diperiksa.
Baca Juga : Ditemukan Positif Corona, Menkes : Tidak Perlu Parno
Banyak lagi “petuah-petuah” yang disampaikan yang rasanya juga bersifat seragam seperti yang dilakukan berbagai pemerintah di dunia belakangan ini. Bagaimana pun virus ini adalah musuh bersama, dan musuh dari musuh kita adalah sekutu kita.
Salah satu anjuran yang disampaikan adalah menyuci tangan sesering mungkin dengan sabun selama setidaknya 20-detik, paling tidak 4 kali sehari atau lebih; kalau bersin tutuplah hidung dan mulut dengan selempai tisu yang harus dibuang/dimusnahkan; bahan pencuci tangan sebaiknya yang ada kandungan alkoholnya seandainya tidak ada air dan sabun; hindari menyentuh mata, hidung dan mulut.
Foto : Istimewa
Pemerintah-pemerintah daerah juga menyediakan berbagai situs web berisi keterangan dan petunjuk mengenai virus ini.
Nampaknya demi mencegah terjadinya kelangkaan dalam persediaan masker dan sekaligus penghamburan uang yang sia-sia oleh penduduk, pemerintah menjelaskan, masker (surgical) hanya membantu mereka yang sudah terkena virus ini, demi mencegah agar jangan sampai menyebar. Seseorang yang masih sehat tidak perlu menggunakan masker karena tidak atau belum ada bukti bahwa penggunaan masker oleh mayoritas dari mereka yang sehat dapat mencegah penularan virus ini di tempat umum.
Seorang Menteri Kesehatan sebuah negara tetangga Indonesia menyindir masyarakat yang gemar mengenakan masker meski tidak sakit dengan peringatan “apa jadinya kalau masker habis di pasar dan anda harus menjalani operasi dan dokter yang akan membedah sampai tidak kebagian masker?”
Pemerintah Australia juga memberikan petunjuk kepada mereka yang harus mengurus seseorang yang sudah dipastikan mengidap virus COVID-19, antaranya:
*gunakanlah masker, mantel/jubah dan sarung tangan (sekali pakai) yang diperoleh melalui jasa dokter apabila menyentuh atau bersentuhan dengan darah, cairan-cairan tubuh, termasuk peluh, ludah, dahak, muntah, urin atau diare.
*Perisai-perisai tadi jangan dipakai lagi.
*begitu melepas masker, mantel dan sarung tangan, segera menyuci tangan.
*semua bagian rumah yang sering disentuh, termasuk bagian atas meja, harus dibersihkan.
Berbagai petunjuk lainnya diberikan secara rinci, dan kepada masyarakat pemerintah (agaknya demi alasan-alasan psikologis) meyakinkan bahwa sesuai dengan prosedur baku yang sudah diatur sejak sebelumnya, semua pendatang yang tiba dari berbagai penjuru dunia menjalani skrining (namun sejumlah sahabat yang tiba dari Indonesia hari Minggu baru lalu mengaku hanya melenggang kangkung keluar dari pintu bandara Melbourne.)
Baca Juga : Tinggal di Depok, Pemerintah Akan Tracking Pengidap Corona
Namun sehari sesudah sahabat-sahabat saya tiba dari Indonesia, media Australia secara cukup gencar melaporkan pengakuan Presiden Joko Widodo tentang dua orang (sampai Senin kemarin) yang diumumkan positif Corona di Indonesia.
Akan halnya pengobatan/penyembuhan memang masih “jauh panggang dari api” – karena diperlukan waktu untuk mengembangkan vaksin anti COVID-19, meski sejumlah negara telah melakukan eksperimen dengan, misalnya, menggabungkan vaksin HIV-AIDS dan vaksin anti flu.
Pemerintah Australia yang setiap tahun menjelang musim dingin (Juni, Juli, Agustus) menganjurkan agar masyarakat sekitar awal musim gugur seperti sekarang ini, mendatangi dokter atau rumah sakit atau apotik untuk mendapatkan suntikan vaksin anti flu, kini mempergencar anjuran tersebut.
