Ceknricek.com -- Gegara virus Corona, hari-hari ini berada di Singapura terasa sangat tidak nyaman. Kekhawatiran tertular virus mematikan menjadikan negeri jiran itu makin hari semakin sepi. Dan, kecuali Singaporean, mayoritas "penghuni" Negeri Pulau itu sekarang bukanlah pelancong yang ingin bersenang-senang atau berbelanja. Kebanyakan di antara pendatang adalah mereka yang terpaksa ada di sana untuk keperluan yang tidak mungkin ditunda atau dihindari.
Hampir semua negara di dunia dewasa ini menjauhi Singapura. Semuanya telah menaikkan tingkatan traveling allert. Bahkan Singapura sendiri dengan penuh kesadaran menaikkan peringatan itu dari kuning menjadi oranye, seiring dengan makin bertambahnya jumlah orang sakit tertular virus yang baru berganti nama menjadi Covid-19 itu. Covid merupakan singkatan dari Corona Virus Desease.
Di negeri asal virus ini, Tiongkok, korban meninggal terus bertambah. Per hari ini (Ahad, 16 Februari 2020), yang tewas sudah menembus angka 1.600 orang, meski tingkat pertambahan jumlah yang terinfeksi menunjukkan penurunan tiga hari terakhir. Sebagian terbesar tentunya di Provinsi Hubei yang beribukota Wuhan itu.
"Perang" Singapura
Patut dicatat, Singapura adalah negara pertama yang mengibarkan bendera perang terhadap virus Corona. Negeri inilah yang pertama di dunia melarang semua pemilik paspor China masuk Singapura. Bahkan untuk transit di Bandara Changi saja tidak diperkenankan, termasuk siapa pun yang pernah ke negeri tirai bambu itu dalam dua pekan terakhir.
Baca juga: 11 Mitos yang Dianggap Dapat Mencegah Virus COVID-19
Tidak tanggung-tanggung, larangan warga China ke Singapura itu diumumkan sendiri oleh perdana menterinya yang juga keturunan Tionghoa. Protes Beijing yang menganggap Singapura "kelewatan" memberlakukan warga China seperti itu, dijawab PM Lee dengan santai: "Ini bukan suka atau tidak suka dengan negara tertentu. Ini bukan masalah ras. Ini adalah langkah yang harus diambil untuk melindungi Singapura dari penyakit."
Sumber: Istimewa
Konsekuensi dari perang melawan Covid-19 tidaklah sederhana. Ekonomi Singapura pun bakal terpukul hebat, utamanya sektor pariwisata. Hari-hari ini penerbangan dari dan ke Singapura hanya terisi kurang dari separo tempat duduk. Demikian pula dengan hotel.
Pelemahan perekonomian Singapura saat ini sudah sangat terasa. Jalan Orchard yang menjadi ikon dan indikator perekonomian, tampak sepi. Mal dan pusat pertokoan lengang. Restoran berkurang pengunjungnya.
Jumlah wisatawan asing yang pada 2019 lalu mencapai 19,1 juta orang dan sekitar 3,5 juta di antaranya berasal dati China dipastikan menurun drastis tahun ini.
Dampak lain tampak nyata pada nilai tukar dolar Singapura (SGD). Jika akhir tahun lalu masih pada kisaran 1,30 terhadap dolar Amerika, pekan ini melemah di kisaran 1,40.
Tapi, itu semua tidak mengurangi kewaspadaan dan keseriusan Singapura memerangi corona. Dan, hasilnya sudah mulai tampak nyata di tengah masyarakat.
Jika hari-hari ini kita mendarat di Bandara Changi, petugas kesehatan dan keamanan tampak aktif bersiaga memantau orang satu per satu melalui alat deteksi suhu tubuh. Mereka berdiri berjejer memelototi layar monitor. Tidak satu pun yang main handphone saat bertugas. Serius sekali. Ini saja sudah cukup memberikan keyakinan kepada dunia bahwa Singapura tidak main-main. Tapi sedang mempertontonkan sense of crisis yang nyata.
Baca juga: Hingga Sabtu 15 Februari, Jumlah Kematian di China Akibat Korona Capai 1.665 Orang
Semua tempat layanan umum seperti rumah sakit dan perkantoran, memberlakukan aturan ketat serupa. Bahkan, tamu hotel pun tak luput dari skrining temperatur tubuh serta pencatatan alamat lengkap. Yang terakhir ini dimaksudkan untuk memudahkan pencarian orang tertentu apabila suatu waktu menjadi suspect.
Mulai Tampak Hasilnya
Meski yang terjangkit virus corona di Singapura masih bertambah, tetapi kekhawatiran warganya sudah berkurang jauh dibanding bulan lalu. Per hari ini ada tambahan lima penderita, sehingga seluruhnya berjumlah 72 orang. Dan, 6 orang di antaranya dalam taraf kritis.
Sumber: Istimewa
Saat ini banyak warga Singapura yang kembali menjalani kehidupan normal. Inilah buah himbauan pemerintah agar warga tidak perlu terlalu panik. Ini juga buah dari keyakinan warga terhadap keseriusan pemerintahnya.
Jadi, tidak usah heran apabila tiket Pameran Udara Singapura ludes terjual. Sebagian terbesar penonton air show itu tentu adalah warga Singapura.
Di jalanan Singapura maupun di tempat umun seperti MRT, buskota, mall, dll, warga Singapura tidak lagi menggunakan masker. Yang masih "setia" menutup mulut dan hidung adalah para pendatang. Mereka ini pula yang suka memborong masker di toko atau apotik.
Keyakinan warga Singapura bahwa Covid-19 tidak seganas SARS juga ditunjang oleh semakin banyaknya pasien yang terjangkit corona dinyatakan sembuh total. Sampai akhir pekan ini, tercatat 18 pasien corona sudah sehat wal afiat kembali setelah dirawat di rumah sakit.
Baca juga: Untuk Pertama Kalinya Pasca Wabah Korona, Kim Jong-un Muncul di Depan Publik
Penerintah Singapura juga akan menyebar 4.000 paket pembersih virus corona yang akan digunakan untuk mematikan sumber penyakit itu di tempat-tempat umun.
Bidang Ekonomi
Para pengusaha Singapura memang terpukul hebat oleh virus corona. Akan tetapi, pemerintah sudah menjanjikan dukungan terbaik. Dan dunia bisnis percaya bahwa pemerintahnya sedang tidak kampanye pilpres atau pilkada. Artinya, pemerintah diyakini akan berbuat sesuatu untuk setidaknya mengurangi dampak corona.
Sumber: Istimewa
Yang sedang dinanti-nantikan para pengusaha dan rakyat Singapura adalah penyampaian RAPBÑ 2020 oleh Deputi PM yang juga Menteri Keuangan pada Selasa 18 Februari mendatang.
Salam dari Singapura...
BACA JUGA: Cek HEADLINE Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini