Rudy Ramli dan Kisah Lama Bank Bali | Cek&Ricek Anugerah Pewarta Astra 2025 - Satukan Gerak, Terus Berdampak
Foto: Ceknricek.com

Rudy Ramli dan Kisah Lama Bank Bali

Ceknricek.com -- Siang itu, Rudy Ramli terlihat sehat. Bahkan terkesan lebih muda dari usianya yang 61 tahun. Padahal bertingkat masalah pernah menerpa putra Djaya Ramli, pemilik dan pendiri PT Bank Bali Tbk. “Saya sempat kena santet,” tuturnya serius. “Sekarang sudah bebas,” lanjutnya.

Bahkan sampai detik ini, Rudy masih memercayai bahwa ayahnya meninggal karena kena guna-guna. Kini sang bunda sedang terbaring sakit. “Sudah empat tahun dalam kondisi koma,” jelasnya.

Siapa yang jahil terhadap keluarga ini? Rudy bercerita sudah tahu siapa orangnya. Presiden Abdurrahman Wahid alias Gus Dur yang menceritakan itu semua.

Pada penghujung tahun 2000 ia dipanggil Gus Dur. Pertemuan berlangsung di Istana Negara, Jakarta. Kala itu Rudy sudah kehilangan Bank Bali. Pertemuan itu, menurut Rudy, terjadi atas permintaan Gus Dur. “Kami berbicara sampai dua jam. Sebagian saya nggak tahu apa yang diomongkan karena sering mengeluarkan istilah-istilah dalam Bahasa Jawa, kadang istilah Islam,” kenangnya.

Rudy mengadukan nasib kepada Gus Dur atas kehilangan kepemilikannya di Bank Bali. Pada pertemuan itu Gus Dur bertanya, “Pak Rudy, apakah mengetahui kejadian yang sesungguhnya menimpa Bank Bali?”

Rudi menjawab, “saya tidak tahu, Gus”.  Anehnya, Gus Dur justru bercerita banyak. Banyak hal yang tak diketahui Rudy diungkap. Bahkan apa yang dilakukan Rudy pun Gus Dur tahu. Misalnya, ada pertemuan antara Rudy dan pengusaha JR, Gus Dur juga tahu persis tentang tempat, waktu, dan  apa yang dibahas.

“Pak Rudy, kebetulan saya ini presiden. Semua aparat intelijen kedudukannya berada di bawah kewenangan saya. Karena itu, sebelum ketemu Pak Rudy, saya meminta laporan terlebih dahulu kepada semua aparat intelijen mengenai Bank Bali,” ujar Gus Dur mengusir rasa heran Rudy.

“Papanya Pak Rudy, kan meninggal 1996,” lanjut Gus Dur. Rudy membenarkan. Djaja Ramli, meninggal 22 Juli 1996. ”Beberapa bulan kemudian Bank Bali mulai diincar,” lanjut Gus Dur masuk pada inti persoalan.

Gus Dur lalu membeberkan pertemuan yang dilakukan Rudy dengan JR dan AN pada bulan April 1997. “Ketika Anda menolak tawaran yang diwakili oleh AN dan JR sesungguhnya Anda telah menolak tawaran dari kelompok mereka. Kelompok mereka ingin membeli Bank Bali dengan harga US$1,8 miliar tetapi Anda abaikan. Mereka marah besar,” kata Gus Dur.

Asal Mula Bank Bali

Bank Bali sejak lama memang telah menjadi portofolio keuangan yang diminati oleh banyak kalangan  investor. Dalam buku “Menggugat Pengambilalihan Bank Bali” yang ditulis Ichsanuddin Noorsy dan Haryo Prasetyo disebutkan minat kalangan investor untuk memiliki saham Bank Bali sudah mulai diketahui jauh sebelum krisis ekonomi melanda Indonesia. Minat yang terus meningkat itu dapat diketahui secara tidak langsung melalui pergerakan harga saham PT Bank Bali Tbk. yang terus membumbung.

Sumber: KPK

Selanjutnya dalam buku itu diceritakan bahwa sebelum menjadi bank yang dikenal reputasinya di perbankan nasional dan bahkan internasional, Bank Bali sesungguhnya hanyalah sebuah usaha kecil yang dimulai di sebuah ruangan kecil di wilayah Kota, Jakarta. Bank itu dulunya bernama  PT Bank Persatuan Dagang Indonesia.

