Ceknricek.com -- Menjelang Hari Natal tahun ini, Netflix merilis film terbaru yang tidak boleh dilewatkan para penonton baik yang beragama Katolik atau lainnya, The Two Popes (2019). Apa yang membuat film ini begitu indah adalah keaslian dalam proses dramatisasi kejadian, yang membuatnya terkesan lebih asli bahkan ketimbang kejadian nyata yang kerap ditutup-tutupi.
Seperti yang sudah diungkapkan dalam beberapa ulasan film yang ditulis Ceknricek.com, salah satu indikator utama dari keberhasilan film bertema sejarah, biopik, atau berdasarkan kejadian nyata adalah bagaimana film itu mengajak para penonton untuk lebih ingin mengetahui kejadian yang asli di dunia nyata.
Jadi, jika setelah menonton film itu Anda tiba-tiba mengambil gadget Anda lalu browsing di Google terkait kejadian di film itu, maka film itu bisa dikatakan telah berhasil mengirimkan pesan dan tujuan dari film kepada para penontonnya.
Sumber: Netflix
Nah, dalam The Two Popes bisa dikatakan 100 persen film ini berhasil memenuhi indikator itu. Rasanya tak perlu diragukan lagi, pasalnya naskah dalam film ini ditulis oleh Anthony McCarten, penulis naskah dari film bertema biopik dan sejarah lainnya yang memenangi Oscar, The Theory of Everything (2014), Darkest Hour (2017), serta Bohemian Rhapsody (2018).
Lupakan sejenak perdebatan apakah kejadian dalam film ini nyata atau tidak. Di akhir kredit film, bahkan sudah dituliskan disclaimer, “Sementara film ini terinspirasi dari kejadian dan orang yang sebenarnya, beberapa karakter, insiden, lokasi, dialog dan nama merupakan fiksi untuk keperluan dramatisasi.”
Baca Juga: Review ‘Marriage Story’, Bukan Sekadar Drama
Jadi jangan terlalu “kebakaran jenggot” juga apabila ternyata dalam film ini digambarkan sedikit berlebihan dan tidak sesuai kenyataan. Apalagi film ini sebenarnya juga merupakan film komedi, yang bisa dilihat dari beberapa adegan dan percakapan antara dalam film itu.
Sumber: Netflix
Meski judulnya adalah “Dua Paus”, tapi film ini sebenarnya lebih banyak berfokus kepada kehidupan Fransiskus, termasuk kisah masa lalunya ketika masih memimpin Serikat Yesuit di Argentina. Sekali lagi, beberapa kisah memang fiksi, seperti penggambaran sosok Amalia Damonte, yang sebenarnya adalah wanita yang dicintai Bergoglio di usia 12 tahun.
Beberapa adegan juga merupakan kondisi komposit yang menggambarkan pandangan dari beberapa kasus yang meruak di kisaran tubuh Vatikan. Misalnya skandal VatiLeaks (korupsi di Vatikan), skandal Pastor Maciel (pelecehan seksual imam Meksiko kepada anak-anak) semua itu berasal dari kasus yang selama ini terkesan ditutup-tutupi oleh gereja.
Sang sutradara dalam film ini sendiri, Fernando Meirelles adalah orang Katolik. Jadi bisa dikatakan sebenarnya film ini adalah gambaran dari umat Katolik yang terkadang heran dari sifat menutup diri gereja, khususnya terkait beberapa kebenaran yang sebenarnya menyangkut kemaslahatan umat.
Sumber: Netflix
Itulah mengapa adegan demi adegan dalam film ini, justru terkesan lebih asli ketimbang kejadian nyata yang selama ini seperti sengaja diburamkan. Beberapa adegan juga sangat menyentuh, seperti ketika kedua Bapa Suci itu saling menerima dan memberikan Sakramen Pengakuan atau Sakramen Tobat..
Penggambaran sosok kedua Paus dalam film ini juga terlihat begitu natural. Kardinal Bergoglio (Paus Fransiskus) dipandang sebagai tipe progresif yang ingin memodernisasi gereja. Sementara Ratzinger digambarkan sebagai sosok yang konservatif dan berpegang pada dogma gereja, serta sebenarnya cinta seni, dimana di dunia nyata memang seperti itu (jauh dari kesan Nazi yang digambarkan para kritikus).
Penulis naskah dalam film ini, Anthony McCarten terlihat mengerjakan tugasnya dengan baik. Percakapan demi percakapan khususnya antara kedua Paus, diselingi dengan bumbu-bumbu humor membuat kita seolah-olah berada dalam pola pikir dua Bapa Suci itu.
Sumber: Netflix
Kredit juga harus diberikan kepada pemeran dari dua Paus itu, yakni Jonathan Pryce (Kardinal Jorge Mario Bergoglio atau Paus Fransiskus), serta Anthony Hopkins (Paus Benediktus XVI). Entah apa yang menginspirasi keduanya untuk memerankan dua Paus itu, namun keduanya berhasil menunjukkan sisi manusiawi dari tokoh penting Gereja Katolik itu.
Produksi film ini juga begitu sempurna. Terlihat dari beberapa latar tempat seperti Sistine Chapel, Ruang Air Mata dan Kastil Gandolfo yang terlihat begitu mirip dengan aslinya. Beberapa adegan yang disajikan dalam film ini juga begitu sarat makna dan simbol. Begitu pula dengan sinematografi dari Cesar Charlone yang begitu pas dalam memainkan kamera, khususnya dalam pengambilan latar dan transisi antar karakter.
Sumber: Netflix
Tak heran rasanya apabila film ini meraih 4 nominasi penghargaan Golden Globe. Selain sebagai Film Kategori Drama Terbaik, The Two Popes juga mendapat nominasi untuk Aktor Terbaik Kategori Drama (Pryce), Aktor Pendukung Pria Terbaik (Hopkins) dan Naskah Terbaik (McCarten).
Di bagian akhir film, masih ada bonus adegan yang memperlihatkan Benediktus dan Fransiskus menonton final Piala Dunia 2014 antara Argentina dan Jerman, negara asal kedua Paus. Tentu saja adegan ini adalah fiksi (demi keperluan dramatisasi), lantaran kedua tokoh ini bertemu di Gandolfo pada Maret 2013, setelah Benediktus mengundurkan diri dan Fransiskus telah menjabat sebagai Paus, bukan pada final Piala Dunia yang digelar 13 Juli 2014.
BACA JUGA: Cek POLITIK, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini
Editor: Farid R Iskandar