Naiknya Adolf Hitler dari Partai Nazi menjadi Kanselir Jerman pada Agustus 1934 membuat Jerman kembali menggelorakan semangat pan-Jermanisme, sebuah keinginan untuk meyatukan seluruh daerah penutur bahasa Jerman ke dalam satu negeri Jerman Raya.
Sumber: Istimewa
Ketika Presiden Paul von Hindenburg meninggal dunia, kabinet Jerman kemudian mengesahkan "Undang-undang Jabatan Negara Tertinggi Reich". Hitler yang sebelumnya menjadi kanselir kemudian mendapat mandat sebagai kepala negara sekaligus Fuhrer atau pemimpin Absolut Jerman.
Baca Juga: Sejarah Hari Ini: Hitler Menjadi "Fuhrer", Pemimpin Absolut Jerman
Terinspirasi paham Anton Drexle yang anti-komunis dan anti-Semit, ia lalu menyalahkan kaum Yahudi sebagai penyebab instabilitas politik dan ekonomi yang terjadi di negerinya. Di saat berkuasa Ia juga mengecam Perjanjian Versailles dan menyebutnya tidak adil serta mulai melanggar perjanjian tersebut.
Selain itu, lewat semangat Lebensraum (Ruang Hidup), prinsip ideologi ekspasionis Nazi untuk menginginkan tanah dan bahan mentah yang lebih bagi tumbuh kembang rakyat Jerman, Ia kemudian mulai mencaplok negara-negara tetangganya seperti Polandia, Ukrania, dan Cekoslovakia.
Sebelumnya, untuk menghindari kemungkinan Uni Soviet akan membantu Polandia, Jerman juga menandatangani perjanjian non-agresi dengan Moskow pada 23 Agustus 1939. Pakta tersebut memungkinkan dipecahnya Polandia menjadi dua bagian, masing-masing untuk Jerman dan Soviet.
Tentunya lewat perjanjian ini, Jerman dapat dengan leluasa menyerang Polandia tanpa ancaman intervensi Soviet. Namun, belakangan, Jerman juga menyerang Uni Soviet pada bulan Juni 1941.
Strategi Blitzkrieg
Dikutip dari History.com berdasarkan rencananya, orang-orang Jerman yang 'superior secara ras' kemudian akan menjajah Polandia dan masyarakat Slavia asli akan diperbudak. Bentuk invasi ini menjadi model untuk bagaimana Jerman mengobarkan perang selama enam tahun ke depan, atau yang dikenal sebagai strategi 'blitzkrieg'.
Dismantling the border as the German forces move into Poland. Sumber: Nazi Jerman
Strategi ini diawali menghancurkan kontrol udara musuh, rel kereta api, jalur komunikasi, dan penjatuhan amunisi. Lalu, diikuti oleh invasi darat besar-besaran dengan mengerahkan armada tentara, tank, dan artileri. Kemudian, setelahnya giliran infantri masuk dan menghajar semua resistensi yang muncul.
Baca Juga: Adolf Hitler, Sang Fuhrer Vegetarian dan Anti Rokok
Teknologi Jerman yang unggul, ditambah miskalkulasi pihak Polandia membuat Hitler menang dengan mudah. Namun, Inggris dan Prancis kemudian berekasi dengan segera memobilisasi tentara dan warga sipil pada 3 September 1939, dan menyatakan perang pada Jerman, karena mereka sebelumnya telah memberi jaminan pada Polandia.
Sumber: DW
Pendudukan Jerman atas Polandia kemudian menjadi salah satu bab paling gelap dalam sejarah Perang Dunia II. Sekitar 6 juta orang, atau hampir 18 persen dari penduduk Polandia tewas selama pemerintahan teror Nazi yang gemar melakukan eksekusi massal, penggusuran paksa dan perbudakan.
Meskipun Perang Dunia II berakhir pada 1945 dan Uni Soviet telah bubar pada 1991, kenangan akan perang ini masih menancap kuat di seluruh daratan Eropa. Pada Kamis, (29/8) Polandia memperingati 80 tahun perang tersebut dan mengundang beberapa pemimpin tinggi negara dunia ke Warsawa.
BACA JUGA: Cek Berita AKTIVITAS PRESIDEN, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini.