Ceknricek.com -- Awal pekan pertama di bulan November dunia masih memperingati dahsyatnya Perang Dunia I atau sering disebut sebagai "The Great War" yang berlangsung pada 1914-1918 antara dua aliansi yang saling bertentangan, Blok Sekutu dan Blok Sentral.
Memasuki bulan kesebelas Kalender Gregorian, tepat hari ini 105 tahun yang lalu, pada 5 November 1914, Inggris dan Prancis mendeklarasikan perang terhadap Kesultanan Ottoman yang pada saat itu diambang keruntuhan akibat Perang Balkan.
Hal ini tentu saja memicu satu negara lagi untuk ikut terjun dalam Perang Dunia I, yakni Kesultanan Ottoman (pendahulu Turki) untuk ikut dalam kancah perang global pertama di Eropa, setelah mereka mendeklarasikan perang Kota Konstantinopel.
Turki Dalam Perang Dunia I
Ketika Perang Dunia I pecah pada musim panas 1914, Kesultanan Ottoman mulai runtuh. Mereka mulai kehilangan sebagian besar wilayah kekuasaan di Benua Eropa setelah mengalami kekalahan dalam Perang Balkan melawan Uni Soviet (Rusia) pada 1912.
Demi mengurangi jumlah wilayah yang hilang, Kesultanan Ottoman kemudian membentuk aliansi dengan salah satu kekuatan Eropa, yakni Jerman, pada 2 Agustus 1914. Dengan ini berarti, Ottoman Turki berseberangan dengan Inggris yang sudah menjadi musuh alami Jerman.
Aliansi pun sudah terbentuk antara Jerman dengan Ottoman. Namun, Ottoman masih belum secara resmi terjun dalam medan perang. Sementara itu, dua kapal perang Jerman, Goeben dan Breslau, dibantu oleh Angkatan Laut Ottoman berhasil menghalau Angkatan Laut Inggris Raya dan Rusia di Laut Hitam pada 29 Oktober 1914, pekan-pekan awal Perang Dunia I.
Keberhasilan tersebut menandai awal bergabungnya Ottoman atau Turki ke dalam Perang Dunia I lewat pemerintahan yang dikendalikan oleh tiga orang terkemuka Turki, seperi Ismail Anwar Pasya (Menteri Peperangan), Muhammad Talat Pasya (Menteri dalam Negeri), dan Ahmad Jamal Pasya (Angkatan Laut).
Ottoman Soldier. Sumber: Thhe Telegraph
Baca Juga: Sejarah Hari Ini: Hitler Menjadi "Fuhrer", Pemimpin Absolut Jerman
Sejarah kemudian mencatat, keputusan inilah yang melempangkan Ottoman menuju kehancuran. Meskipun sempat menang di Galipolli berkat seorang perwira bernama Mustafa Kemal, Usmani tak kuasa menerima kekalahan demi kekalahan. Bersama Jerman, Usmani pun menjadi pecundang pada Perang Besar.
Kekalahan telak itu didapat setelah serangan balik Inggris di Palestina pada musim semi 1917 dan ditambah dengan kejatuhan Yerusalem beberapa bulan kemudian. Meskipun demikian belum ada tanda-tanda akan dimenangkan oleh kubu mana PD I.
Inggris kemudian menerbitkan deklarasi yang sangat kontroversial yang dinamakan Deklarasi Balfour pada 2 November 1917 untuk mendirikan negara Yahudi di Palestina. Konflik yang terus memiliki dampak hingga hari ini antara Palestina dengan Israel.
Deklarasi Balfour dan Dampaknya
Secara garis besar, Deklarasi Balfour adalah upaya pintu masuk kaum Zionis untuk mencaplok wilayah Palestina dengan bantuan Inggris demi kepentingan mereka masing-masing, tentu saja tujuan utamanya untuk memenangkan peperangan.
Sumber: Jewish Learning
Baca Juga: Sejarah Hari Ini: Tank Pertama Kali Digunakan dalam Pertempuran
Diambil dari nama Sekretaris Luar Negeri dan mantan Perdana Menteri Inggris, inti dari perjanjian tersebut adalah bahwa Inggris berjanji mendukung pendirian tanah air nasional bagi orang-orang Yahudi di Palestina, asalkan tidak merugikan pemenuhan hak sipil dan agama dari komunitas non-Yahudi di Palestina.
Sebagaimana dicatat Bernard Avishai dalam, The Balfour Declaration yang terbit di New Yorker, negosiasi tingkat elite antara Zionis dan Inggris terjadi sejak bulan Februari 1917. Dimana dalam sebuah konferensi yang dihadiri Balfour dan petinggi komunitas Yahudi menyusun sebuah rancangan deklarasi publik warga Palestina sejak pembicaraan awal, bahkan hingga deklarasinya dipublikasikan.
Dari deklarasi yang sudah cacat sejak dalam pikiran, menurut laporan Aljazera inilah menuntun terciptanya konflik demi konflik antara warga Palestina terhadap migrasi orang Yahudi Eropa ke Palestina akibat gerakan Anti-Semit di sana.
Declaration Balfour. Sumber: CNN
Baca Juga: Sejarah Hari Ini: Jerman Menyerang Polandia
Antara 1919-1926, setidaknya tercatat 90.00 imigran Yahudi tiba di Palestina dan langsung menempati komunitas-komunitas Yahudi yang didirikan di atas tanah yang telah dibeli secara legal oleh agen-agen Zionis dari para tuan tanah Arab hingga memicu gerakan nasionalisme Palestina.
Tahun 1939, setelah dua dekade berjalan Inggris baru menyadari bahwa keputusan mereka dengan tidak melibatkan orang-orang Palestina dalam Deklarasi Balfour adalah sebuah kesalahan fatal. Mereka lantas mengakhiri pemberlakuan mandat dan menyerahkan perkara tersebut ke PBB.
Namun, apa lacur, masyarakat Yahudi sudah kadung memiliki pemerintahan sendiri di sana, dan konflik ini semakin meruncing dan mengalami puncaknya pada 1948, ketika militer Yahudi yang dipersenjatai dan dilatih Inggris yang awalnya untuk PD II secara paksa mengusir 750 ribu orang Palestina dari tanah air mereka.
Meskipun ada banyak faktor yang kemudian memicu konflik abadi antara Israel dan Palestina, namun, Deklarasi Balfour memiliki andil besar dalam menciptakan kondisi bagi minoritas Yahudi di Palestina untuk mendapatkan superioritas di salah satu wilayah Timur Tengah itu.
BACA JUGA: Cek BUKU & LITERATUR, BeritaTerkini Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini.
Editor: Farid R Iskandar