Ceknricek.com -- Pertempuran antara pasukan Khalifa Haftar dengan tentara Libya berlanjut di Ibu Kota, Tripoli. Badan Pengungsi PBB (UNHCR) melaporkan, akibat kekerasan yang terus meningkat, 325 warga telah dievakuasi.
Dilansir laman Twitter @Refugees, Jumat (26/4) UNHCR mengatakan mereka yang dievakuasi dipindah dari tempat pengungsian Qasr bin Ghashir ke tempat lain wilayah di Az-Zawiyah, Libya barat laut.
Langkah pemindahan itu dipicu oleh laporan, Selasa, 23 April 2019, tentang adanya kekerasan terhadap para pengungsi yang memprotes kondisi mereka di Qasr bin Ghashir. Penyerangan menggunakan senjata, sehingga 12 pengungsi harus dilarikan ke rumah sakit setelah kejadian.
"Bahaya bagi pengungsi dan imigran di Tripoli tidak pernah sebesar ini sebelumnya," kata Matthew Brook, wakil kepala misi UNHCR di Libya.

Sumber : The Independent
Hingga saat ini, dilaporkan 3.000 pengungsi terjebak di pusat detensi di Tripoli, Libya. Keselamatan mereka terancam karena situasi yang semakin memburuk. Padahal, mereka adalah orang-orang yang melarikan diri dari negaranya akibat perang dan kekerasan.
Untuk diketahui, bagian selatan Ibu Kota Libya, Tripoli dilanda pertempuran sejak Pasukan Nasional Libya (LNA) yang dipimpin oleh Khalifa Haftar melancarkan serangan pada 4 April. Mereka bertujuan merebut kendali ibu kota dari pemerintah kesepakatan nasional dengan tentaranya yang disebut GNA. Adapun LNA menuding GNA didukung oleh sejumlah milisi lokal.
Pertikaian itu semakin mengancam keamanan dalam negeri Libya, mengingat LNA maupun GNA telah berulang kali melakukan serangan udara satu sama lain. Mereka juga saling menuduh bahwa pasukan lawan menargetkan warga sipil.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sejak LNA mulai ofensif pada awal bulan ini, sebanyak 272 orang telah terbunuh dan lebih dari 1.200 lainnya luka-luka.