Nama Bank Bali muncul ke permukaan pada 20 Agustus 1971, ketika Djaja Ramli mengubah nama bank menjadi PT Bank Bali.

Pada September 1983, Rudy Ramli pulang ke Indonesia seusai belajar di  Amerika Serikat. Pada Oktober, Rudy mulai bekerja di Bank Bali sebagaitrainee staff. Pada 1984, pertumbuhan usaha Bank Bali pun semakin pesat. Kantor bank dipindahkan dari daerah Pasar Pagi ke Jalan Hayam Wuruk.

Pada 1989, Bank Bali memutuskan untuk go public. Sejak itu Bank Bali merebut kepercayaan nasabah dari segala lapisan masyarakat maupun sektor industri. Pada tahun 1994, lagi-lagi kantor pusat Bank Bali pindah. Kali ini pindah ke tempat yang lebih bergengsi, Jalan Jenderal Sudirman Kav. 27. Saat itu, Bank Bali memiliki 243 kantor cabang dan cabang pembantu domestik. Selain itu, jaringan Bank Bali juga meliputi 2 kantor cabang luar negeri yang berlokasi di Los Angeles, Amerika Serikat, dan Cayman Island. Ada juga kantor perwakilan di Shanghai dan anak perusahaan di Hongkong, yaitu Bali International.

Dengan kriteria mengacu kepada return on average core capital, majalah Asia Money and Finance pada edisi Januari 1992 menempatkan Bank Bali pada peringkat ke-21 dalam Daftar Asia Top 100 Banks.

Reputasi Bank Bali yang cemerlang tersebut juga terus berlanjut tatkala kepemimpinan bank beralih dari Djadja Ramli kepada sang anak, Rudy Ramli pada Juni 1992. Tidak berbeda dengan ayahnya, peraih gelar MBA dari University of Southern California, AS itu pun terus menambah panjang daftar rekam jejak Bank Bali.

Di bawah kepemimpinan Rudy, kinerja Bank Bali pun terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada 1994, misalnya, Bank Bali mencatatkan pendapatan sebesar Rp970 miliar. Setahun kemudian, nilai perolehan tersebut meningkat kembali menjadi Rp1,07 triliun dan Rp1,17 triliun pada akhir 1995.

Kinerja bank yang ciamik ini mengundang pengakuan banyak pihak. Majalah Euromoney pada 1993 memberikan penghargaan Euromoney’s Award for Excellent kepada pria kelahiran Jakarta, 22 September 1958 ini.

Lembaga-lembaga keuangan dan pemeringkat internasional seperti Goldman Sachs, Merrill Lynch, dan Moody’s Investor Service bahkan sempat mengeluarkan rekomendasi bahwa Bank Bali merupakan salah satu di antara segelintir bank swasta nasional yang akan melewati krisis dengan selamat.

Catatan reputasi seperti itu memberikan penjelasan sekaligus konfirmasi bahwa betapa pun dahsyatnya krisis 1997 menerpa, Bank Bali bukan hanya survive namun justru nendapatkan windfall situation yang tidak diperoleh bank swasta nasional lainnya.

Kepercayaan masyarakat atas bank ini membuat Bank Bali terus tumbuh dengan jaringan dan infrastruktur yang semakin membesar dan meluas. Hingga memasuki periode krisis. Bank Bali tercatat memiliki 280 kantor cabang yang tersebar di hampir seluruh provinsi di Tanah Air. Jumlah nasabahnya pun merupakan salah satu yang terbesar di dunia perbankan nasional dengan sedikitnya satu juta rekening dana pihak ketiga dan mencapai dua juta rekening debitur.

Level kepercayaan masyarakat atas bank ini juga dicerminkan dari jumlah dana yang berhasil dihimpun yang ketika itu sempat mencapai Rp9 triliun. Infrastruktur dan jaringan yang dimiliki Bank Bali juga merupakan salah satu yang terbesar dan terbaik. Selain Anjungan Tunai Mandiri (ATM), Bank Bali juga memiliki jaringan pendukung informasi melalui internet yang mendahului bank-bank sejenis pada zamannya. Dan lebih dari itu, Bank Bali memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) dengan standar kompetensi, profesionalitas, komitmen, dan dedikasi yang jauh di atas rata-rata SDM perbankan nasional pada eranya. 



Berita Terkait