Ceknricek.com -- Saya menerima kiriman buku dari penulisnya. Judulnya: “Granada Menangislah…” Itulah judul buku yang diberikan penulisnya, Asro Kamal Rokan . Judul buku ini diambil dari tulisan kedua dari 32 tulisan yang ada dalam buku ini. Ya, buku ini merupakan kumpulan tulisan Asro. Buku ini berkisah tentang perjalanan penulisnya ke lima benua.
Mengapa saya memulai tulisan ini dengan mengupas judulnya? Karena di situlah letak kekuatan Asro. Sebelum menjadi wartawan, Asro adalah seorang sastrawan dan penyair. Maka, dalam buku ini, warna kepenyairan seorang Asro begitu kuat menjejak. Ia menulis dengan segenap rasa dan dalam frasa serta konstruksi kalimat yang melodis.
Gaya sastrawan Asro akan banyak dijumpai pada buku setebal 350 halaman yang diterbitkan Rajawali Pers tersebut. Berikut ini akan dinukilkan sebagian di antaranya saja.
Pada halaman 109, misalnya, setelah ia berkunjung ke museum KNIL di Bronbeek, Belanda, ia menulis, “Selesai di Bronbeek, yang menyesakkan hati, kami juga ke museum Koninklijk Instituut voor Taal, Land en Volkenkunde (KITLV) di Leiden.” Ia tak bisa menutupi perasaannya yang sesak atas keganasan kolonialisme Belanda. Apalagi Asro lahir dan besar di Medan, yang sangat merasakan penderitaan akibat perkebunan-perkebunan Belanda di Sumatra Utara. Namun, ia juga bisa liris dan mendayu, “Salju Desember menutup rumput-rumput halaman KITLV. Air sungai di depan gedung perpustakaan ini mulai membeku."
Pada halaman 119, saat ke Polandia, ia mengawali tulisannya juga dengan gaya seorang sastrawan, “Matahari cerah, tiupan angin terasa dingin. Di halaman Istana Palac Prezydencki (Palac Koniecpolskich), berdiri patung berkuda pahlawan Polandia, Josef Poniatowski (1764-1795). Saya berdiri di bawahnya, sambil mengenang: Inilah saksi diam – awal dan akhir Pakta Warsawa.”
Tentang judul buku ini, saya kutipkan kisah menangisi Granada yang menjadi akhir berkuasanya 781 tahun Islam di Andalusia – yang maju dan bhineka – akibat keserakahan dan kebermewahan. “Di perjalanan pulang menuju Madrid, terngiang kata-kata Aisyah, ibu sultan terakhir Granada: Menangislah terhadap apa yang tidak bisa kau pertahankan selayaknya lelaki.” Kata-kata pahit seorang ibu terhadap anaknya, yang dalam perjalanan menyingkir ke Maroko. Kata-kata itu juga menjadi pelajaran tentang kegetiran akibat menjadi penguasa yang tak amanah. Umat Islam selanjutnya mengalami inkuisisi: dibunuh, menyingkir, atau pindah agama.
Laporan Wartawan
Namun buku ini bukanlah buku perjalanan seorang sastrawan. Buku ini adalah buku laporan perjalanan seorang wartawan. Karena itu, buku ini kaya dengan deskripsi dan juga kaya oleh latar sejarah dari tempat yang dikunjungi.
Asro mengawali karier jurnalistiknya di koran Merdeka yang didirikan dan dipimpin BM Diah, seorang wartawan generasi 1945. Setelah itu ia pindah ke Republika, hingga kemudian menjadi pemimpin redaksi. Di masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono, ia diangkat menjadi direktur utama kantor berita LKBN Antara. Di tangan Asro inilah Antara berubah menjadi BUMN.
Asro adalah orang dengan segudang keberuntungan. Datang ke Jakarta sebagaimana perantau dari Sumatra, namun kemudian bisa berkeliling dunia di lima benua. Hal itu berkat ketekunan, kerja keras, kemauan belajar, dan kemampuannya dalam membangun relasi. Ia sangat dekat dengan BJ Habibie dan juga dengan SBY.
Buku ini berkisah tentang perjalanan ke Prancis, Spanyol, Turki, Inggris, Swiss, Rusia, Belanda, Polandia, Norwegia, Kazakhstan, Amerika Serikat, Ekuador, Brasil, Arab Saudi, Iran, Yordania, Mongolia, China, Malaysia, Korea Selatan, Vietnam, India, Jepang, Mesir, Afrika Selatan, Senegal, Nigeria, Liberia, dan Australia. Sebuah penjelajahan yang luar biasa, dan gratis. Buku ini bukan sekadar reportase dan sejarah, tapi juga bisa menjadi pengaya bagi yang suka berwisata. Karena akan banyak ditemui kisah-kisah yang menjadi destinasi wisata yang digemari publik seperti Cappadocia, Hagia Sophia, Museum Rumi, Koloseum Aspendos, Selat Bosphorus (Turki), London Bridge, Big Ben, dan Istana Buckingham (Inggris), Istana Alhambra dan Masjid Cordoba (Spanyol), Benteng Carcassonne (Prancis), Gedung Putih dan Hawaii (AS), Qom dan kuburan Khomeini (Iran), Gua Kahfi dan Kuil Hercules (Yordania), Tembok Besar dan Kota Terlarang (China), Ha Long Bay (Vietnam), Benteng Salahuddin Al-Ayyubi dan Piramida (Mesir), dan lain-lain.
Buku ini sangat menarik karena ditulis dengan indah, kaya deskripsi, dan juga berwawasan sejarah. Namun semua ditulis dengan gaya ringan dan enak dibaca.
Editor: Ariful Hakim