Bagi yang pensiunan suntikan ini cuma-cuma. Banyak perusahaan, seperti Badan Siaran Australia (ABC) mendatangkan perawat-perawat ke kantornya yang tersebar di seluruh Australia untuk menyuntik para karyawan/wati, juga secara cuma-cuma.
Foto : Istimewa
Ini sebenarnya merupakan suatu kiat “bisnis”, dalam artinan, makin sedikit karyawan/wati yang harus “mangkir” dalam musim dingin karena flu, maka semakin hebat anggaran ABC, karena mendatangkan tenaga kerja atas dasar lembur berarti pengeluaran yang lebih besar dari upah sehari-hari yang normal. (Prevention is better than Cure).
Selang beberapa hari setelah membagikan pemberitaan mengenai wabah CORONA VIRUS yang berjangkit awalnya di Wuhan, ibukota Provinsi Hubei, Cina, seorang rekan mengirimkan cuplikan halaman khusus dalam buku fiksi “The Eyes of Darkness” karya penulis produktif novel-novel horror Amerika, Dean Kootz.
Ada dugaan atau pengakuan di sementara kalangan bahwa novel berjudul ‘The Eyes of Darkness” itu merupakan suatu ramalan/perkiraan tentang berjangkitnya wabah virus ini. Buku ini terbit dalam tahun 1981 – 39 tahun yang lalu.
Baca Juga : Menkes Terawan: 2 Orang Positif Corona
Dalam salah satu halamannya dikisahkan bagaimana seorang ibu yang sedang berduka cita menyelidiki kematian putranya dalam keadaan yang misterius menyangkut perihal virus maut yang dikenal dengan sebutan “Wuhan-400” – nama kota di mana COVID-19 bermula dan berasal.
Dalam kisah itu diceritakan pula bagaimana seorang ilmuwan asal Cina, bernama Li Chen meminta suaka dari Amerika seraya membawa “disket” (dahulu belum ada USB) yang berisikan sepak terjang Cina dalam mengembangkan “senjata biologis” yang paling berbahaya dan penting dalam 10 tahun itu.
Konon lagi, senjata biologis itu dkembangkan dalam laboratorium Cina bernama RDNA di Wuhan. Disebut Wuhan-400 karena itu merupakan jenis ke-400 dari mikro-organisme buatan manusia yang andalan yang dikembangkan di laboratorium tersebut.
Apakah ini khayalan yang menjadi kenyataan atau “self fulfilling prophesy” – ramalan yang karena diyakini akhirnya menjadi kenyataan atau memang penulis Dean Kootz punya kemampuan untuk melihat 39 tahun atau lebih ke depan, atau hanya firasat seorang novelis yang andalan? Wallahu a’lam.
Sementara itu reaksi rasis memang ikut menghantui Australia di mana belakangan ini sebenarnya sudah kian banyak anggota masyarakatnya yang keturunan atau berasal dari Cina (biasa juga disebut ABC – Australian Born Chinese) bermukim.
Baca Juga :Begini Kronologi Tertularnya Dua Warga Depok Oleh Virus Corona
Awalnya seorang ahli bedah keturunan Cina menyatakan sangat tersinggung ketika seorang pasiennya (wanita kulit putih Australia) seraya minta ma’af mengatakan tidak akan berjabatan tangan dengannya karena ia adalah “wong”Cina dan Virus Corono berasal dari Cina.
Lalu sejumlah orang tua, terutama para ibu, tidak sudi kalau anak-anak mereka yang sakit dan berobat ke rumah sakit umum anak-anak di Melbourne, diurus oleh perawat-perawat yang berwajah ke-Cina-Cinaan”.
Pemerintah daerah dan instansi-instansi terkaitnya, maupun pemerintah federal, dengan cepat membantah kepercayaan bahwa virus ini “hanya” ditularkan oleh orang Cina.
Seorang wartawati ABC keturunan Cina mengaku gusar ketika di sebuah supermarket seorang ibu-ibu bule langsung meninggalkan kereta dorongnya ketika akan berpapasan dengannya. Padahal ada petuah ‘jangan menilai sebuah buku dari kulitnya” – bagaimana kalau buku itu adalah The Eyes of Darkness? Wallahu a’lam