Penyelamat Bank Muamalat | Cek&Ricek Anugerah Pewarta Astra 2025 - Satukan Gerak, Terus Berdampak
Sumber : Dream

Penyelamat Bank Muamalat

Ceknricek.com -- Alhamdulillah. Sehari sebelum memasuki usia ke-27 tahun, PT Bank Muamalat Indonesia Tbk., mendapat suntikan dana segar. Bank Islam pertama di Indonesia ini berdiri pada 1 Mei 1992. Belakangan bank yang menerapkan prinsip-prinsip ekonomi syariah Islam tersebut menderita sakit parah. Sakit itu hanya bisa disembuhkan bila disuntik dengan modal yang cukup. Syukurlah, konsorsium yang dipimpin Ilham Habibie melalui Al Falah Investments Pte Limited turun tangan. Perusahaan ini menyiram Rp2 triliun sebagai hadiah ulang tahun.

Sumber : CNBC

Ilham adalah putra Presiden Baharuddin Jusuf Habibie. Kini ia menjabat sebagai komisaris utama Bank Muamalat. Kucuran modal sebesar itu diharapkan bisa menjadi obat bagi Mualamat, kendati belum bisa menyembuhkan sakitnya 100%. “Ini baru merupakan langkah awal,” ucap Ilham. "Selanjutnya tidak bisa saya sebutkan di sini," tuturnya, di sela-sela peluncuran Muamalat Hijrah Coffee di Muamalat Tower Kuningan, Jakarta Kamis (2/5).

Duit Rp2 triliun terbilang banyak, namun kecil bagi Bank Mualamat. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sejauh ini belum menyampaikan jumlah pasti untuk obat itu. Angka yang beredar sebelumnya sekitar Rp4 triliun sampai Rp7 triliun.

Sakit Bank Muamalat memang gawat. Menurut laporan keuangan, bank ini terus mengalami penyusutan asset sejak tiga tahun terakhir. Per 31 Desember 2018, jumlah aset tercatat Rp57,2 triliun, menyusut dari Rp61,7 triliun pada akhir 2017 dan Rp55,8 triliun pada 2016.

Begitu pula dengan modal hak atau ekuitas. Pada 2018, total ekuitas merosot tajam menjadi Rp3,9 triliun dari Rp5,5 triliun pada 2017 dan Rp3,6 triliun pada 2016.

Sementara, kewajiban atau liabilitas tercatat tidak berubah signifikan. Pada 2018, liabilitas tercatat Rp9,45 triliun, lebih rendah daripada 2017 yang sebesar Rp9,9 triliun. Pada 2016, laba bersih Bank Muamalat sebesar Rp80,5 miliar, tapi pada 2017 menurun drastis menjadi Rp26,1 miliar. Tahun lalu, laba bersih 2018 berhasil naik menjadi Rp46 miliar.

Dalam berbagai kesempatan, Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso selalu memberikan keterangan bahwa pada dasarnya Bank Muamalat berada dalam kondisi baik. Bank ini hanya membutuhkan tambahan permodalan untuk ekspansi bisnis dan menumbuhkan perusahaannya lebih besar lagi. “Bank ini basic business-nya bagus, hanya perlu tambahan modal agar bisa berkembang lebih besar lagi,” jelas Wimboh.

Ilham mengatakan baginya yang penting masuk dulu sebagai pemegang saham. “Kita kendalikan, baru ambil langkah selanjutnya," ujarnya. Kini, dana sebesar Rp2 triliun sudah disetor ke escrow (rekening bersama) sejak Selasa (30/4). Selanjutnya, Bank Muamalat bakal mengelar rapat umum pemegang saham (RUPS) pada 17 Mei.

"Ini adalah bank umat berbasis sumber dana ritel yang cukup kuat sehingga dengan adanya RUPS akan punya permodalan yang kuat sehingga memiliki lending yang lebih kuat," sambut Wimboh Santoso.

Kospin Jasa

Selain Al Falah, Bank Muamalat juga bakal diperkuat oleh Koperasi Simpan Pinjam Jasa (Kospin Jasa). Komisaris Independen Bank Muamalat, Iggi H Achsien, menyebut Kospin Jasa telah menempatkan dananya. Seorang mantan menteri BUMN akan ikut melalui konsorsium yang dipimpin Kospin Jasa.

Sumber : Kospin Jasa

Asal tahu saja, Kospin Jasa merupakan koperasi terbesar di Indonesia yang berpusat di Pekalongan, Jawa Tengah. Asset koperasi ini tercatat Rp6,8 triliun. Tahun lalu, Kospin Jasa mengakuisisi saham PT Asuransi Takaful Umum hingga 95% dengan nilai transaksi Rp47,5 miliar.

Konsorsium yang dipimpin Kospin Jasa akan termasuk Linx Singapore dan individu dari Indonesia. Konsorsium direncanakan akan masuk dengan suntikan dana Rp250 miliar-Rp300 miliar.

