Ceknricek.com -- Memaknai pernyataan pemimpin politik harus dilihat dari konteksnya. Tidak bisa hanya dipahami sebagai teks. Di tahun 2015, ZH (Zulkifli Hasan) mengatakan itu dalam konteks kampanye menghadapi HR (Hatta Rajasa) yang ingin dua periode.
Sebagai penantang, tentu ZH menarasikan isu untuk melemahkan petahana. Sama seperti para kandidat lain penantang petahana di Kongres 2020 ini. Bodoh kalau tidak mengatakan hal yang sama dengan yang diucapkan ZH di tahun 2015. Kalau dengan cara itu ZH berhasil mengungguli tipis HR sehingga menang di Kongres, maka akal sehat kita mengatakan isu periodesasi itu sebenarnya bukan determinan penentu bagi kemenangan ZH.
Kalau para voters yang merepresentasikan hak semua kader partai dalam memilih pemimpin menganggap isu periodesasi itu sangat penting, maka seharusnya ZH dengan mudah memenangkan Kongres dengan selisih suara signifikan. Katakanlah menang lebih dari 100 suara. Kenyataannya tidak begitu kan?
Baca Juga: Bursa Caketum PAN: Pentingkah Mempertahankan Tradisi?
Maka sekarang pun seluruh kader PAN sejatinya tidak terlalu mempersoalkan Ketum satu, atau dua periode. Para kader PAN lebih mengutamakan impian dan keyakinan bahwa PAN di 2024 dapat menjadi partai besar. Sampai sekarang secara obyektif sebagian besar DPW dan DPD lebih banyak yang meminta ZH dua periode. Mengapa demikian?
Salah satu penyebabnya, mungkin saja di antara semua calon yang sudah secara terbuka declair, belum ada yang dianggap dapat memberi jaminan masa depan PAN yang lebih baik. Oleh karena itulah petahana dilirik kembali. Oleh karena itu, ZH maju untuk dua periode mendapat sambutan semangat dari mayoritas kader PAN.
*Totok Daryanto, Waketum PAN
BACA JUGA: Cek POLITIK, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini
Editor: Farid R Iskandar