Nantinya, Ilham akan mengakuisisi 50,3% saham Bank Muamalat melalui Al Falah. Untuk itu, Al Falah akan mengambil bagian sekitar 77,1% dari keseluruhan saham baru yang akan diterbitkan oleh Bank Muamalat senilai Rp2,2 triliun dalam Penawaran Umum Terbatas (PUT) melalui pelaksanaan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau rights issue.

Saham tersebut akan dimilik dengan cara membeli HMETD dari pemegang saham Bank Muamalat tertentu saat ini atau dengan berperan sebagai pembeli siaga dalam Penawaran Umum Terbatas Bank Muamalat. Al Falah juga bertindak sebagai pembeli siaga (standby buyer) bila pemegang saham lain tidak mengeksekusi haknya dalam rights issue tersebut.

Dalam rencana akuisisi, tertulis Bank Muamalat dan Al Falah meyakini bahwa rencana akuisisi dan penawaran umum terbatas akan membantu bank ini dalam memperkuat posisi kecukupan modalnya melalui penambahan modal saham baru sebesar Rp2,2 triliun.

Sumber : Technology Times

Jumlah duit Rp2,2 triliun tersebut jika semua pemegang saham mayoritas mengambil atau mengeksekusi haknya. Jadi, setiap delapan lembar saham (lama maupun existing) akan mendapat 15 hak membeli saham baru.

Wimboh berharap dengan akuisisi ini permodalan bank syariah tertua di RI itu bisa lebih kuat. "Mudah-mudahan lancar sehingga banyak investor. Sehingga bank ini punya ruang gerak yang besar lagi karena punya permodalan kuat," katanya.

Hanya saja, sejauh ini OJK belum menerima pengajuan skema dari Al Falah terkait proses akuisisi Bank Muamalat. “Belum ada skema yang diajukan. Saat ini Al Falah mau taruh dana escrow untuk rencana penguatan modal bank secara bertahap," ujar Deputi Komisioner Pengawas Perbankan III OJK, Slamet Edi Purnomo.

Menurut Slamet, Al Falah bisa saja mengambil alih Bank Muamalat selama memenuhi aturan. Syarat berikutnya, Al Falah harus membawa dana yang cukup untuk pengembangan bisnis bank tersebut. "Harus ada dana segar yang cukup," tandasnya.

Sejauh ini, baru Al Falah saja yang mengajukan keinginan mengambil alih Bank Muamalat. Awal tahun lalu, PT Minna Padi Investama Sekuritas Tbk. gagal bersatu dengan Bank Muamalat lantaran berakhirnya perjanjian jual beli bersyarat atau conditional share subscription agreement (CSSA).

Tentang Al Falah

Al Falah adalah perusahaan yang bergerak di sektor perbankan dan keuangan. Perusahaan ini didirikan Ilham Akbar Habibie dan CP5 Hold Co 2 Limited. Perusahaan yang disebut terakhir itu merupakan perusahaan investasi milik SSG Capital Management Limited (SSG). CP5 Hold Co 2 Limited sengaja dibentuk untuk tujuan berinvestasi di Bank Muamalat. Sedangkan SSG adalah perusahaan pengelola aset alternatif dengan aset/dana kelolaan mencapai lebih dari US$5 miliar.

Kini, Al Falah sedang dalam proses perubahan komposisi pemegang saham. Ilham Habibie akan memiliki sekitar 51%, CP5 sekitar 49% saham Al Falah. Al Falah memiliki kapitalisasi keseluruhan sekitar US$121 juta setara Rp1,7 triliun.

AlFalah. Sumber : invesments.co.uk

Setelah diselesaikannya rencana akuisisi maka Ilham Habibie dan SSG akan secara bersama-sama mengendalikan Bank Muamalat. Dengan asumsi pemegang saham minoritas melaksanakan HMETD pada rights issue, maka struktur kepemilikan saham Bank Muamalat yang mencakup saham Seri A dan Seri B setelah rights issue mengalami perubahan.

Kepemilikan saham Islamic Development Bank di Bank Muamalat yang tadinya sebesar 32,7% akan berkurang menjadi 11,4%. Begitu juga dengan kepemilikan saham oleh Boubyan Bank yang semula 22,0% berkurang menjadi hanya 7,7%. Atwill Holdings Limited yang memiliki 17,9% saham Bank Muamalat berkurang kepemilikannya menjadi 6,2%.

Selain itu, National Bank of Kuwait yang memegang 8,5% saham Bank Muamalat berkurang menjadi 2,9%. Lalu, 3,5% saham IDF Investment Foundation berkurang menjadi 1,2%. Begitu juga dengan BMF Holdings Limited yang hanya akan memiliki 1,0% saham dari awalnya memiliki 2,8% saham Bank Muamalat.

Al Falah kemudian akan menggeser kepemilikan mayoritas yang semula dipegang Islamic Development Bank. Al Falah akan menguasai 50,3% saham Bank Muamalat dengan jumlah saham 14.749.759.583 saham.

Namun, bila terdapat pembeli siaga maka saham akan diberikan kepada standby buyer tersebut sebanyak 2.602.898.750 atau 8,9%. Sementara, pemegang saham minoritas yang saat ini memegang 12,6% saham Bank Muamalat akan memegang 10,5% saham.



Berita Terkait